ANALIS MARKET (28/6/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Variatif, Aksi 'Wait and See' Direkomendasikan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali menguat meskipun masih dalam rentang terbatas.

Ketidakyakinan kami terhadap penguatan obligasi bukanlah tanpa alasan, pasalnya peningkatan Covid 19 masih akan menjadi sebuah batu sandungan bagi pemulihan ekonomi.

Hal ini yang membuat kami masih melihat bahwa pelaku pasar dan investor tentu akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi akibat adanya kenaikkan tingkat resiko sebagai bagian dari pemulihan ekonomi yang terhambat.

Tidak hanya itu saja, peningkatan kasus di hari Minggu kemarin, secara resmi menobatkan Indonesia sebagai negara nomor 1 dengan tingkat penularan tertinggi dalam 1 hari di dunia, disusul dengan tingkat kematian nomor 1 didunia dalam 1 hari.

Tentu penyebaran ini bukanlah main main, karena masih akan terus berlanjut apabila tidak ada penanganan yang serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. PSBB total bukanlah jawaban, pengendalian dan penegakkan protocol kesehatan merupakan sebuah jawaban agar perekonomian dapat bertahan sekalipun sector kesehatan sedang goyah.

Sejauh mata memandang, seharusnya kita sudah belajar dari segala kesalahan pada tahun lalu. Apabila kita tidak belajar juga, tentu kita akan merasakan lobang yang sama 2x, dan kita sudah tahu sedalam apa lobang yang kita masuki kemarin.

Pekan ini akan menjadi pekan yang menentukan bagi pasar obligasi. Pasalnya, kali ini seperti biasa di awal bulan beberapa data ekonomi akan menjadi perhatian, karena tentu saja akan mempengaruhi pergerakan, baik saham maupun obligasi.

Nah, data inflasi tentu saja akan memberikan sejauh mana konsumsi di Indonesia mengalami pemulihan dan bertahan di tengah peningkatan kasus Covid 19.

Tidak hanya inflasi, tapi PMI Manufacturing pun menjadi perhatian, karena ditengah situasi dan kondisi seperti ini, Manufacturing juga tentu saja akan berpengaruh karena kalau sampai Manufacturing mengalami penurunan diluar batas toleransi, maka itu artinya Covid 19 mulai menyakiti pemulihan ekonomi di Indonesia.

Memang tidak akan sampai PSBB Total seperti tahun lalu, namun menurunnya mobilitas masyarakat, tentu akan berdampak terhadap aktivitas perekonomian yang tentu saja akan mengalami penurunan.

Kuncinya 1, sejauh mana pemerintah bisa mengendalikan Covid 19, sejauh itu pula perekonomian akan bertahan, dan tentu akan membuat IHSG bertahan untuk melewati tekanan yang timbul akibat Covid 19 dan potensi Taper Tantrum dari The Fed.

“Pagi ini pasar obligasi berpotensi bergerak bervariatif dengan rentang pergerakan 30 – 60 bps. Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (28/6/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.THIS WEEK!

