ANALIS MARKET (05/4/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan akhir pekan lalu, Kamis, 01/04/2021, IHSG ditutup menguat sebesar 25 poin atau sebesar 0.43% ke level 6.011. Sektor perkebunan, perdagangan, aneka industri, pertambangan, industri dasar, keuangan, infrastruktur bergerak negatif dan menjadi kontributor pada kenaikan IHSG. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 1.1 triliun rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.PIDATO BIDEN

Saat ini di Amerika tengah menjadi trending pemirsa. Bukan tentang fashion, tapi tentang keinginan Biden untuk menerbitkan stimulus infrastructure terbesar dengan total nilai sebesar $2.25 triliun. Biden kembali menjabarkan rencananya kemarin, sebuah rencana yang disebut berani yang dia ingin wujudkan untuk membangun kembali infrastructure Amerika. Namun langkahnya itu sendiri tidak akan mudah, karena dia akan menghadapi Partai Republik, dan ada kemungkinan akan menghadapi tekanan dari Partai Demokrat itu sendiri meskipun tidak sebanyak tekanan dari Partai Republik. Dengan anggaran sebesar $2.25 triliun, Biden ingin mewujudkan semua ambisinya, mulai dari pembangunan rel kereta api lintas benua, system jalan raya antar negara bagian, hingga program luar angkasa, dan tidak ketinggalan peningkatan penyebaran pembangunan jaringan listrik, hingga fasilitas penitipan anakpun kebagian jatah pemirsa. Biden mengatakan bahwa rencana ini adalah rencana besar dalam kurun waktu 1 generasi di Amerika. Nilainya besar dan itu merupakan rencana yang sangat berani untuk diselesaikan. Meskipun ada tekanan dari partai Republik, namun kami percaya bahwa Partai Demokrat punya cara tersendiri untuk meloloskan rancangan yang akan di lakukan oleh Biden. Ada kemungkinan rencana stimulus tersebut akan di pecah menjadi 2 atau 3 bagian agar beberapa bagian membutuhkan suara Senat namun mungkin untuk di loloskan, dan beberapa bagian lainnya cukup membutuhkan suara Partai Demokrat untuk di loloskan. Tapi lagi lagi Biden berharap bahwa dirinya mampu membawa beberapa wakil dari Partai Republik untuk ikut serta dalam rencana Biden agar Partai Republik pun dapat ikut berkontribusi dalam memutuskan rencana tersebut. Apalagi Biden mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk masa depan. Rencana biden tersebut tentu membutuhkan biaya, dan biaya tersebut akan diambil dari kenaikkan pajak yang akan dilakukan oleh Biden. Senator Republik mengatakan bahwa seharusnya kita semua dapat bekerjasama untuk menemukan cara yang lebih baik untuk mewujudkan rencana tersebut tanpa harus menaikkan pajak yang ujung ujungnya akan merugikan perekonomian kita. Partai Demokrat sendiri sudah bekerja untuk menyusun dan memberikan rancangan pada paket tersebut, dan diharapkan akan selesai pada 4 July mendatang. Keputusan terkait dengan paket dan skema proposal tersebut diharapkan dapat disampaikan pada bulan April ini, sebagai bagian dari pemaparan dari Biden terkait dengan rencana yang lebih detail dari stimulus infrastructure tersebut. Apabila Partai Republik tetap bersikukuh untuk tidak mendukung rencana tersebut, mau tidak mau Biden akan menggunakan rekonsiliasi untuk meloloskan rencananya tersebut. Sebetulnya apa sih yang membuat Biden berusaha sejauh itu? Apa iya karena keegoisannya? Tidak pemirsa. Apa yang di lakukan Biden semata mata sebagai salah satu program investasi pemerintah Amerika yang bersejarah untuk memenangkan perlombaan terkait dengan inovasi dan improvasi dengan pemerintah China yang dimana China terus menerus melakukan pembangunan infrastructure, apalagi China kian semakin giat untuk mengembangan Belt and Road Initiative-nya. Pemerintah China terus menerus mengalirkan triliunan dollar hampir setiap tahun ke dalam pembangunan infrastructure mereka mulai dari transportasi, telekomunikasi, hingga air dan manufacture. Kalau kita bagi pertahunnya, anggaran Biden hanya sebesar $280 miliar setahun. Dan China melakukan itu hanya bermodalkan obligasi pemerintah daerah, dan tahun ini total yang dikeluarkan sudah sebesar 3.65 triliun yuan atau $556 miliar. Secara ukuran masih jauh lebih besar dibandingkan Amerika, hal ini yang mendorong China berusaha mengejar Amerika dan berusaha untuk menjadi nomor 1. Untuk Research & Development sendiri, Biden menganggarkan $180 miliar dana pemerintah. Dan nilai tersebut merupakan yang terbesar sejauh ini hanya untuk bagian Research & Developoment saja. Coba kita bandingkan dengan pengeluaran tahunan China dengan Rancangan Undang Undang stimulus Biden ya, kita mulai dari transportasi. Pengeluaran tahunan China sebesar $522 miliar, sedangkan RUU Stimulus Biden sebesar $620 miliar atau $77.5 miliar / tahun. Sektor telekomunikasi dan air bersih; Pengeluaran tahunan China sebesar $62 miliar ditambah $117 miliar, sedangkan RUU Stimulus Biden sebesar $650 miliar atau $81.3 miliar / tahun. Untuk sector semiconductor; Pengeluaran tahunan China sebesar $30.5 miliar, sedangkan RUU Stimulus Biden sebesar $50 miliar. Untuk Research & Development; Pengeluaran tahunan China sebesar $2.1 miliar, sedangkan RUU Stimulus Biden sebesar $40 miliar. Memang kita tidak bisa membandingkan apple to apple, ini bukan iPhone ya pemirsa :D, tapi karena masing masing negara memiliki prioritasnya masing masing. Namun setidaknya angka tersebuat dapat memberikan gambaran kepada kita semua, sejauh mana ambisi China untuk melebihi Amerika untuk menjadi negara nomor 1 di masa yang akan datang. Output ekonomi per kapita untuk China berkisar 1/6 dari Amerika. China sebagai pemilik identitas Emerging Market, akan terus berkembang dan melakukan investasi di sector infrastructure dibandingkan negara maju. Beberapa alat transportasi di China seperti kereta api berkecepatan tinggi, infrastructure dan teknology transportasi China sejauh ini mulai lebih maju apabila kita bandingkan dengan Amerika. Hal tersebutlah yang mendasari Biden untuk menjaga posisi Amerika sebagai negara nomor 1 di dunia agar jangan sampai China mendahului Amerika. Dewan Penasihat Ekonomi White House pun mengatakan bahwa ini merupakan RUU Stimulus terbesar yang pernah terjadi di industry, untuk mendorong industry baru untuk lahir. Ditengah dorongan akan RUU Stimulus Biden, ada data ekonomi dari Amerika kemarin yang cukup menarik pemirsa yaitu;

