ANALIS MARKET (10/12/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 09/12/2021 kemarin, IHSG ditutup menguat 40 poin atau 0,61% menjadi 6.643. Sektor consumer cylicals, industrials, technology, transportation & logistic, consumer non cylicals, energy, financials, healthcare, infrastructures, dan properties & real estate bergerak positif dan mendominasi kenaikan IHSG kali ini. Investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar R 2.586 miliar.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada 6.584 – 6.691. Hati hati, karena ada potensi koreksi yang mungkin terjadi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (10/12/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.KANADA DAN EROPA, BAGAIMANA?
Setelah sebelumnya membahas Bank Sentral Australia hingga India, tampaknya kita masih harus membahas beberapa Bank Sentral lainnya yang memiliki pengaruh terhadap dunia. Salah satunya adalah Bank Sentral Kanada, yang dimana mereka juga pada akhirnya mempertahankan biaya pinjaman untuk tidak berubah. Namun Bank Sentral Kanada focus terhadap pasar tenaga kerja dan kekhawatiran mengenai persistensi inflasi yang dimana akan memberikan pengaruh terhadap kenaikkan tingkat suku bunga dalam jangka waktu dekat. Para pembuat kebijakan yang dimana dipimpin oleh sang ketua, Tiff Macklem tidak mengubah tingkat suku bunga mereka di level 0.25%. Meskipun mereka melihat pemulihan ekonomi tercipta, tapi mereka mengatakan bahwa Bank Sentral Kanada akan terus memberikan dukungan apabila diperlukan melalui kebijakan moneter. Para pejabat Bank Sentral Kanada melihat bahwa inflasi masih akan bersifat semntara dan mencatat kenaikkan ketenagakerjaan yang mulai memperlihatkan tanda tanda kenaikkan, dimana ketenagakerjaan mulai kembali kepada level pra pandemic. Perubahan bahasa yang disampaikan oleh Bank Sentral Kanada terlihat lebih kepada incremental dimana tidak ada pernyataan yang mampu menggagalkan ekspektasi pelaku pasar dan investor bahwa Bank Sentral Kanada akan mencoba untuk melakukan kampanya kenaikkan tingkat suku bunga. Inflasi yang terus mengalami peningkatan merupakan dampak dari terhambatnya pasokan global. Tapi yang juga diperhatikan adalah perekonomian Kanada sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan momentum untuk melanjutkan pemulihan ekonomi pada Q4 2021. Bank Sentral Kanada merupakan salah satu dari kelompok G7 yang mulai melakukan perlambatan dalam pemberian stimulus. Kanada sendiri sebagai Informasi pemirsa, bahwa mereka pada bulan October kemarin sudah menyelesaikan program stimulusnya, sehingga hal ini memberikan kita sebuah gambaran bahwa Bank Sentral Kanada tidak akan sungkan untuk melakukan kenaikkan tingkat suku bunga di masa yang akan datang. Dan lagi lagi, hal ini memberikan sebuah 1 langkah didepan bagi Bank Sentral Kanada sebelum The Fed menaikkan tingkat suku bunganya. Karena dengan demikian, dampak kebijakan dari The Fed pun akan diredam. Banyak spekulasi beredar di pasar bahwa Bank Sentral Kanada akan melakukan kenaikkan tingkat suku bunga pada bulan Maret 2022 mendatang. Atau bisa juga lebih awal pada bulan January 2022 mendatang, namun apapun itu kenaikkan tingkat suku bunga Kanada tampaknya hanya tinggal menunggu waktu. Saat ini inflasi di Kanada sudah berada di level 5%, atau tertinggi dalam kurun 30 tahun terakhir, sama seperti Amerika. Tingkat pengangguran pun sudah mulai mengalami penurunan mendekati posisi terendahnya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Bank Sentral Kanada sendiri telah berjanji untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga hingga proses pemulihan perekonomian usai, dan diproyeksikan akan melakukan kenaikkan tingkat suku bunga pada tahun 2022 mendatang. Meskipun demikian, apabila Bank Sentral Kanada menaikkan tingkat suku bunga lebih awal, tentu saja hal ini akan membuat ruang gerak Bank Sentral Kanada akan jauh lebih besar. Sama seperti India, Bank Sentral Kanada mengatakan bahwa Omicron datang ke dunia, hanya untuk membawa ketidakpastian baru sehingga ukuran yang dipakai untuk mengukur adalah potensi dampak dari Omicron itu sendiri. Bagi Bank Sentral Kanada sendiri mereka melihat bahwa inflasi masih akan tinggi pada paruh pertama tahun 2022 sebelum pada akhirnya mengalami penurunan hingga ke 2%. Berbeda dengan Kanada yang lebih siap, tampaknya Eropa justru masih berfikir maju dan mundur terkait dengan Omicron. Pasalnya, anggota Dewan pemerintahan Bank Sentral Eropa, Martins Kazaks mendukung untuk diberikannya stimulus tambahan. Menurut dirinya, masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana pemulihan akan berjalan. Karena Kazaks sendiri melihat kita masih belum tahu sejauh mana Omicron akan berkembang. Apalagi PEPP akan berakhir pada bulan maret senilai 1.85 triliun euro atau $2.1 triliun. Tidak hanya pertemuan Bank Sentral The Fed dan Bank Indonesia saja lho pekan depan, Bank Sentral Eropa juga tidak mau kalah untuk bersiap melakukan arisan. Pekan depan akan menjadi pertemuan terpenting bagi semua pelaku pasar dan investor, karena akan menjadi sebuah tonggak baru dalam menatap tahun depan 2022 dengan strategi yang baru yang dimana semua dimatangkan dengan baik. Bagi Kazaks, semua harus fleksibel dalam menarik kembali stimulus yang sebelumnya sudah diberikan. Kazaks menilai bahwa inflasi akan mengalami penurunan pada tahun 2022 mendatang, karena inflasi masih dalam kategori sementara dan berpotensi melambat pada tahun depan.