Pekan ini mungkin akan menjadi pekan yang begitu dinantikan. Penantian tersebut akan dimulai dari tanggal 1 July, yang dimana hari Kamis akan menjadi tolok ukur terpenting dari pergerakan pasar. Seperti yang kita ketahui bersama, data perekonomian yang keluar akan menjadi perhatian pelaku pasar dan investor. Dari dalam negeri seperti yang kita ketahui bersama, akan ada data inflasi dan PMI Manufacturing yang akan hadir. Inflasi menjadi salah satu point yang akan sangat diperhatikan saat ini, setelah sebelumnya mengalami kenaikkan akibat adanya moment lebaran. Pertanyaannya sederhana, mampukah inflasi akan kembali mengalami kenaikkan ditengah situasi dan kondisi Covid 19 kembali naik? Ataukah daya beli kita lagi lagi harus kembali mengalami penurunan? Secara proyeksi kami melihat inflasi secara YoY akan mengalami penurunan dari 1.68% menjadi 1.50%, namun inflasi inti diproyeksikan mengalami kenaikkan dari 1.37% menjadi 1.45%. Tidak buruk apabila memang data inflasi yang keluar sesuai dengan proyeksi. Inflasi tentu saja boleh mengalami penurunan, tapi diharapkan tidak keluar dari batas toleransinya. Karena apabila inflasi mengalami penurunan lebih besar dari yang diperkirakan, tentu saja memberikan kita semua gambaran bahwa daya beli sudah terkena dampak dari kenaikkan Covid 19 yang terjadi dalam 1 pekan terakhir. Ini menjadi penting, karena momentum pemulihan ekonomi tidak boleh terluka apabila menginginkan Q2 2021 perekonomian Indonesia bisa bangkit. Begitupun dengan PMI Manufacturing. Apabila PMI Manufacturing kembali mengalami penurunan dalam tingkatan yang drastis, ini akan menciderai pasar yang akan kembali menimbulkan rasa pesimis lebih besar. Momentum ini harus dijaga, agar perekonomian dapat konsisten tumbuh pada Q2 2021, karena akan menjadi factor penentu, apakah Q3 dan Q4, perekonomian Indonesia bisa mengalami golden turn atau tidak. Kenaikkan Covid 19 yang terjadi pada hari Minggu kemarin cukup mengkhawatirkan pemirsa, karena kenaikkan Covid 19 kemarin, resmi membuat Indonesia menjadi Negara nomor 1 didunia dengan jumlah tertinggi positive terinfeksi Covid 19 dalam 1 hari, begitupun dengan kematian yang menjadikan Indonesia Negara nomor 1 dengan tingkat kematian tertinggi dalam 1 hari. Upaya pengendalian bukan lagi sesuatu yang main main, tindakan tegas dibutuhkan saat ini dari pemerintah untuk mengendalikan protocol kesehatan tanpa mengorbankan perekonomian. Bagaimana caranya? Kami yakin pemerintah dengan berbagai orang pilihan memiliki caranya tersebut, pertanyaannya sederhana, mampukah ini di implementasi hingga kebawah? Langkah langkah pemerintah selanjutnya akan menjadi perhatian bagi pelaku pasar dan investor jelang akhir Q3 2021. Tidak hanya dari dalam negeri, tapi dari Amerika juga akan menjadi penentu pekan ini. Beberapa data ekonomi seperti; Conf. Board Consumer Confidence, Durable Goods Orders, Factory Orders, Unemployment Rate, Change in Nonfarm Payrolls, PMI Manufacturing, dan ADP Employment Change akan mencuri perhatian. Ini merupakan data data penting yang harus kita perhatikan pada pekan ini karena akan mempengaruhi pergerakan pasar di Amerika yang tentu sedikit banyak akan memberikan implikasi terhadap pergerakan pasar dalam negeri. Data perekonomian China terkait dengan Caixin PMI Manufacturing, Composite, dan Services juga menjadi perhatian pemirsa, sejauh mana perekonomian China bisa kembali solid ditengah fase pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini. Dari China, kita jalan-jalan ke Jepang yang dimana data perekonomian yang muncul akan mencuri perhatian. Jobless Rate, Job to Applicant Ratio, Retail Sales, Industrial Production, dan tentu saja berbagai data Tankan Large Manufacturing Index, Manufacturing Outlook, dan All Industry Capex menjadi sorotan. Membaiknya data perekonomian Jepang akan menjadi sebuah cerita tersendiri bagi Jepang yang tengah berusaha untuk menjaga perekonomiannya untuk tetap berjalan, ditengah kegalauan mereka untuk mengadakan Olimpiade. Data data PMI Manufacturing, Composite, dan Services juga menjadi perhatian. Minggu ini menandakan awal bulan baru bagi perekonomian, data ekonomi nanti akan menjadi penentu pergerakan pasar selanjutnya meskipun realistis dibutuhkan.