ANALIS MARKET (05/8/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Mengalami Kenaikkan Imbal Hasil

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi ternyata bergerak ababil, meskipun total penawaran yang masuk hari ini membuat hati kami senang.

Itu artinya, kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap pasar obligasi masih terjaga dengan baik.

Ditambah lagi, pemerintah ternyata menutup 1 matanya terkait dengan penyerapan lelang yang diadakan hari ini, dimana total jumlah yang dimenangkan pemerintah berada di Rp 11 T, jauh diatas target indikatifnya yang berkisar IDR 8T.

“Ditengah-tengah kebutuhan akan utang, kami melihat pemerintah masih memilih, dan belum sepenuh hati untuk menyerap lebih banyak dari lelang yang diadakan oleh pemerintah. Kami melihat meskipun pemerintah membutuhkan utang, namun mungkin pemerintah juga menyadari bahwa anggaran yang akan digunakan juga tidak terlalu banyak, sehingga pemerintah dapat menghemat penerbitan hutang agar dapat menjaga rasio utangnya,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (05/8/2020).

Ditambahkan, untuk lelang kali ini, kami tidak akan membahas terlalu banyak, yang ingin kami bahas kali ini adalah spread premium antara imbal hasil US Treasury dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10y yang dimana saat ini sudah mulai berada di bawah 7%.

Tentu hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat baik, karena jarak antara keduanya semakin dekat. Namun yang harus diingat adalah, semakin dekat, tentu itu artinya obligasi akan semakin rawan terkoreksi.

Mengapa demikian? Pasalnya kita harus mengingat bahwa Indonesia adalah emerging market dengan rating BBB dengan Amerika yang berada di peringkat AAA. Tentu disana ada tingkat resiko yang berbeda antara kedua negara tersebut, sehingga untuk menjaga daya tarik obligasi Indonesia, maka jarak antara keduanya tidak boleh terlalu dekat.

Oleh sebab itu, pelaku pasar dan investor diharapkan dapat mewaspadai pergerakan pasar obligasi yang dimana ada potensi bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga.

Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, apabila ada penurunan tingkat suku bunga, itu artinya harga obligasi berpotensi mengalami kenaikkan. Dan ketika harga obligasi mengalami kenaikkan, maka imbal hasil obligasi akan mengalami penurunan.

Dan ketika imbal hasil obligasi pemerintah mengalami penurunan, itu artinya jarak antara imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia dengan Amerika semakin dekat. Dan ketika semakin dekat, otomatis semakin rawan untuk mengalami koreksi, akan semakin rawan juga terjadinya capital outflow.

Buat apa berinvestasi di negara yang memiliki tingkat resiko tinggi, namun menawarkan imbal hasil yang kurang lebih mendekati negara yang memiliki tingkat resiko rendah? Tentu ini akan menjadi perhatian kedepannya.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (05/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi mengalami kenaikkan secara imbal hasil. Perhatian pelaku pasar akan tertuju kepada data pertumbuhan ekonomi yang akan keluar hari ini. Tentu hal tersebut akan menjadi moment tersendiri bagi pasar, baik saham maupun obligasi.

Adapun cerita hari ini mulai dari;

