ANALIS MARKET (16/12/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mungkin akan mengalami pelemahan hari ini.
Isak tangis mungkin akan terdengar pada pasar obligasi, lho kok bisa? Memang ada apa?
Itu lho pemirsa, tadi pagi, The Fed akhirnya menyampaikan pada akhirnya Taper Tantrum akan selesai lebih cepat, dan terlebih lagi ada potensi kenaikkan tingkat suku bunga pada tahun 2022 mendatang akan naik sebanyak 3x, 2023 akan naik sebanyak 3x, dan 2024 akan naik sebanyak 2x.
Hah??!! Luar biasa bukan pemirsa. Kalau kita perbandingkan saja 1:1 antara kenaikkan tingkat suku bunga The Fed dan Bank Indonesia, maka ada potensi bagi Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 3x juga tahun depan. Hal ini yang mendorong imbal hasil akan mengalami kenaikkan dan harga mengalami pelemahan.
Intervensi mungkin saja akan dilakukan Bank Indonesia, namun tentu kali ini akan terbatas.
Kami menyadari bahwa Bank Indonesia pun akan berfikir 2x untuk melakukan intervensi secara terus menerus, apalagi kami yakin Bank Indonesia juga menyadari bahwa dunianya mulai berubah dan kita harus menerima bahwa pasar obligasi akan memiliki level baru pada tahun depan.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (16/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.THE FED BERAKSI, BANK INDONESIA BERLARI
Pada akhirnya, pertemuan The Fed semalam telah menjadi saksi, bagaimana The Fed akan beraksi pada tahun depan. Melawan inflasi yang sedang dalam keadaan “hot” tentu saja mendorong The Fed untuk mempercepat Taper Tantrum yang dimana menambah porsi pengurangan pembelian obligasi dan mendorong kenaikkan tingkat suku bunga lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya pada tahun 2022 mendatang untuk dapat memenangkan pertempuran melawan inflasi. The Fed akhirnya setuju untuk meningkatkan pengurangan pembelian obligasinya sebesar $30 miliar per bulan yang diharapkan akan selesai pada awal tahun 2022 mendatang, maju beberapa bulan dari yang direncanakan sebelumnya pada pertengahan bulan. Powell mengatakan bahwa perkembangan perekonomian dan perubahan pandangan memberikan pembenaran terhadap kebijakan moneter saat ini. Perekonomian tengah berkembang pesat dan menuju lapangan kerja maksimum. Powell menambahkan pemirsa, Bahkan, jika pandemi menimbulkan tantangan yang berkelanjutan, maka The Fed akan melakukan peningkatan pengurangan pembelian obligasi lebih cepat dan akan melawan situasi dan kondisi sesuai yang dibutuhkan. Risiko terkait dengan prospek pemulihan ekonomi masih termasuk dengan variable Omicron di dalamnya, imbuh Powell. Berdasarkan proyeksi yang di rilis oleh The Fed, terlihat bahwa tingkat suku bunga berpotensi naik sebanyak 3x pada tahun 2022 mendatang. Kemarin kami melihat bahwa kenaikkan tingkat suku bunga The Fed sebanyak 2x saja, sudah mampu mendorong Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 2x atau 1:1. Bagaimana ceritanya saat ini apabila ternyata The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga hingga 3x, berarti ada kemungkinan Bank Indonesia juga akan ikut menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 3x atau bahkan lebih apabila kenaikkan 1:1 tidak mampu untuk menanggulangi capital outflow yang keluar. Memang benar, dampak Taper Tantrum dan kenaikkan tingkat suku bunga akan terbatas. Namun volatilitas di pasar obligasi mungkin akan mengalami kenaikkan mengikuti kenaikkan tingkat suku bunga, dan yang terpenting adalah bagaimana proses pemulihan ekonomi Indonesia yang masih bergantung dengan; 1. Restrukturisasi kredit, 2. Pemberian kredit, tiba-tiba harus mengalami kenaikkan tingkat suku bunga? Namun tentu pemirsa, prosesnya tidak akan secepat kilat bagi The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Powell mengatakan bahwa kenaikkan tersebut akan dilakukan secara bertahap. The Fed juga tidak mengharapkan akan langsung menaikkan tingkat suku bunga setelah Taper Tantrum usai, namun Powell mengatakan bahwa mereka berpotensi untuk menaikkan tingkat suku bunga meskipun ketenagakerjaan belum mencapai level maksimum. Dan yang lebih membuat situasi dan kondisi kian gloomy adalah, sekalipun tingkat suku bunga The Fed naik pada tahun 2022 mendatang mungkin naik 3x, namun kenaikkan tidak akan berhenti sampai disitu. The Fed masih melihat peluang kesempatan bagi tingkat suku bunga The Fed untuk naik 3x lagi pada tahun 2023, dan 2x lagi pada tahun 2024 sebelum pada akhirnya tingkat suku bunga The Fed akan berhenti hingga di angka 2.1%. Perubahan yang begitu drastis dalam kenaikkan tingkat suku bunga, mencerminkan perlawan yang intensif terhadap inflasi yang mengalami kenaikkan dan perbaikan yang berkelanjutan dalam pasar tenaga kerja. The Fed menegaskan bahwa The Fed siap untuk melakukan penyesuaian laju pembelian jika memang itu diharuskan terjadi akibat perubahan dalam prospek perekonomian. Powell mengatakan bahwa aktivitas perekonomian membuat fase ekspansi bertambah kuat pada tahun ini. Hal ini yang membuat perekonomian membuat kemajuan pesat menuju lapangan kerja maksimum. Efek dari proyeksi kenaikkan tingkat suku bunga yang disampaikan oleh The Fed adalah imbal hasil US Treasury 10y langsung mengalami kenaikkan, namun secara yield curve terlihat mendatar. Hal ini membuat pelaku pasar dan investor tampaknya berfikir ulang terhadap prospek perekonomian secara jangka panjang. Mengapa demikian? Karena untuk pertama kalinya dalam sejarah, The Fed terlihat mengejar inflasi. The Fed mengatakan bahwa ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan yang terkait dengan pandemic serta meningkatnya mobilitas masyarakat yang mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kenaikkan inflasi. Yang kami khawatirkan adalah bahwa prospek pemulihan ekonomi tersebut mendorong kenaikkan tingkat suku bunga lebih dari yang kami harapkan. Inflasi setinggi 6.8% berdasarkan data ekonomi yang keluar kemarin merupakan implikasi kenaikkan harga makanan dan energi yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi. Sementara tingkat pengangguran pun mengalami penurunan dari sebelumnya 4.6% pada bulan October menjadi 4.2% untuk tahun ini. Dan akan mengalami penurunan kembali pada tahun 2022 mendatang menjadi 3.5%. Proyeksi untuk inflasi pada tahun 2022 mendatang telah direvisi dari 2.2% menjadi 2.6%. Kalau sudah begini, tentu saja hal yang menarik adalah menantikan pertemuan bank Indonesia pada hari ini. Sejauh mana sikap dan pandangan Bank Indonesia terhadap masalah ini, sejauh ini pula pasar akan mencerna untuk menerima atau tidak sikap dari Bank Indonesia.

