ANALIS MARKET (14/12/2021) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi menunjukkan sikap yang ababil, tidak mau naik tapi tidak mau turun. Melawan kenyataan kah? Ataukah tidak terima kalau memang, mungkin sudah waktunya pasar obligasi mengalami penurunan?
Ingat lho, investor asing sudah kembali melepas kepemilikkan mereka dalam pasar obligasi, karena mereka tahu, pasar obligasi akan mengalami penurunan harga dan mengalami kenaikkan imbal hasil.
Ditengah situasi dan kondisi yang kian memanas akan kenaikkan tingkat suku bunga The Fed, kami menyakini bahwa imbal hasil obligasi akan mulai mengalami kenaikkan sejak minggu lalu hingga tahun depan.
Prosesnya tentu tidak akan sebentar, semua butuh waktu untuk melakukan penyesuaian.
Tergantung seberapa cepat, Bank Indonesia mengantisipasi dengan melakukan kenaikkan tingkat suku bunga.
Investor asing saat ini hanya kurang dari 20% kepemilikkan yang mereka miliki, dan akan terus berkurang. Tentu hal ini akan mengurangi volatilitas di pasar, namun ketika berbicara mengenai kebutuhan dana, apakah investor asing masih akan mau menyerap?
Well, waktu yang akan menjawabnya.
Sejauh ini, tentu minggu ini akan menjadi pekan yang menantang namun akan memberikan arah bagi pasar obligasi selanjutnya, tentu sikap kita pun akan dituntut untuk menghadapi pasar obligasi tahun depan.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (14/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.CHINA, YANG TEGAR YA!
Sebagai pemimpin pemulihan ekonomi global yang pertama akibat Covid 19, perekonomian China digadang-gadang akan pulih lebih cepat, lebih kuat, dan tentu saja lebih konsisten. Namun sayang, tidak berapa lama dari negara yang pertama kali pulih dari pandemic, saat ini China harus kembali memberikan stimulus. Perubahan paradigma perekonomian menjadi kemakmuran bersama, jelas telah membuat perbedaan dalam perekonomian China dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Kami selalu mendukung yang namanya pemerataaan pembangunan nasional, namun kami tidak suka pemulihan waktunya karena kami anggap tidak pas. Meskipun kami yakin, visi Xi lebih dari sekedar mengurangi ketidakseteraaan saja. Xi juga ingin memberikan sebuah dampak bahwa perusahaan siapapun itu, akan dihukum apabila mereka mengumpulkan terlalu banyak kekuasaan dan memberikan dampak bagi terganggunya keharmonisan social. Pergeseran konsumsi masyarakat China dari produk mewah, sekarang konsumsi terfokus kepada bahan pokok dan barang barang tahan lama. Bagi sector konsumsi, hal ini jelas akan memberikan dampak terhadap barang barang mewah yang berkelas yang akan menunjukkan pengurangan. Dari sisi teknologi, Xi juga ingin semikonduktor juga dapat mengambil bagian. Xi juga menginginkan infrastructure baru yang dimana dapat mencakup segala hal di China, mulai dari transportasi hingga Artificial Intelligence yang dapat digunakan dari desa hingga kota. Kemakmuran bersama tidak hanya mengenai konsumsi dan teknologi, namun juga kepada sector kesehatan yang dimana kemakmuran bersama akan membuat perawatan medis dan obat obatan jadi lebih terjangkau. Dari sisi energi terbarukan, kendaraan listrik dan sumber daya terbarukan seperti angin dan matahari akan mendorong keinginan Xi untuk dapat melakukan pembangunan tingkat tinggi dan lingkungan yang lebih bersih. Namun apa yang diinginkan oleh Xi, tampaknya tidak akan cukup pemirsa, pasalnya transformasi perekonomian dilakukan ditengah perekonomian China tengah mengalami penurunan. Saat ini kami melihat ada kemungkinan yang cukup besar bagi China untuk kembali memberikan stimulus fiscal pada tahun 2022 mendatang, setelah mereka menetapkan tujuan baru mereka untuk melawan perlambatan ekonomi yang kian semakin nyata dan mendorong penurunan stabilitas perekonomian yang mulai mengalami perlambatan. Pada akhir Konfrensi Kerja Ekonomi