ANALIS MARKET (10/12/2021) : Pasar Obligasi Diperkirakan Bergerak Bervariatif dengan Rentang 35 – 60 Bps
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ternyata pasar obligasi mulai terlihat anomaly.
Lho kok bisa?
Pasalnya, imbal hasil obligasi jangka pendek yaitu 5y, justru mengalami penurunan secara harga, namun imbal hasil obligasi 10y hingga 20y harga masih terlihat mengalami kenaikkan meskipun terbatas.
Kami melihat volatilitas mulai terlihat meningkat menjelang pertemuan The Fed dan Bank Indonesia pekan depan.
Memang secara garis besar, Powell pun sudah mengatakan jauh sebelum pertemuan The Fed dengan memberikan bumbu bumbu penyedap dengan mengatakan bahwa The Fed akan mulai meningkatkan pengurangan pembelian obligasi agar Taper Tantrum selesai lebih cepat dan menaikkan tingkat suku bunga pada tahun 2022 mendatang.
Kami tidak terlalu khawatir dengan pasar saham, namun kami khawatir dengan pasar obligasi. Apalagi seperti yang kita ketahui mundur kebelakang, dalam kurun waktu singkat, imbal hasil obligasi 10y naik dalam waktu yang singkat.
Hal ini yang membuat kami cemas, bahwa akhir tahun imbal hasil obligasi 10y akan menciptakan level baru yang sebelumnya sudah nyaman di 6% - 6.3%. Rupiah pun cenderung melemah ketika imbal hasil mengalami kenaikkan, akibat aksi jual asing di pasar.
Pelaku pasar dan investor akan terfokus dengan data inflasi yang keluar pada hari ini waktu Amerika yang dimana konon katanya inflasi akan keluar di level tertinggi kembali dengan diproyeksikan berkisar 6.5% - 6.8% atau naik dari sebelumnya 6.2%.
Apakah The Fed akan bertindak? Yuk kita nantikan bersama ketika The Fhe Fed melakukan pertemuan. Bank Indonesia apakah akan diam saja ataukah bertindak? Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan bergerak bervariatif dengan rentang 35 – 60 bps. Kami merekomendasikan jual,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (10/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.KANADA DAN EROPA, BAGAIMANA?
Setelah sebelumnya membahas Bank Sentral Australia hingga India, tampaknya kita masih harus membahas beberapa Bank Sentral lainnya yang memiliki pengaruh terhadap dunia. Salah satunya adalah Bank Sentral Kanada, yang dimana mereka juga pada akhirnya mempertahankan biaya pinjaman untuk tidak berubah. Namun Bank Sentral Kanada focus terhadap pasar tenaga kerja dan kekhawatiran mengenai persistensi inflasi yang dimana akan memberikan pengaruh terhadap kenaikkan tingkat suku bunga dalam jangka waktu dekat. Para pembuat kebijakan yang dimana dipimpin oleh sang ketua, Tiff Macklem tidak mengubah tingkat suku bunga mereka di level 0.25%. Meskipun mereka melihat pemulihan ekonomi tercipta, tapi mereka mengatakan bahwa Bank Sentral Kanada akan terus memberikan dukungan apabila diperlukan melalui kebijakan moneter. Para pejabat Bank Sentral Kanada melihat bahwa inflasi masih akan bersifat semntara dan mencatat kenaikkan ketenagakerjaan yang mulai memperlihatkan tanda tanda kenaikkan, dimana ketenagakerjaan mulai kembali kepada level pra pandemic. Perubahan bahasa yang disampaikan oleh Bank Sentral Kanada terlihat lebih kepada incremental dimana tidak ada pernyataan yang mampu menggagalkan ekspektasi pelaku pasar dan investor bahwa Bank Sentral Kanada akan mencoba untuk melakukan kampanya kenaikkan tingkat suku bunga. Inflasi yang terus mengalami peningkatan merupakan dampak dari terhambatnya pasokan global. Tapi yang juga diperhatikan adalah perekonomian Kanada sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan momentum untuk melanjutkan pemulihan ekonomi pada Q4 2021. Bank Sentral Kanada merupakan salah satu dari kelompok G7 yang mulai melakukan perlambatan dalam pemberian stimulus. Kanada sendiri sebagai Informasi pemirsa, bahwa mereka pada bulan October kemarin sudah menyelesaikan program stimulusnya, sehingga hal ini memberikan kita sebuah gambaran bahwa Bank Sentral Kanada tidak akan sungkan untuk melakukan kenaikkan tingkat suku bunga di masa yang akan datang. Dan lagi lagi, hal ini memberikan sebuah 1 langkah didepan bagi Bank Sentral Kanada sebelum The Fed menaikkan tingkat suku bunganya. Karena dengan