ANALIS MARKET (30/4/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi berbalik, melakukan u-turn ketika pasar obligasi menunjukkan tanda-tanda perlemahan.

Pergerakan US Treasury yang masih stabil dan tidak volatile masih menjadi alasan pasar obligasi kembali mengalami penguatan.

Namun hati hati, ditengah data ekonomi Amerika yang keluar hari ini pemirsa, yang dimana ekspektasi dan harapan akan pemulihan ekonomi kembali berjalan, terlihat US Treasury kembali mengalami kenaikkan hari ini sebesar 0.03%.

Kami khawatir hari ini akan menjadi pembalikkan arah bagi pasar obligasi dalam negeri, tetap cermati setiap situasi dan kondisi yang terjadi pemirsa, karena mungkin saja penguatan kemarin hanya sekedar gocekan belaka.

Nah,  sembari membahas perbaikan ekonomi di Amerika, ada kemungkinan capital ouflow secara perlahan tapi pasti akan lebih konsisten terjadi di pasar

keuangan kita yang ujung-ujungnnya akan menekan pergerakan saham atau obligasi yang kita miliki. Namun pergerakan pasar obligasi mungkin saat ini akan jauh lebih stabil karena ada tangan tangan yang akan menjaga pasar obligasi ditengah situasi dan kondisi saat ini.

Kami melihat pasar saham masih akan mengalami penurunan, dan apabila volatilitas bertambah tentu tidak menutup kemungkinan pasar saham juga akan melakukan shifting kepada obligasi untuk menjaga expected return.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (30/4) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan 30 – 60 bps, lebih dari itu akan menjadi cerita tersendiri bagi pasar obligasi.

“Kami merekomendasikan beli,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (30/4/2021).

Adapun cerita di akhir pekan ini akan kita awali dari;

1.STAND BY ME!

Dalam pidatonya yang di helat kemarin, Biden menyampaikan banyak hal tentang menjadi seorang pemimpin dan rakyat. Biden telah mengubah sudut pandang yang sebelumnya Amerika terluka karena Covid sekarang dapat mengalami kebangkitan. Biden menjanjikan kenaikkan pajak bagi orang kaya untuk mendanai rencana besarnya untuk infrastructure, pendidikan, dan berbagai hal lainnya demi kebaikkan masyarakat Amerika. Biden mengatakan dalam pidato kenegaraanya, bahwa Amerika sedang bergerak lagi! Mengubah ketakutan menjadi kekuatan, krisis menjadi sebuah peluang dan kemunduran menjadi kekuatan. Namun Biden tidak bisa sendiri melakukan semua itu, oleh sebab itu Biden mengingatkan kepada semua Perusahaan dan masyarakat Amerika yang kaya untuk dapat memikul beban lebih besar, dan membantu Biden untuk membiayai kemajuan bangsa. Biden mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Perusahaan Amerika dan 1% orang terkaya di Amerika untuk membayar bagian mereka yang seharusnya mereka berikan. Untuk lebih menghargai pekerjaan dan bukan kekayaan. Biden juga meminta layanan masyarakat untuk menindak bagi mereka yang kaya raya menipu pajak mereka. Biden akan mengembalikan tarif pajak penghasilan pribadi menjadi 39.6% untuk mereka yang berpenghasilan $400.000 setahun, pajak keuntungan untuk mereka yang berpenghasilan $1 juta atau lebih, serta akan mengakhiri pemberian atas keringanan pajak bunga yang digunakan oleh Fund Manager. Apa yang saya usulkan itu adil imbuh Biden, dan ini akan memiliki tanggung jawab terhadap fiscal. Program yang menjanjikan yang di berikan oleh Biden akan menjadi program menciptakan jutaan pekerjaan dan menumbuhan perekonomian. Bagi Biden, tentu Corona menjadi salah satu alasan yang paling kuat untuk mempersatukan bangsa, mendorong siapapun yang berkelebihan untuk dapat berkorban demi Amerika, sekalipun itu ternyata dalam bentuk kenaikkan pembayaran pajak. Biden juga menyampaikan terkait dengan American Families Plan yang dimana sebuah stimulus sebesar $1.8 triliun dimana di dalamnya terdapat perawatan untuk anak anak. Bagi Biden stimulus lanjutan akan menjadi salah point penting untuk terus memulihkan perekonomian di Amerika sehingga semakin mempercepat akselerasi pemulihan ekonomi. Mengenai kebijakan luar negeri pun, Biden berjanji untuk dapat melawan para pesaingnya seperti Rusia dan China, ketika kepentingan Amerika berada dalam bahaya. Biden pernah berdiskusi dengan Xi bahwa Biden tentu menyambut persaingan diantara Amerika dan China, namun Amerika sendiri tidak ingin mencari konflik. Namun apabila ada sesuatu yang terjadi, tentu Biden akan membela kepentingan Amerika secara keseluruhan. Well, dan apa yang diperjuangkan oleh Biden ternyata itu terbukti pemirsa, karena;

2.AMERICA IS BACK!

