ANALIS MARKET (09/12/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, tidak hanya Australia, India pun juga sama.
Ternyata kedua Bank Sentral ini terlihat kompak di dalam menjaga tingkat suku bunganya untuk tetap rendah untuk menjaga prospek pemulihan ekonomi.
Sekalipun inflasi terlihat mengalami kenaikkan, namun Bank Sentral India tetap untuk menjaga tingkat suku bunganya berada di level rendah untuk mendorong pemulihan ekonomi meskipun inflasi menghantui.
Namun memang ada beberapa hal yang membuatnya berbeda, apa itu? Di baca ya bagian bawahnya!
Nah selanjutnya, tampaknya pasar obligasi kembali menggeliat akibat terkena jurus triple intervention.
Buktinya? Harga obligasi to the moon dalam kurun waktu 2 hari terakhir. Ternyata pola lebih dasyat daripada ketidakpastian di pasar akibat Omicron. Hal ini yang membuat kami semakin yakin, bahwa pasar obligasi secara imbal hasil obligasi 10y dijaga pada level 6.3% secara resistensi.
Namun alih-alih mengalami penguatan, kami melihat justru ini menjadi sebuah kesempatan untuk menjual.
Pasalnya, The Fed akan melakukan pertemuan pada pekan depan yang dimana ada potensi yang begitu besar bagi The Fed untuk menggandakan pengurangan pembelian obligasinya dan mempercepat Taper Tantrum untuk selesai.
Hal ini berarti ada potensi bagi The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga pada tahun depan yang dimana itu artinya, rentang pasar obligasi tentu akan bergeser, dan mau tidak mau, pola imbal hasil obligasi 10y dengan rentang 6% - 6.3% mungkin tak lagi sama.
Jadi, kami melihat ada kesempatan yang sangat baik untuk menjual dan memindahkan kepada obligasi jangka pendek.
“Pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (09/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.INDIA BERUSAHA!
Sama seperti dengan Bank Sentral Australia, pada akhirnya Bank Sentral India pun tampaknya mempertahankan biaya pinjaman terendahnya untuk saat ini untuk dapat menanggulangi terganggunya prospek ekonomi akibat kemunculan Omicron. Tidak hanya itu saja, hal ini dilakukan India untuk dapat menjaga likuiditas dari tekanan inflasi yang muncul. Komite Kebijakan Moneter di India akhirnya memilih untuk mempertahankan tingkat suku bunga dengan rate yang sama. Panel anggota memberikan suara 5 – 1 untuk mempertahankan sikap kebijakan akomodatifnya selama itu dibutuhkan. Gubernur Bank Sentral India, Shaktikanta Das mengatakan bahwa motto kami adalah untuk memastikan soft landing di waktu yang tepat. Mengelola pemulihan perekonomian yang kuat dan inklusif adalah salah satu upaya kami dari Bank Sentral. Imbal hasil obligasi India 10y mengalami penurunan dari sebelumnya sebagai salah satu tanda bahwa Bank Sentral India belum akan memberikan indikasi terkait dengan kenaikkan tingkat suku bunga. Secara umum, kebijakan tersebut terlihat lebih dovish dari yang diperkirakan karena adanya Omicron yang berpotensi untuk menggangu prospek pemulihan ekonomi di India. Kami melihat, sejauh ini tanggapan dari berbagai Bank Sentral di dunia berbeda dalam menghadapi Omicron. Ada yang menyakini bahwa tidak akan menggangu proses pemulihan, ada yang juga yang melihat bahwa Omicron akan mengganggu proses pemulihan. Bank Sentral Australia yang kita bahas kemarin melihat bahwa Omicron tidak akan menggangu jalannya proses pemulihan ekonomi. Namun kami menyakini bahwa situasi dan kondisi masih tidak pasti, karena dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk memastikan Omicron tidak akan bertindak lebih jauh. Sejauh ini berbagai negara juga tengah melakukan pengendalian yang lebih cepat dengan melakukan beberapa tindakan