ANALIS MARKET (29/6/2021) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin, 28/06/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah 82 poin atau 1,38% menjadi 5,939. Sektor industri dasar, industrials, infrastruktur, energi, keuangan, property, konsumer siklikal, konsumer non siklikal bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 65 miliar rupiah.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5,833 – 6,003,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (29/6/2021).
Adapun cerita di hari ini akan kita awali dari;
1.VAKSINASI VS MUTASI
Ditengah peningkatan Covid 19 yang terjadi di Indonesia, peningkatan vaksin justru terjadi di belahan negara lainnya. Siapa cepat yang mendapatkan vaksin, dia yang akan menjadi negara yang perekonomiannya cepat pulih berikutnya. Normalisasi menjadi sebuah standar baru dalam kehidupan, karena cepat atau lambat era ini akan tiba, hanya saja, siapa yang akan mendapatkan vaksin lebih cepat dan bagaimana membuat prioritasnya? Dengan dukungan vaksinasi di berbagai negara di seluruh dunia, hal ini mendorong pelonggaran mobilitas masyarakat yang nantinya akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi. Meningkatnya harapan akan adanya vaksinasi, seolah memutar balik rasa pesimis yang terjadi di pasar, karena vaksinasi mampu mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan. Sejauh ini Amerika, New Zealand, Swiss, Israel, dan France masih menjadi negara Top 5 yang melakukan vaksinasi lebih cepat sehingga memiliki ketahanan terhadap Covid 19 lebih kuat. Namun penetrasi vaksinasi tertinggi masih berada di Eropa dengan tingkat vaksinasi hingga 70%, yang dimana mendorong aktivitas perekonomian meningkat, seiring sejalan dengan meningkatnya PMI Services dalam beberapa bulan terakhir. Kehidupan mulai berangsur normal dengan kehadiran vaksin, sejauh ini negara negara seperti Singapore dan New Zealand tetap melakukan pembatasan ketat untuk menjaga tingkat penyebaran kasus turun menjadi 0. Sedangkan meningkatnya kembali kasus di Sydney membuat Australia pada akhirnya melakukan lockdown berkisar 2 minggu untuk menjaga angka penularan. Namun permasalahannya adalah, seberapa banyak negara negara yang telah melakukan vaksinasi mampu bertahan ditengah proses mutase yang terus terjadi pada Covid 19 yang berubah menjadi Alpha, Beta, Delta, dan terakhir ada Delta Plus yang mendorong penyebaran Covid 19 berpotensi mengalami peningkatan kembali. Beberapa negara sendiri telah mengantisipasi beberapa mutasi virus tersebut dengan kembali mendorong kegiatan menggunakan masker di dalam ruangan. US telah menjadi negara yang memiliki ketahanan Covid lebih baik ditengah beberapa negara lainnya, dan kita cukup beruntung memiliki US sebagai mitra dagang kita yang dimana kita juga mendapatkan kelebihan GST dari mereka. Yang tentu saja, pemulihan perekonomian di Amerika tentu memiliki implikasi positive terhadap perekonomian Indonesia, meskipun saat ini di Indonesia sedang mengalami peningkatan kasus Covid 19. Apabila tidak segara di kendalikan, tentu saja hal ini akan mendorong perekonomian Indonesia kembali berpotensi untuk mengalami pelemahan kembali. Pertanyaannya sederhana, setidaknya untuk saat ini pemirsa. Seberapa lama lagi vaksinasi dapat hadir di seluruh dunia, hingga pada akhirnya meskipun dunia belum pulih seutuhnya, tapi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada negara negara lain untuk bisa segera melakukan vaksinasi. Dan kami melihat, setidaknya hingga 2022 ada harapan hampir 30% negara di seluruh dunia, sudah mulai melakukan vaksinasi, dan hal tersebut akan menjadi tolok ukur dimana perekonomian akan kembali stabil. WHO terus mendorong vaksinasi khususnya bagi negara-negara yang miskin agar mendapatkan vaksin. Kegagalan pembagian yang tidak merata terkait dengan vaksin merupakan salah satu kegagalan WHO juga menurut kami, tapi tidak bisa disalahkan juga bagi negara negara yang memprioritaskan vaksinasi terhadap rakyatnya lebih dulu untuk menciptakan kekebalan berkelompok. Saat ini di negara negara berkembang mulai mengalami permasalahan yang sama dalam mencegah angka penyebaran Covid 19, meskipun tidak seperti tahun lalu. Emerging Market akan terus belajar bagaimana untuk menangani ini, namun tentu saja dengan cara yang lebih baik. Namun hal ini mendorong Emerging Market untuk tetap bertumpu kepada negara negara maju untuk menjaga fase pemulihan agar dapat berjalan dengan baik. Pemulihan yang tidak merata saat ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus kita terima, namun sejauh mata memandang, pemulihan ekononi masih akan dihadapi ketidakpastian hingga pada akhirnya vaksinasi terjadi dengan tingkat populasi hampir 50% di setiap negara untuk menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih baik. Selanjutnya sederhana, mana yang lebih cepat, vaksinasi atau mutasi?