atau annual Central Economic Work Conference, para pembuat keputusan utama Partai Komunis mereka sepakat bahwa prioritas utama tahun depan adalah, memastikan stabilitas. Para pembuat kebijakan berjanji untuk dapat memasukkan semua kebijakan dan menjaga agar kebijakan moneter dapat fleksibel dan tepat. Kebijakan fiscal diharapkan dapat memainkan peran utama pada tahun depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejauh ini kami melihat pertumbuhan ekonomi China pada Q4 21 kemungkinan besar masih akan melambat, apalagi ditambah dengan adanya penurunan di sector property dan wabah Covid 19 yang berulang kali terjadi. Sejauh ini, kami melihat perekonomian diperkirakan akan tumbuh melambat menjadi 3.1% pada kuartal 4, dan kembali melambat pada periode berikutnya dari sebelumnya 7.9% periode April – June dan menjadi 4.9% pada kuartal terakhir. Target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan di sampaikan pada bulan Maret mendatang, dan focus utamanya adalah menjaga pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5%. Para pembuat kebijakan akan mulai dengan kebijakan moneter dan fiscal melalui cara konvensional seperti pemotongan giro wajib minimum, percepatan belanja infrastructure dan dapat melonggarkan pembatasan pada sector property dan utang pemerintah daerah. China juga diharapkan dapat mendorong bank bank untuk dapat mengeluarkan pinjaman pada kecepatan yang lebih cepat untuk mendorong perekonomian melalui pemberian credit. Sejauh ini kami melihat semua wilayah dan lembaga harus ikut bertanggung jawab untuk bahu membahu mengembalikan stabilitas perekonomian, dan tentu saja secara aktif memperkenalkan kebijakan yang dapat membantu menstabilkan perekonomian dan harus lebih berhati hati apabila melakukan tindakan yang dapat menimbulkan efek kontraksi terhadap China. China juga sudah menyampaikan kepada pemerintah daerah untuk dapat mulai menjual obligasi khusus yang diperuntukkan untuk tahun 2022 mendatang mulai 1 January 2022. Obligasi khusus ini akan digunakan untuk mendanai proyek proyek tertentu daripada untuk menambah pengeluaran umum. Beberapa hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa China mengatakan bahwa kebijakan moneter harus tetap flexible dan tepat, dan untuk kebijakan fiscal harus efektif, tetap, dan berkelanjutan. Tidak hanya itu saja, para pejabat juga berjanji lho untuk dapat memajukan investasi infrastructure dengan baik. China sendiri akan meningkatkan regulasi modal yang efektif dan akan mendukung pengembangan di sector swasta. Melihat keberagaman yang ada, pemerintah akan memperkenalkan kebijakan yang berbeda beda untuk daerah atau kota yang memiliki perkembangan yang berbeda beda serta mendorong perkembangan industry yang sehat. Kami melihat China tampaknya membagi pemulihan menjadi 2 fokus. Yang pertama adalah China ingin melakukan pembatasan terhadap risiko keuangan dan pengurangan utang di dalam perekonomian. Yang kedua adalah China akan mulai focus untuk mendukung pertumbuhan perekonomian. Bank Sentral China juga terus melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut dengan melakukan pemotongan terhadap rasio persyaratan cadangan di bank. Saat ini China terlihat menghadapi 3 gelombang kejutan, dimulai dari permintaan yang mengalami penurunan, pasokan yang terhambat dan tentu saja ekspektasi perekonomian yang melemah. Pembuat kebijakan harus dapat mengendalikan risiko dan menstabilkan situasi dan kondisi baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Situasi dan kondisi saat ini di China memang kian mengkhawatirkan, namun kami yakin prosesnya memang menyakitkan, namun ini hanya sementara sebelum pada akhirnya China kembali pulih. Hari ini pun pasar saham dan obligasi mungkin akan terlihat lebih lesu, namun kami percaya daya magis bulan December akan menjaga peluang momentum penguatan.