yang dibutuhkan, namun belum sampai mengarah kepada lockdown. Potensi selalu ada, waspadai dan cermati setiap perkembangan yang ada. Sejauh ini di India sendiri, pandemic juga mulai teratasi, namun belajar dari pengalaman yang sebelumnya, tampaknya Bank Sentral India juga tidak mau terlalu gegabah dalam melakukan langkah yang aggressive. Saat ini Bank Sentral India sedang mengupayakan kerangka kerja yang lebih efektif khususnya dalam mengatur likuiditas di pasar yangkonsisten terhadap pemulihan ekonomi di India. Inflasi saat ini berada di atas dari target jangka menengah Bank Sentral India dalam kurun 25 bulan, meskipun saat ini inflasi berada di kisaran target 2% - 6% dalam rentang yang lebih luas. Pembuat kebijakan saat ini masih mempertahankan inflasi sebesar 5.3% secara tahunan dan mengharapkan perekonomian dapat lebih ekspansif sebesar 9.5% pada akhir Maret mendatang. Das mengatakan bahwa Komite menganggap perkembangan Omicron masih menjadi salah satu risiko utama terkait dengan pemulihan ekonomi domestic, karena saat ini perekonomian masih dalam keadaan lesu terlebih lagi konsumsi swasta masih berada di bawah pra – pandemic, oleh sebab itu dibutuhkan dukungan kebijakan yang berkelanjutan untuk menopang. Berbeda dengan Phillipina yang dimana mereka lebih yakin dengan pemulihan ekonomi yang terjadi. Bahkan Philipina mengatakan apabila ada ancaman baru dari variant terbaru Covid 19, system perawatan Kesehatan dan stock vaksin akan mampu menahan lonjakan kasus yang terjadi. Mereka bahkan mempersiapkan pembukaan kembali perekonomian untuk masuk ke dalam level 1, yang akan dimulai pada bulan January 2022 mendatang. Pembukaan perekonomian kembali di Phillipina termasuk dengan pembukaan sekolah tatap muka, hingga meningkatkan kapasitas transportasi umum menjadi 100%, serta melonggarkan perjalanan local dan internasional. Semoga ini semua menjadi awal yang baik untuk India dan Philipina untuk mencoba bangkit dan kembali berusaha mengejar ketertinggalan pemulihan ekonomi global.
2.JAPAN TERLUKA
Pertumbuhan ekonomi Japan pada kuartal ke 3 2021, membuat kita semua kecewa pemirsa. Pasalnya ternyata penurunan ekonomi Jepang lebih dalam dari yang diperkirakan. Pembatasan virus selama musim panas kemarin ternyata menghantam konsumsi lebih keras daripada yang di bayangkan sebelumnya, namun masih memberikan ruang untuk tumbuh bagi bisnis perusahaan. Investasi bisnis, perumahan, dan ekspor justru di revisi mengalami kenaikkan. Oleh sebab itu kami melihat bahwa Perdana Menteri Fumio Kishida harus menyiapkan secepat mungkin stimulus yang akan mampu mendorong pemulihan. Dalam kuartal ke 4 mendatang, kami melihat bahwa perekonomian akan pulih, dan tentu saja di harapkan stimulus terhadap pemulihan ekonomi akan keluar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 mendatang. Meskipun efeknya tidak akan terlalu terasa kepada konsumen dan bisnis, namun hal ini penting untuk mulai melakukan dorongan terhadap pemulihan ekonomi. Varian Omicron sendiri diperkirakan masih akan memberikan ketidakpastian bagi pemulihan ekonomi di Jepang, namun sejauh ini para pejabat Jepang belum memberikan komentar mereka terkait akan hal ini. Perekonomian Jepang, membutuhkan sekedar usaha untuk mengalami pemulihan. Dorongan terhadap stimulus akan memberikan dampak positive terhadap pelaku pasar dan investor, namun apabila daya beli tidak ditingkatkan, hal ini juga akan menjadi masalah terhadap konsumsi dalam negeri. Oleh sebab itu, kami berharap bahwa ada kesinambungan stimulus yang diberikan oleh Jepang, agar mampu mempertahankan prospek pemulihan ekonomi kedepannya.