2.INSENTIF
Sektor hulu migas merupakan salah satu sector yang terdampak dari pandemic yang juga mempengaruhi neraca perdagangan sebuah negara. Tekanan terhadap pandemic memberikan pilihan bagi manajemen untuk lebih cermat dalam berekspansi maupun mengambil keputusan dalam operasional bisnis. Saat ini pemerintah berupaya melakukan sejumlah perbaikan syarat dan ketentuan untuk membuat blok migas menjadi investasi yang menarik. Peningkatan bagi hasil kontraktor untuk skema cost recovery dengan memperhitungkan risiko geologi, infrastruktur, dan sumber daya. Selain itu pemerintah juga fokus pada perbaikan lainnya yaitu open bid signature bonus, FTP 10%, penerapan harga DMO 100% selama masa kontrak, fleksibilitas skema kontrak kerja sama dengan pemberian insentif cost recovery atau gross split, ketentuan pelepasan baru yang memberikan insentif tidak adanya kewajiban pelepasan sebagian wilayah pada tahun ke-3 kontrak, akses data yang mudah melalui mekanisme keanggotaan Migas Data Repository (MDR), serta insentif dan fasilitas perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun ini Indonesia membuka penawaran 6 Wilayah Kerja minyak dan gas bumi atau WK migas konvensional tahap I 2021 yang terdiri atas 4 WK melalui mekanisme penawaran langsung dan 2 WK melalui mekanisme lelang reguler. Empat WK migas yang ditawarkan melalui mekanisme penawaran langsung, antara lain South CPP yang berlokasi di Riau (onshore), Sumbagsel di Sumatra Selatan (onshore), Rangkas di Banten dan Jawa Barat (onshore), serta Liman di Jawa Timur (onshore dan offshore). Sementara itu, untuk WK migas yang ditawarkan melalui mekanisme lelang reguler adalah Merangin III yang terletak di Sumatra Selatan dan Jambi (onshore) dan North Kangean di Jawa Timur (offshore). Dengan banyaknya negara-negara lain yang melakukan upaya-upaya menarik dengan memberikan insentif-insentif, maka kompetisi persaingan untuk Indonesia menjadi lebih berat lagi. Sehingga upaya untuk meningkatkan daya saing hulu migas di indonesia ini merupakan tantangan kedepan yang harus dilakukan. Adapun sejumlah insentif telah diberikan dan ada pula insentif yang tengah dikerjakan seperti patokan signature bonus maupun mengenai komitmen kerja pasti. Saat ini, Indonesia tengah menerapkan ruang diskusi yang cukup lebar dimana investor akan melihat bagaimana pelaksanaan dari apa yang sudah disampaikan pemerintah di berbagai kesempatan bahwa kita akan menerapkan fiskal yang fleksibel, menjamin keekonomian investasi khususnya di hulu migas. Dengan insentif tersebut tentu dampak positif dari insentif tersebut tentunya menjadi harapan bagi terbukanya peluang dari lapangan-lapangan migas yang sebelumnya diabaikan karena tidak ekonomis, sehingga dengan pemberian insentif diharapkan dapat segera dikerjakan dan memberikan pemasukan lebih kepada pemerintah.