Dengan dukungan kebijakan moneter dan fiscal selama pandemic, ternyata terbukti bahwa setiap stimulus yang diberikan tidak ada yang sia-sia. GDP Amerika mengalami kenaikkan dramatis pemirsa, dimana secara QoQ pertumbuhan ekonomi Amerika telah tumbuh sebesar 6.4%, naik dari sebelumnya 4.3%. Didukung dengan Personal Consumption yang naik dari sebelumnya 2.3% menjadi 10.7%, tentu ini memberikan sebuah gambaran bahwa masyarakat Amerika mulai yakin untuk melakukan konsumsi akibat adanya vaksin. Aktivitas perekonomian dan meningkatnya mobilitas membuat ekonomi kembali bergerak yang dimana tentu saja hal ini memberikan sebuah gambaran bahwa perekonomian Amerika telah bergerak dengan kecepatan yang konstan, dan akan menjadi tahun yang booming apabila hal ini berlanjut secara konsisten. Pengeluaran masih di dominasi oleh barang barang yang mengalami peningkatan sebesar 23.6%, pemulihan untuk sector jasa pun masih berlanjut, meskipun kami melihat sejauh ini sector jasa juga ternyata mengalami peningkatan yang signifikan sejak dimulainya aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat. Disisi barang tahan lama seperti peralatan rumah tanggak ataupun barang jangka Panjang lainnya juga mengalami peningkatan sebesar 41.4%. Stimulus yang keluar kemarin juga mendorong daya beli mengalami peningkatan pemirsa, meskipun dari stimulus tersebut tidak semua di belanjakan. Pemirsa bisa melihat bahwa angka tabungan juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 13% menjadi 21%, penundaan konsumsi inilah yang membuat persentase tabungan mengalami peningkatan. Dan ketika aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat mulai kembali, masyarakat memiliki uang berlebih untuk dapat di belanjakan. Pengeluaran investasi pemerintah juga mengalami peningkatan sebesar 6.3% termasuk 13.9% di tingkat pemerintah, dan 1.7% dari pemerintah negara bagian dan daerah. Angka angka pemulihan masih terus berlanjut pemirsa, ini merupakan pergerakan perekonomian yang begitu cepat sejak lockdown pada tahun 2020 silam. Sejauh ini secara tingkat pekerjaan, sudah hampir sekitar 14 juta masyarkaat Amerika telah kembali bekerja, tingkat pengangguran sendiripun telah mengalami penurunan dari sebelumnya 14.7% menjadi 6%, namun masih selisih jauh dari sejak sebelum lockdown di berlakukan pada Maret 2020 silam yaitu di 3.5%. Namun perlahan tapi pasti, data Initial Jobless Claims pun terus mengalami penurunan, dari sebelumnya 566k menjadi 553k. Tentu ini menunjukkan sebuah perbaikan dalam ketenagakerjaan yang dimana diinginkan oleh Powell. Pada sisi fiscal, Kongres sejauh ini telah mengalokasikan sekitar $5.3 triliun untuk mendorong stimulus melalui peningkatan kompensasi kepada para pengangguran. Deficit anggaran pemerintah telah mencapai $1.7 triliun pada Q1 2021 dan utang pemerintah telah mengalami kenaikkan menjadi $28.1 triliun. Belum lagi ditambah dengan adanya stimulus infrastructure dan American Families Plan. Tapi yang terpenting adalah bahwa saat ini proses pemulihan ekonomi harus di kawal dengan baik hingga tuntas, dan untuk kita sendiri justru jangan sampai terpesona dengan pemulihan ekonomi di Amerika, tapi lupa dengan pemulihan ekonomi di Indonesia. Q2 akan menjadi saksi, apakah kita bisa mengejar ketertinggalan atau tidak.

3.RAMALAN DARI ADB

Asian Development Bank memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4.5% pada tahun 2021 dan perlahan akan meningkat menjadi 5% pada 2022. Dalam risetnya, ADB menjelaskan pemulihan ekonomi di Indonesia didorong oleh pulihnya sector manufaktur serta stimulus fiskal melalui program pemulihan ekonomi nasional yang cukup besar pada tahun ini. Konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan meningkat secara bertahap seiring dengan berlanjutnya program vaksinasi dan semakin banyak sector ekonomi yang kembali beroperasi. Selain itu, pemulihan ekonomi juga akan didukung oleh kinerja investasi yang diperkirakan akan meningkat bersamaan dengan membaiknya prospek ekonomi Indonesia. Namun pemulihan kredit perbankan diproyeksikan masih akan tertekan mengingat masih adanya sentiment ketidakpastian. Sejalan dengan pemulihan ekonomi, ADB memperkirakan inflasi akan meningkat sebesar 2.4% pada 2021 dan naik menjadi 2.8% pada 2022. Defisit transaksi berjalan diproyeksikan mencapai 0.8% pada 2021, hal tersebut seiringan dengan peningkatan ekspor yang berasal dari komoditas. Di sisi lain, ADB juga menyampaikan masih adanya beberapa risiko yang membayangi pemulihan ekonomi ke depan, di sisi global, terdapat risiko munculnya varian virus corona baru yang ikut memberikan kekhawatiran terhadap terhambatnya progress pemulihan. Selain itu vaksinasi yang belum merata di sejumlah negara bagian serta pengetatan keuangan global juga menjadi risiko yang ikut membayangi pemulihan. Di Indonesia, ADB melihat adanya risiko yang berpotensi menghambat laju pemulihan dimana lonjakan kasus selama periode Ramadhan, keterlambatan vaksinasi serta melemahnya pendapatan negara dinilai dapat menjadi trigger tersebut.