ANALIS MARKET (08/3/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at, 05/03/2021 lalu, IHSG ditutup melemah sebesar 82 poin atau sebesar 0.51% menjadi 6.258. Sektor pertambangan, infrastruktur, industri dasar, property, aneka industri, industri konsumsi, perkebunan, perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Sementara investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar 956 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.GO BIG! YAP GO BIG!!!!
Pada akhirnya pemirsa, sesuai dengan yang diperkirakan kami, stimulus itu berpotensi cair sebelum tanggal 14 March 2021 dimana tanggal itu merupakan tanggal terakhir tunjangan pengangguran akan berakhir. Presiden Joe Biden akhirnya mendapatkan restu dari Senat dengan nilai suara 50 – 49 pada hari Sabtu kemarin dimana mereka semua meeting marathon selama 25 jam dalam melakukan amandement suara setelah pada akhirnya Demokrat berhasil menyelesaikan perselisihan antar partai terkait dengan tunjangan pengangguran. Rancangan Undang Undang tersebut akan kembali kepada DPR, dimana Pemimpin Mayoritas Steny Hover mengatakan bahwa pemungutan suara akan diadakan hari Selasa. Meskipun Partai Demokrat sempat mengeluh pemirsa karena ada perubahan yang terjadi di Senate. Namun sejauh ini semua berjalan dengan sesuai dengan rencana Joe Biden. Partai Demokrat sendiri berharap akan bisa menandatanganinya pekan ini. Pengesahan Rancangan Undang Undang terbesar kedua dalam sejarah Amerika ini akan memberikan Joe Biden kemenangan terbesarnya di tahun ini, dimana dia akan segera menyiapkan panggung berikutnya untuk project infrastructure dan Rancangan Undang Undang pemulihan manufacture yang Biden inginkan. Biden mengatakan bahwa meskipun moment ini merupakan situasi dan kondisi yang cukup keras, namun pada akhirnya Senat mendukung Rancangan Undang Undang ini. Tidak pernah ada perjuangan yang bagus selain ini untuk melawan situasi dan kondisi saat ini. Stimulus tersebut berpotensi untuk memberikan perawatan kesehatan terbesar sejak Undang Undang sebelumnya. Tidak hanya itu saja, stimulus tersebut berpotensi untuk mengetaskan kemiskinan untuk masyarakat dan masyarakat yang menganggur akan kembali mendapatkan tunjangan sebsar $1.400. Tidak hanya itu saja, pemerintah negara bagian dan daerah akan mendapatkan lebih dari $350 miliar terkait dengan bantuan dan sekolah yang akan mendapatkan dana tersebut. Pemerintah Amerika berharap bahwa pemulihan ekonomi akan terjadi lebih cepat sebelum tahun 2022 mendatang, dimana pemilihan akan berlangsung kembali. Stimulus tersebut juga akan memberikan $300 tambahan per minggu sebagai bantuan terhadap pengangguran hingga tanggal 6 September mendatang, tentu ini merupakan waktu yang cukup lama bagi para pengangguran untuk mendapatkan kembali pekerjaan di tengah proses pemulihan ekonomi. Tidak hanya itu saja, $160 miliar juga telah dipersiapkan untuk vaksin dan program pengujian virus untuk membantu mengendalikan wabah virus corona. Senat juga akan akan memberikan bantuan sebesar $800 juta untuk para tunawisma dengan kategori remaja. Atas stimulus tersebut, beberapa proyeksi pertumbuhan ekonomi berpotensi mengalami kenaikkan, ditambah dengan beberapa data ekonomi yang keluar memberikan indikasi bahwa perekonomian akan kembali pulih lebih cepat dengan proyeksi tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5.5% tahun ini, dan apabila hal tersebut terjadi tentu saja akan menjadi kebangkitan Amerika yang terbaik sejak tahun 1984 silam. Sejauh ini, 9.5 juta masyarakat Amerika masih berada dalam posisi belum bekerja. Diharapkan dalam kurun waktu keluarnya stimulus hingga bulan September mendatang, angka pengangguran mengalami penurunan untuk mendorong inflasi agar mengalami kenaikkan. Sebagai informasi, stimulus tersebut merupakan yang terbesar setelah bantuan pandemic tahun lalu senilai $2.2 triliun. Perjuangan untuk mendapatkan stimulus juga tidaklah mudah, negosiasi tersebut hampir berlangsung selama hampir 12 jam hanya untuk mendapatkan stimulus tersebut. Dalam negosiasi tersebut, Demokrat sebetulnya mempersiapkan rencana cadangan. Apabila ternyata Senat tidak mendukung rencana tersebut, maka Demokrat siap berjalan sekalipun tanpa dukungan dari Republik. Sebetulnya apa yang disampaikan oleh Republik juga tidak salah, karena mereka mengatakan bahwa stimulus tidaklah harus sebesar itu, karena data data perekonomian mengalami perbaikan. Apabila stimulus tersebut tetap dikeluarkan, khawatir akan menganggu kesehatan perekonomian Amerika dalam jangka waktu panjang karena deficit anggaran Amerika akan mengalami peningkatan. Sebagai informasi pemirsa, deficit anggaran sudah mencapai $2.3 triliun tahun ini, dan adanya stimulus yang sudah di sahkan, maka