ANALIS MARKET (18/3/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, untung saja ada Om Powell yang menenangkan pasar kemarin.

Ditengah penantian akan pidato Powell semalam, US Treasury 10y bergoyang ke arah 1.68%, yang dimana 0.2% lagi akan menyentuh alarm pertama yang pernah kami sampaikan sebelumnya. Dan hal ini tentu saja memberikan implikasi negative terhadap pasar obligasi Emerging Market, tidak terkecuali Indonesia yang kembali mengalami penurunan.

Sebagai informasi pemirsa, apabila imbal hasil US Treasury 10y menuju 2%, maka berpotensi untuk membuat koreksi di pasar saham sebesar 10%.

Oleh sebab itu, pergerakan imbal hasil US Treasury juga tidak bisa dianggap remeh.

Nah pada akhirnya pemirsa, setelah Powell berpidato yang dimana kami melihat kami sangat senang dengan sikap Powell saat ini. Powell mengatakan melihat ada perbaikan perekonomian di Amerika, namun dirinya tetap akan menjaga kebijakan moneter untuk tetap berada pada tingkat suku bunga rendah tanpa adanya kenaikkan hingga 2023 mendatang. Tentu hal ini memberikan ketenangan bagi pelaku pasar dan investor yang dari kemarin cemas, bahwa ada potensi kenaikkan tingkat suku bunga sementara perekonomian masih belum siap untuk menghadapi kenaikkan tersebut. Powell sendiri mengatakan bahwa perekonomian Amerika mau jauh lho dari kata overheating, hal ini lagi lagi menenangkan pasar untuk kedua kalinya, ditengah tengah terpaan dan proyeksi bahwa perekonomian Amerika akan mengalami bubble.

Terkait dengan gejolak US Treasury pun Powell angkat bicara bahwa itu semua hanyalah sementara, sehingga tidak perlu di komentari lebih lanjut. Karena The Fed sendiri akan berbicara menggunakan data. Sekalipun ekspektasi mengalami kenaikkan namun tidak mengubah kenyataan apapun juga bahwa target utama The Fed adalah ketenagakerjaan dan inflasi.

Nah kalau sudah begini, pagi ini tentu saja pasar obligasi berpotensi untuk mengalami penguatan dengan potensi melemah terbatas. Kehati-hatian menjadi salah satu point yang penting.

“Kami merekomendasikan belanja dengan volume kecil,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (18/3/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.POWELL DINANTI POWELL BERAKSI