1.BENCI TAPI RINDU

Hubungan antara Amerika dan China semakin memanas. Kali ini permasalahan tersebut datang dari permasalahan aplikasi TikTok, yang dimana kami yakin aplikasi ini pun sangat terkenal di Indonesia. Mulai dari perdagangan, teknologi, sekarang aplikasi, apapun yang bisa menjadi bahan diskusi untuk Amerika dan China menjadi lazim untuk saat ini. Ketidaksenangan Amerika dengan kemajuan China membuat pemerintah Amerika sedikit demi sedikit mulai menjaga jarak untuk saat ini dengan China. Media pemerintah China menyebut Amerika sebagai negara yang jahat dan negosiasi pembelian antara Microsoft dengan TikTok dianggap sebagai salah satu bentuk pencurian. Kami sendiri bingung sebenarnya, yang namanya merger dan akusisi cukup memungkinkan hal tersebut untuk dilakukan apabila ternyata kedua belah pihak merasakan keuntungan secara jangka panjang. Kami melihat sejauh ini antara Amerika dan China justru malah saling menuding satu sama lain yang membuat permasalahan semakin keruh. Microsoft sendiri mengumumkan keinginannya untuk mengakuisisi Bisnis TikTok yang berada di Amerika, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sejauh ini Presiden Trump masih memberikan lampu hijau kepada Microsoft untuk melakukan pembelian, namun apabila transaksi tersebut berhasil, maka ada beberapa biaya yang harus dibayarkan kepada Departement Keuangan Amerika agar transaksi tersebut dapat berjalan. Hu Xijin sebagai pemimpin redaksi dari majalah Global Times mengatakan hal tersebut sebagai sebuah perampokan yang terbuka sekarang ini, dan gegara Presiden Trump, Amerika yang dulunya negara hebat sekarang menjadi negara penjahat :D. Kami tidak menyangka juga bahwa tudingan tersebut sampai diarahkan seperti itu, namun memang, mengingat tensi yang mengalami kenaikkan terus menerus, wajar rasanya tudingan tersebut muncul saat ini. Memang akar dari permasalahan ini sebenarnya adalah gara gara Amerika mengatakan bahwa aplikasi TikTok telah mengumpulkan data pribadi masyarakat Amerika dan mengirimkannya kepada pemerintah China, meskipun sudah berulang kali TikTok membantah hal tersebut. Sejauh ini sikap Trump terhadap proses transaksi antara Microsoft dan TikTok akan disampaikan dalam beberapa hari kedepan. China mengatakan bahwa dengan adanya proses pembelian tersebut sama saja dengan membiarkan Amerika melakukan pencurian teknologi China namun dengan cara terbuka dan resmi. Namun tentu saja China tidak akan tinggal diam terkait masalah tersebut. China akan mencoba untuk melakukan pembalasan, namun kami yakin. Sebetulnya ini lagi lagi cuma guyonan, karena satu sisi China tidak terlalu berani bertindak lebih jauh karena pemilu Presiden di Amerika juga sebentar lagi. Jadi lebih baik bersabar dan menunggu hasil pemilu tersebut keluar, karena akan mempengaruhi kebijakan dan sikap China kedepannya. China kembali menyatakan bahwa larangan TikTok di Amerika merupakan sebuah symbol kepengecutan dari Amerika. Alih alih sebetulnya bahwa Amerika khawatir karena applikasi tersebut dapat mengancam dominasi perusahaan teknologi Amerika. Ditengah situasi dan kondisi yang tengah bersiteru, Amerika dan China justru akan;

2.MEREVIEW KESEPAKATAN FASE 1

Para pejabat Senior Amerika dan China memiliki rencana untuk menilai dan mengevaluasi kesepakatan tahap pertama ditengah tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara tersebut. Diskusi ini akan dipimpin oleh Robert Lighthizer dan Liu He yang akan dimulai pada tanggal 15 August 2020, dimana pertemuan tersebut akan terjadi setelah 6 bulan kesepakatan fase pertama berlaku. Sejauh ini White House enggan untuk berkomentar, begitupun dengan Kantor Perwakilan Dagang Amerika. Kami melihat sejauh ini ada beberapa hal yang akan dibahas, khususnya terkait dengan beberapa target pembelian yang dilakukan oleh China, yang mungkin tidak sesuai dengan harapan Amerika. Namun Amerika tetap akan mendorong China untuk dapat memenuhi kewajiban mereka yang sebelumnya sudah disepakati pada perjanjian kesepakatan tahap pertama. Beberapa target pembelian yang masih belum sesuai target adalah dalam bidang pertanian dan energi. Meskipun dalam posisi yang kurang, Robert tetap memuji China karena sudah melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk melakukan pembelian pada beberapa minggu terakhir. Amerika terus akan mendorong China untuk meningkatkan impor terhadap Amerika hingga senilai $200 miliar selama 2 tahun, dan sejauh ini nilai tersebut masih jauh dibawah target. Tentu kami melihat pertemuan kedua negara tersebut merupakan sesuatu yang sangat baik karena dapat meredakan tensi diantara kedua negara tersebut. Pasalnya bukannya apa, karena apabila terus menerus ketegangan antara Amerika dan China menguat, tentu akan membuat proyeksi pemulihan ekonomi juga akan menjadi terhambat. Bukan hanya bagi kedua negara tersebut, tapi juga bagi negara lainnya. Karena kedua negara tersebut memiliki impact yang cukup besar bagi perdagangan dunia. Maka dari itu, marilah kita berharap pekan depan pertemuan antara Amerika dan China dapat memberikan sesuatu yang menenangkan pasar.

“Kami merekomendasikan wait and see hingga data pertumbuhan ekonomi Indonesia keluar,” sebut analis Pilarmas.