berpotensi akan menambah deficit sebesar $1.2 triliun lagi pada tahun fiskal 2021. Yang menarik dari stimulus tersebut juga karena pemerintah memberikan keringanan pajak sebesar $10.200 dari tunjangan pengangguran tersebut untuk para pekerja yang memiliki penghasilan hingga $150.000 / tahun. Tentu kami bersyukur pemirsa, bahwa ketakutan akan pelaku pasar dan investor terkait dengan kenaikkan US Treasury yang berpotensi bahwa tidak adanya stimulus lanjutan, ternyata hal itu tidak terbukti kebenarannya. Saat ini kita hanya bisa berdoa pada hari Selasa nanti, semoga stimulus tersebut dapat segera di tandatangani agar stimulus bukan lagi di atas awan, tapi menjadi sebuah kenyataan. Stimulus tersebut akan menjadi sebuah dorongan bahwa proses pemulihan ekonomi tahun ini akan menjadi kenyataan, dan bukan khayalan. Bukan tidak mungkin, kenaikkan harga saham akan kembali mengalami peningkatan. Dengan adanya stimulus ini, pasar mungkin akan kembali bergoyang. Dukungan stimulus ditambah dengan percepat distribusi vaksin akan menjadi 2 senjata andalan bagi perekonomian untuk pulih. Biden mengatakan bahwa stimulus tersebut akan menciptakan 6 juta pekerjaan baru dengan sendirinya, mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1 triliun dollar. Sejauh ini penjualan ritel pada bulan January mengalami kenaikkan yang cukup cepat dalam rentang waktu 7 bulan terakhir, ditambah dengan manufacture Amerika mengalami akselerasi yang lebih cepat dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Kalau sudah begini, semester eh salah semesta mendukung pemirsa. Mendukung pasar untuk tetap menghijau, ibarat kata jadi go green gitu pemirsa. Besok akan kita bahas ada apa saja di dalam stimulus tersebut ya pemirsa, soalnya kertasnya tidak muat. Ada hal yang menarik pemirsa dari kata kata Dewan Penasihat Ekonomi White House kemarin, dirinya mengatakan bahwa kunci pemulihan ekonomi adalah pengendalian wabah virus corona dan stimulus. Semua itu akan mempercepat proses pemulihan ekonomi. Pertanyaannya sederhana, sudahkah kita mengendalikan pandemic dengan baik?
2.GO CPO!
Pergerakan harga komoditas menjadi perhatian pelaku pasar dimana trend dari permintaan yang mulai pulih sejak semester II 2020 memberikan dukungan yang cukup kuat terhadap kenaikan dari harga komoditas. Kenaikan pada harga komoditas tentu menjadi trigger positif bagi Indonesia dimana mayoritas ekspor saat ini masih didominasi oleh produk komoditas dan turunannya. Salah satu mitra dagang Indonesia yaitu China dan India telah menunjukkan adanya pemulihan bertahap dari sisi produktivitas yang juga berdampak pada permintaan ekspor dari komoditas. Berdasarkan data dari Petroleum Planning and Analysis Cell (PPAC) permintaan India untuk bensin, diesel dan jenis bahan bakar lainnya akan mencapai 215,24 juta ton pada periode Maret 2021–Maret 2022 mendatang. Jumlah tersebut akan mencatatkan kenaikan sebesar 10% dari tingkat permintaan saat ini. Pada tahun lalu, tingkat konsumsi bahan bakar India turun hingga 70%, hal tersebut sejalan dengan kebijakan pengetatan aktivitas masyarakat yang diberlakukan pemerintah, sehingga berdampak pada turunnya kegiatan pemrosesan minyak mentah di India, yang ikut menjatuhkan harga minyak global pada tahun lalu. Negara importir dan konsumen minyak nomor 3 dunia tersebut diperkirakan akan mencatatkan pemulihan permintaan bahan bakar untuk transportasi dan industri. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah setempat untuk memperbaiki perekonomiannya. Berdasarkan data dari Bank Sentral India, Indeks Keyakinan Konsumen ada kenaikan pada kuartal I 2021 dimana pelonggaran aktivitas ikut mendorong konsumsi masyarakat yang lebih baik dibangdingkan kuartal IV 2020. Naiknya produktivitas dari industry diharapkan dapat memberikan kontribusi kenaikan pada konsumsi India yang juga berdampak positif bagi permintaan ekspor CPO. Sebagai eksportir minyak nabati, Industri sawit memberikan kontribusi dalam perolehan devisa negara melalui ekspor CPO dan produk – produk turunannya dengan rata – rata nilai ekspor sebesar 21,4 miliar USD atau rata – rata sebesar 14,19% per tahun dari total ekspor non migas Indonesia. Dari sisi penerimaan negara dalam bentuk pajak dan PNBP industri sawit juga menyumbangkan pemasukan penerimaan negara tersebut dengan estimasi sebesar Rp 14 triliun sampai Rp 20 triliun per tahunnya sehingga dapat kita simpulkan betapa signifikannya industri sawit terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Membaiknya harga CPO tentu menjadi trigger pada naiknya pendapatan negara dan juga produktivitas emiten sawit.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.170 – 6.310,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (08/3/2021).