2.APAKAH INI NYATA?

Data Nonfarm Payrolls mengalami kenaikkan pemirsa dari sebelumnya 486k menjadi 916k. Kenaikkan ini merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 7 bulan terakhir. Percepatan vaksin membuat banyak masyarakat Amerika mulai kembali melakukan aktivitasnya, yang mendorong perekonomian mulai menunjukkan pemulihan yang konsisten. Didukung dengan pelonggaran mobilitas, tentu hal ini akan menjadi salah satu point terpenting dalam fase pemulihan ekonomi di Amerika. Angka pengangguran sendiri turun menjadi 6%, wow bingits kan pemirsa. Apalagi hal ini menjadi sebuah bukti, bahwa stimulus yang diberikan Biden sebesar $1.9 triliun kemarin, memang merupakan salah satu factor penting dalam roda pemulihan. Dengan hampir 1/3 masyarakat di Amerika telah mengalami proses vaksinasi, membuat masyarakat Amerika mulai melakukan peningkatan konsumsi. Naiknya permintaan diharapkan dapat ikut mendorong penjualan yang lebih kuat, sehingga mendorong ketenagakerjaan juga mengalami kenaikkan ke titik sebelum pandemi. Meskipun demikian, pemulihan masih akan memakan waktu. Tapi percaya, cepat atau lambat, hari ini atau nanti, focus utamanya adalah bukan lagi apakah proses pemulihan sudah terjadi, tapi seberapa cepat pemulihan akan terjadi. Seperti biasa, atas naiknya optimism di pasar, US Treasury pun kembali bergoyang riang bahwa adanya ekspektasi inflasi yang tentunya mengalami kenaikkan. Sekretaris Kementrian Ketenagakerjaan sangat senang melihat data data ekonomi tersebut, meskipun dia mengatakan bahwa proses pemulihan masih sangat panjang. Yang menarik adalah, apabila RUU Stimulus Biden bisa diterbitkan, tentu saja hal tersebut akan kembali mendorong penyerapan tenaga kerja yang akan menurunkan angka pengangguran dan mendorong ekspektasi dan harapan di masa yang akan datang. Meskipun ada ekspektasi dan inflasi, pemirsa tidak perlu khawatir ya, karena Powell sebagai juragan Bank Sentral The Fed mengatakan bahwa dirinya tidak akan menaikkan tingkat suku bunga hingga 2023, namun tidak menutup kemungkinan bahwa apabila data perekonomian mendukung dan seperti yang tadi kita sampaikan, kalua proses pemulihan terjadi lebih cepat, maka taper tantrum mungkin saja akan terjadi lebih awal.

3.TIDAK CUKUP!

Pergerakan IHSG pada satu pekan terakhir yang diiringi dengan aksi jual investor asing tentu menjadikan kekhawatiran bagi pelaku pasar dalam negeri. Rilis data Manufaktur PMI dan Inflasi pada hari Kamis dinilai belum mampu menahan laju aliran modal keluar tersebut. Depresiasi nilai tukar rupiah menjadi fokus pelaku bisnis di tengah pemulihan produksi. Hal tersebut seiringan dengan potensi biaya bahan baku yang lebih tinggi dimana pembelian bahan baku dan barang modal dari importir dapat menaikkan beban produksi yang memicu kenaikan harga. Sinyal pemulihan dari produksi saat ini mulai terlihat dari kapasitas utilisasi pabrik yang mulai naik pada kuartal III 2020 dan terus menunjukkan adanya kenaikan hingga kuartal I 2021. Selain itu, rilis data PMI Manufaktur bulan Maret menutup kuartal I pada posisi yang lebih tinggi dari sejak perlambatan pada kuartal II 2020. PMI Manufaktur Maret tercatat di posisi 53.2 lebih tinggi dari Februari yang berada pada 50.9. Saat ini sector manufaktur memberikan gambaran yang solid dimana ekspansi terus mengalami kenaikan yang disertai dengan tumbuhnya permintaan baru dan output selama 5 bulan berturut – turut. Kenaikan tersebut dinilai dapat memberikan peluang pada naiknya serapan tenaga kerja langsung. Namun yang menjadi perhatian saat ini adalah pemulihan dari sisi ekspor. Tentu kenaikan dari sisi permintaan luar negeri memberikan harapan adanya perbalikan utilisasi pabrik seperti tahun sebelum pandemi.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 5.958 – 6.067,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (05/4/2021).