ANALIS MARKET (29/6/2021) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Variatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami pelemahan (28/6), ditengah kehadiran lelang yang terjadi pada hari ini (29/6).

Namun demikian, penurunan masih dalam rentang terbatas, dan tidak banyak yang bisa di ambil kesimpulan.

Fokus berikutnya adalah menjaga pelemahan ini agar tidak turun lebih dalam, namun kami curiga tampaknya pelaku pasar dan investor cukup cemas melihat kenaikkan Covid 19 yang terjadi pada pekan ini yang tentu saja akan mendorong nilai resiko mengalami kenaikkan.

Nah, selain Covid 19, Taper Tantrum yang akan dilakukan oleh The Fed juga menjadi perhatian tersendiri, tapi dalam pertemuan Focus Group Discussion kemarin, Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa Bank Indonesia akan terus melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengantisipasi hal tersebut.

Tahun ini kebijakan Bank Indonesia akan focus untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, yang dimana akan dilanjutkan dengan focus yang berbeda pada tahun 2022 mendatang.

Untuk 2022 mendatang, Bank Indonesia akan mendorong kebijakan moneter yang akan diarahkan untuk stabilitas beserta dengan 4 kebijakan lainnya. Yaitu, makroprudensial, system pembayaran, pendalaman pasar uang, serta UMKM dan Ekspor.

3 Kebijakan utama Bank Indonesia akan focus terhadap balance stabilitas harga, dukungan terhadap system keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia akan terus melakukan triple intervention untuk menjaga Indonesia, seperti yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia kala US Treasury mengalami kenaikkan pada awal tahun ini. Bank Indonesia juga akan tetap terfokus terhadap tingkat suku bunga rendah, likuiditias yang di buat longgar hingga mendorong inflasi untuk berada di angka yang permanen.

Dari sisi pembayaran, Bank Indonesia akan mendorong percepatan akselerasi berdasarkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia pada tahun 2025 mendatang untuk mengintegrasikan ekosistem industry serta ekonomi-keuangan digital nasional. Tentu hal ini akan menjadi kabar baik bagi pergerakan obligasi yang kian mengalami volatilitas tinggi menjelang FOMC meeting pada pertemuan bulan ini dan August terkait dengan fase Taper Tantrum.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif hingga hasil lelang keluar. Kami merekomendasikan ikuti lelang,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (29/6/2021).

Adapun cerita di hari ini akan kita awali dari;

1.VAKSINASI VS MUTASI

Ditengah peningkatan Covid 19 yang terjadi di Indonesia, peningkatan vaksin justru terjadi di belahan negara lainnya. Siapa cepat yang mendapatkan vaksin, dia yang akan menjadi negara yang perekonomiannya cepat pulih berikutnya. Normalisasi menjadi sebuah standar baru dalam kehidupan, karena cepat atau lambat era ini akan tiba, hanya saja, siapa yang akan mendapatkan vaksin lebih cepat dan bagaimana membuat prioritasnya? Dengan dukungan vaksinasi di berbagai negara di seluruh dunia, hal ini mendorong pelonggaran mobilitas masyarakat yang nantinya akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi. Meningkatnya harapan akan adanya vaksinasi, seolah memutar balik rasa pesimis yang terjadi di pasar, karena vaksinasi mampu mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan. Sejauh ini Amerika, New Zealand, Swiss, Israel, dan France masih menjadi negara Top 5 yang melakukan vaksinasi lebih cepat sehingga memiliki ketahanan terhadap Covid 19 lebih kuat. Namun penetrasi vaksinasi tertinggi masih berada di Eropa dengan tingkat vaksinasi hingga 70%, yang dimana mendorong aktivitas perekonomian meningkat, seiring sejalan dengan meningkatnya PMI Services dalam beberapa bulan terakhir. Kehidupan mulai berangsur normal dengan kehadiran vaksin, sejauh ini negara negara seperti Singapore dan New Zealand tetap melakukan pembatasan ketat untuk menjaga tingkat penyebaran kasus turun menjadi 0. Sedangkan meningkatnya kembali kasus di Sydney membuat Australia pada akhirnya melakukan lockdown berkisar 2 minggu untuk menjaga angka penularan. Namun permasalahannya adalah, seberapa banyak negara negara yang telah melakukan vaksinasi mampu bertahan ditengah proses mutase yang terus terjadi pada Covid 19 yang berubah menjadi Alpha, Beta, Delta, dan terakhir ada Delta Plus yang mendorong penyebaran Covid 19 berpotensi mengalami peningkatan kembali. Beberapa negara sendiri telah mengantisipasi beberapa mutasi virus tersebut dengan kembali mendorong kegiatan menggunakan masker di dalam ruangan. US telah menjadi negara yang memiliki ketahanan Covid lebih baik ditengah beberapa negara lainnya, dan kita cukup beruntung memiliki US sebagai mitra dagang kita yang dimana kita juga mendapatkan kelebihan GST dari mereka. Yang tentu saja, pemulihan perekonomian di Amerika tentu memiliki implikasi positive terhadap perekonomian Indonesia, meskipun saat ini di Indonesia sedang mengalami peningkatan kasus Covid 19. Apabila tidak segara di kendalikan, tentu saja hal ini akan mendorong perekonomian Indonesia kembali berpotensi untuk mengalami pelemahan kembali. Pertanyaannya sederhana, setidaknya untuk saat ini pemirsa. Seberapa lama lagi vaksinasi dapat hadir di seluruh dunia, hingga pada akhirnya meskipun dunia belum pulih seutuhnya, tapi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada negara negara lain untuk bisa segera melakukan vaksinasi. Dan kami melihat, setidaknya hingga 2022 ada harapan hampir 30% negara di seluruh dunia, sudah mulai melakukan vaksinasi, dan hal tersebut akan menjadi tolok ukur dimana perekonomian akan kembali stabil. WHO terus mendorong vaksinasi khususnya bagi negara-negara yang miskin agar mendapatkan vaksin. Kegagalan pembagian yang tidak merata terkait dengan vaksin merupakan salah satu kegagalan WHO juga menurut kami, tapi tidak bisa disalahkan juga bagi negara negara yang memprioritaskan vaksinasi terhadap rakyatnya lebih dulu untuk menciptakan kekebalan berkelompok. Saat ini di negara negara berkembang mulai mengalami permasalahan yang sama dalam mencegah angka penyebaran Covid 19, meskipun tidak seperti tahun lalu. Emerging Market akan terus belajar bagaimana untuk menangani ini, namun tentu saja dengan cara yang lebih baik. Namun hal ini mendorong Emerging Market untuk tetap bertumpu kepada negara negara maju untuk menjaga fase pemulihan agar dapat berjalan dengan baik. Pemulihan yang tidak merata saat ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus kita terima, namun sejauh mata memandang, pemulihan ekononi masih akan dihadapi ketidakpastian hingga pada akhirnya vaksinasi terjadi dengan tingkat populasi hampir 50% di setiap negara untuk menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih baik. Selanjutnya sederhana, mana yang lebih cepat, vaksinasi atau mutasi?