Sebuah berita yang cukup menyenangkan datang dari seorang Powell yang dimana tentu berita tersebut menjadi perhatian bagi para pelaku pasar dan investor di seluruh dunia terkait dengan sikap seorang Powell dan The Fed menghadapi volatilitas US Treasury yang terus mengalami pergolakan selama kurang lebih 1 bulan terakhir. Powell pada akhirnya menyampaikan proyeksi mereka bahwa mereka tidak akan mengubah tingkat suku bunganya hingga 2023 mendatang, meskipun ada potensi bahwa prospek perekonomian Amerika membaik dan inflasi yang mengalami peningkatan sehingga membuat pasar keuangan menjadi khawatir. Sebagai informasi nih pemirsa, bahkan sebelum pengumuman dari The Fed saja, US Treasury 10y telah bergoyang hingga 1.68%, sedangkan kami sempat memprediksikan bahwa alarm pertama akan berbunyi ketika US Treasury 10y menyentuh 1.70%. Berdasarkan survey yang di adakan bahwa ketika US Treasury 10y menyentuh 2%, maka dapat menyebabkan koreksi di pasar sebesar 10%, apabila US Treasury 10y menyentuh 2.5%, maka imbal hasil obligasi akan menjadi lebih menarik dibandingkan pasar saham tentunya. Oleh sebab itu, batas aman dari US Treasury sendiri kita tidak boleh abaikan pemirsa, karena ini akan menjadi salah satu point penting bagi kita untuk mengukur seberapa jauh pasar akan bergejolak, khususnya implikasi dari imbal hasil US Treasury kepada pasar saham. Saat ini US Treasury 10y telah ditutup berada di 1.64%, turun dari nilai tertingginya yaitu 1.68% setelah pengumuman yang disampaikan oleh Powell pemirsa. Sebagian besar memang mengatakan bahwa tingkat suku bunga berpotensi untuk mengalami kenaikkan bahkan sebelum 2023 mendatang, namun Powell mengatakan bahwa pandangan tersebut merupakan pandangan minoritas. Sejauh ini sebagian besar yakin bahwa hari ini hingga 2023 mendatang, Bank Sentral The Fed BELUM akan berbicara mengenai pengurangan pembelian asset oleh Bank Sentral. Hal ini menjadi point penting bahwa meskipun ekspektasi perekonomian di Amerika membaik, ditopang oleh ekspektasi inflasi, namun itu bukan berarti bahwa perekonomian di Amerika telah membaik. 7 dari 18 para pemangku kepentingan Bank Sentral mengatakan bahwa tingkat suku bunga akan naik lebih tinggi pada akhir 2023 mendatang, namun 8 dari pemangku kepentingan mengatakan bahwa ada kemungkinan 2022 tingkat suku bunga akan naik lebih awal. Saat indicator kegiatan perekonomian dan lapangan pekerjaan telah keluar, dalam indicator tersebut memberikan gambaran bahwa masih ada beberapa sector yang masih dalam posisi lemah bahkan ketika pemulihan ekonomi berlangsung. The Fed sendiri memproyeksi bahwa inflasi akan berjalan di bawah 2%. The Fed menyampaikan bahwa kenaikkan inflasi pada tahun ini hanyalah sementara. Inflasi sendiri akan berada di kisaran 2.2% pada tahun ini dan mengalami penurunan pada tahun 2022 mendatang. Menanggapi kenaikkan US Treasury yang terjadi akhir akhir ini, Powell sekali lagi menegaskan untuk tidak memberikan gambaran seperti itu. Powell dan The Fed akan memberikan gambaran bahwa itu semua harus berdasarkan data yang ada di pasar, dan sejauh ini kebijakan The Fed untuk melakukan pembelian assetnya sudah tepat. Dukungan fiscal dalam jumlah besar, dan percepatan vaksinasi kepada masyarakat di Amerika akan mendorong perekonomian untuk dapat dibuka kembali sehingga dapat mendorong ekspektasi adanya kenaikkan tingkat suku bunga dan inflasi lebih tinggi lagi. Tentu saja dengan adanya perekonomian yang dibuka kembali, mau tidak mau imbal hasil US Treasury akan ikut terdorong menjadi lebih tinggi karena Bank Sentral dan pemerintah terus melakukan bauran kebijakan dan stimulus yang mendukung pasar. Powell sendiri mencoba untuk menenangkan pasar dengan mengatakan bahwa pembelian asset dari pasar tidak akan berubah, masih berada di $120 miliar / bulan dan ini tidak akan pernah berubah sampai adanya perubahan secara data terkait dengan kemajuan substansial lebih lanjut khususnya pada data ketenagakerjaan dan inflasi. Powell juga mengatakan bahwa kita semua akan diberi tahu jauh jauh hari, apabila ternyata saatnya sudah tiba bagi The Fed untuk mengurangi program pembelian obligasi tersebut. Sejauh ini Powell dan rekan rekannya mengatakan bahwa perekonomian terus mengalami perbaikkan, dukungan bauran kebijakan fiscal yang dilakukan oleh Biden akan mampu menopang pasar dan membantu menjaga proses pemulihan perekonomian hingga akhir. Sejauh ini perekonomian masih jauh dari tujuan The Fed, meskipun ada tambahan sebesar 379k pekerjaan baru, namun masih lebih sedikit dibandingkan dengan 9.5 juta masyarakat Amerika yang memiliki pekerjaan dibandingkan dengan tahun lalu. Tidak hanya masalah data ketenagakerjaan saja pemirsa, inflasi juga masih jauh dibawah dari target The Fed yaitu 2%. Ada yang cukup menyenangkan ketika Powell menutup pidatonya kemarin. Powell mengatakan kemarin bahwa ekonomi Amerika masih memiliki jalan yang begitu panjang sebelum ada resiko overheating. Well, akibat pidato Opah Powell, imbal hasil US Treasury yang bergejolak mengalami penurunan dan saham mengalami kenaikkan. Sikap dari Powell sudah menunjukkan kejelasan bahwa tingkat suku bunga tidak akan kemana mana, akan berada di tempat yang sama hingga 2023 mendatang. Apabila ternyata ada potensi bahwa tingkat suku bunga akan naik lebih cepat, Powell akan menjadi orang yang pertama yang akan mengatakan hal tersebut jauh hari sebelum pada akhirnya The Fed melakukan pengurangan program pembelian obligasi. Kami cukup senang dengan sikap Powell semalam, The Fed tetap optimis bahwa perekonomian akan pulih dan bangkit, namun kebijakan yang mendukung tidak akan berubah. Sesuatu yang ingin di dengar oleh pasar untuk menjaga kekhawatiran akan kenaikan imbal hasil US Treasury. Yuk, semoga hari ini pasar bisa kasih kita cuan, cuan, dan cuan.