2.SUDAH SAH!!
Pada akhirnya setelah sekian lama, Evergrande Group berusaha untuk menjalani kewajibannya dengan melakukan pembayaran kupon obligasinya, namun pada kenyataannya hal itu tidak semudah diucapkan. Evergrande pada akhirnya harus menerima kenyataannya bahwa pada akhirnya mereka telah dinyatakan default setelah mereka sempat mengajukan penundaan pembayaran kupon. Bank Sentral China mengatakan bahwa kegagalan Evergrande dalam menjalankan kewajibannya akan di tangani dengan cara yang berorientasikan pasar. Hak dan kepentingan kreditur dan para pemegang saham akan dihormati sepenuhnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Komentar dari Gubernur Bank Sentral China tersebut menunjukkan bahwa China tidak akan menyelamatkan Evergrande dari kewajibannya. Perusahaan berencana untuk memasukkan semua obligasi public luar negeri dan kewajiban utang swasta dalam melakukan restrukturisasi. Fitch Ratings sendiri langsung memotong rating menjadi default terbatas karena kegagalannya untuk melakukan pembayaran kupon senilai $82.5 juta pada hari Senin minggu ini. Tidak hanya Evergrande, tapi Kaisa Group Holdings Ltd juga kembali gagal bayar senilai $400 juta yang jatuh tempo pada hari Selasa. China enggan menyelamatkan Evergrande dan ini menjadi sebuah signal yang jelas bahwa China tidak akan mentolerir siapapun yang melakukan penumpukkan utang dalam jumlah yang besar yang dimana berpotensi mengancam stabilitas keuangan. PBOC sendiri mengatakan bahwa masalah Evergrande timbul dari management yang buruk dan ekspansi yang tidak hati-hati.
3.G20
Dalam rangkaian G20 yang diadakan di Jakarta 7 hingga 8 Desember 2021 dan 9 hingga 10 Desember 2021. Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang tentunya akan menjadi focus dalam Presidensi G20 Indonesia. Hal ini juga disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartanto yang merupakan Presidensi G20 menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global mengingat pandemic masih menyelimuti dunia dan memberikan ketidakpastian terkait pemulihan pada tahun 2022. Presidensi G20 Indonesia akan fokus pada tiga topik utama. Pertama, arsitektur kesehatan global, yaitu sebuah upaya Indonesia memperkuat dan menyusun kembali tata kelola dan arsitektur kesehatan global pasca pandemi, salah satunya mendorong Asean, terutama Indonesia menjadi transfer hub untuk pengembangan dan produksi vaksin. Kedua, transformasi berbasis digital. Topik ini menjadi salah satu fokus utama dalam rangka membuat nilai-nilai ekonomi melalui teknologi digital, serta mendorong digitalisasi sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan baru. Ketiga, transisi energi, dengan memperluas akses terhadap teknologi menuju energi bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan. Di samping itu, gelaran pertemuan tersebut juga akan meningkatkan konsumsi domestik sebesar Rp1,7 triliun dan meningkatkan PDB nasional hingga Rp7,4 triliun. Pemerintah juga meyakini penyelenggaraan G20 akan membawa berbagai manfaat ekonomi 1,5 hingga 2 kali lebih besar secara agregat jika dibandingkan dengan penyelenggaraan acara Annual Meeting IMF-World Bank di Bali pada 2018. Tentu ini semua menjadi harapan dari kita dimana konsumsi dalam negeri hingga akhir kuartal IV masih tergolong rendah. Sehingga dengan adanya pagelaran tersebut dapat menopang pertumbuhan konsumsi menjelang akhir kuartal IV 2021 berakhir.