demikian, dampak kebijakan dari The Fed pun akan diredam. Banyak spekulasi beredar di pasar bahwa Bank Sentral Kanada akan melakukan kenaikkan tingkat suku bunga pada bulan Maret 2022 mendatang. Atau bisa juga lebih awal pada bulan January 2022 mendatang, namun apapun itu kenaikkan tingkat suku bunga Kanada tampaknya hanya tinggal menunggu waktu. Saat ini inflasi di Kanada sudah berada di level 5%, atau tertinggi dalam kurun 30 tahun terakhir, sama seperti Amerika. Tingkat pengangguran pun sudah mulai mengalami penurunan mendekati posisi terendahnya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Bank Sentral Kanada sendiri telah berjanji untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga hingga proses pemulihan perekonomian usai, dan diproyeksikan akan melakukan kenaikkan tingkat suku bunga pada tahun 2022 mendatang. Meskipun demikian, apabila Bank Sentral Kanada menaikkan tingkat suku bunga lebih awal, tentu saja hal ini akan membuat ruang gerak Bank Sentral Kanada akan jauh lebih besar. Sama seperti India, Bank Sentral Kanada mengatakan bahwa Omicron datang ke dunia, hanya untuk membawa ketidakpastian baru sehingga ukuran yang dipakai untuk mengukur adalah potensi dampak dari Omicron itu sendiri. Bagi Bank Sentral Kanada sendiri mereka melihat bahwa inflasi masih akan tinggi pada paruh pertama tahun 2022 sebelum pada akhirnya mengalami penurunan hingga ke 2%. Berbeda dengan Kanada yang lebih siap, tampaknya Eropa justru masih berfikir maju dan mundur terkait dengan Omicron. Pasalnya, anggota Dewan pemerintahan Bank Sentral Eropa, Martins Kazaks mendukung untuk diberikannya stimulus tambahan. Menurut dirinya, masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana pemulihan akan berjalan. Karena Kazaks sendiri melihat kita masih belum tahu sejauh mana Omicron akan berkembang. Apalagi PEPP akan berakhir pada bulan maret senilai 1.85 triliun euro atau $2.1 triliun. Tidak hanya pertemuan Bank Sentral The Fed dan Bank Indonesia saja lho pekan depan, Bank Sentral Eropa juga tidak mau kalah untuk bersiap melakukan arisan. Pekan depan akan menjadi pertemuan terpenting bagi semua pelaku pasar dan investor, karena akan menjadi sebuah tonggak baru dalam menatap tahun depan 2022 dengan strategi yang baru yang dimana semua dimatangkan dengan baik. Bagi Kazaks, semua harus fleksibel dalam menarik kembali stimulus yang sebelumnya sudah diberikan. Kazaks menilai bahwa inflasi akan mengalami penurunan pada tahun 2022 mendatang, karena inflasi masih dalam kategori sementara dan berpotensi melambat pada tahun depan.
2.SUDAH SAH!!
Pada akhirnya setelah sekian lama, Evergrande Group berusaha untuk menjalani kewajibannya dengan melakukan pembayaran kupon obligasinya, namun pada kenyataannya hal itu tidak semudah diucapkan. Evergrande pada akhirnya harus menerima kenyataannya bahwa pada akhirnya mereka telah dinyatakan default setelah mereka sempat mengajukan penundaan pembayaran kupon. Bank Sentral China mengatakan bahwa kegagalan Evergrande dalam menjalankan kewajibannya akan di tangani dengan cara yang berorientasikan pasar. Hak dan kepentingan kreditur dan para pemegang saham akan dihormati sepenuhnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Komentar dari Gubernur Bank Sentral China tersebut menunjukkan bahwa China tidak akan menyelamatkan Evergrande dari kewajibannya. Perusahaan berencana untuk memasukkan semua obligasi public luar negeri dan kewajiban utang swasta dalam melakukan restrukturisasi. Fitch Ratings sendiri langsung memotong rating menjadi default terbatas karena kegagalannya untuk melakukan pembayaran kupon senilai $82.5 juta pada hari Senin minggu ini. Tidak hanya Evergrande, tapi Kaisa Group Holdings Ltd juga kembali gagal bayar senilai $400 juta yang jatuh tempo pada hari Selasa. China enggan menyelamatkan Evergrande dan ini menjadi sebuah signal yang jelas bahwa China tidak akan mentolerir siapapun yang melakukan penumpukkan utang dalam jumlah yang besar yang dimana berpotensi mengancam stabilitas keuangan. PBOC sendiri mengatakan bahwa masalah Evergrande timbul dari management yang buruk dan ekspansi yang tidak hati-hati.

