ANALIS MARKET (04/8/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi bergerak turun pada perdagangan kemarin ditengah tengah banyaknya serangan negatif terhadap pasar modal Indonesia.

Memburuknya data pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa yang awalnya kami berfikir bahwa kita diselamatkan hari libur, ternyata masih tetap memberikan dampak signifikan terhadap pasar modal dalam negeri.

Meskipun kami melihat awalnya data Jepang berhasil meredam tekanan, namun pada kenyataannya bantalan tersebut masih kurang empuk terhadap serangan yang diberikan oleh pasar.

Rendahnya inflasi pada bulan July semakin memberikan keyakinan bahwa perekonomian kita saat ini tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.

Turunnya data inflasi memberikan indikasi penurunan daya beli yang memberikan implikasi kepada melemahnya kegiatan aktifitas perekonomian.

Yang itu artinya sekalipun masyarakat memiliki uang lebih, mereka tidak akan membelanjakannya karena masyarakat akan lebih memilih untuk menyimpan uangnya sementara waktu sebagai persiapan menghadapi corona.

Sentimen mengenai pemberian ekonomi outlook Amerika yang berubah dari stabil menjadi negative juga memberikan indikasi bahwa ada potensi kenaikkan imbal hasil apabila Amerika diturunkan peringkatnya.

Yang itu artinya, penyesuaian imbal hasil juga akan berlaku di negara emerging market.

Dalam arti kata lain, Amerika yang memiliki perekonomian nomor 1 saja diturunkan prospek ekonomi outlooknya, bagaimana nasibnya dengan emerging market yang mulai mengalami sesak nafas, tidak terkecuali Indonesia.

Hal ini yang memberikan pengaruh kepada pelaku pasar dan investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi kepada obligasi dalam negeri.

Pertanyaannya adalah ketika inflasi rendah, tentu akan menuntut Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunganya, yang itu artinya secara hukum alam akan mendorong harga obligasi mengalami kenaikkan agar imbal hasil mengalami penurunan, apakah petuah tersebut masih berlaku?

Ditengah perubahan outlook ekonomi, apakah reward jauh lebih bernilai daripada tingkat resiko?

Mungkin kali ini waktu yang akan menjawabnya, bukan rumput yang bergoyang.

“Adapun diperdagangan Selasa (04/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif hingga hasil lelang keluar. Total penawaran yang masuk akan berkisar IDR 35 T hingga 50T lebih dari itu akan membuat pasar obligasi menguat dengan catatan yang diserap juga lebih dari target indikatifnya,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (04/8/2020).

Apakah pemerintah akan menutup mata terkait yield yang diminta karena terdesak dengan kebutuhan utang untuk menutupi deficit APBN nya? Well, yuk gosipnya kita lanjutkan kapan kapan.

Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;

1.JEPANG PUN MERASAKAN LUKA YANG SAMA

Begitu di Amerika, begitupun di Eropa, demikian juga hingga ke Jepang. Semua sama saja terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan, meskipun Jepang dapat kita katakan lebih baik dari proyeksi yang diberikan oleh para consensus. Perekonomian Jepang pada akhirnya mengalami penurunan kembali sama seperti sebelumnya pada kuartal pertama. Tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang pada akhirnya harus kembali mengalami penurunan hingga 2.2% secara YoY. Yang itu artinya secara teknis, Jepang dapat kita katakan juga memasuki resesi. Sejauh ini kami melihat belanja modal masih dapat bertahan, meskipun ada penurunan dalam investasi di bidang mesin. Perekonomian Jepang pada kuartal kedua membuat perekonomian Jepang pada akhirnya mengalami penurunan hingga 20%, hal ini yang membuat penurunan menjadi yang terdalam sejak tahun 1955. Sebelumnya kita melihat ada kenaikkan dalam penjualan ritel dan industrial production, namun seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya bahwa pemulihan tersebut masih rapuh. Semua yang ada saat ini masih didrive oleh ekspektasi dan harapan akan pemulihan perekonomian yang lebih baik, meskipun pada kenyataannya perekonomian belum menunjukkan tanda tanda pemulihan yang lebih pasti. Begitu ekspektasi dan harapan goyah akan data yang hadir diatas kertas, tentu membuat keyakinan pelaku pasar dan investor goyah, bahwa ternyata perekonomian sedang tidak berada dalam keadaan yang baik baik saja. Sejauh ini Perdana Menteri Shinzo Abe sudah mengatakan akan memberikan kembali stimulus senilai $2 triliun, dan ada kemungkinan stimulus sebesar apapun belum tentu cukup untuk menopang perekonomian secara jangka menengah hingga panjang. Karena kami melihat bahwa intisari permasalahan perekonomian dunia masih belum terselesaikan ataupun dimitigasi dengan baik khususnya menyangkut pengendalian virus. Kami hanya khawatir, apabila kita tidak segera melakukan sesuatu saat ini untuk perekonomian secara jangka menengah atau panjang, maka stimulus yang diberikan untuk menjaga stabilitas hanya akan memberikan impact untuk jangka pendek namun semu. Kita membutuhkan sebuah tindakan nyata untuk menangani virus corona yang dimana tentu saja apabila virus tersebut dapat dikendalikan, maka pemulihan ekonomi tidak lagi menjadi rapuh, tetap memiliki fondasi yang kuat untuk menopang perekonomian secara jangka menengah hingga panjang.

2.YANG DINANTI PEKAN INI

Setelah sebelumnya kita terluka akibat dari pertumbuhan ekonomi Amerika, Eropa, dan Jepang, kita masih harus menghadapi banyak hal pada pekan ini yang boleh kita katakan dapat membuat keadaan akan cukup sulit bagi pasar modal Indonesia. Pertama kita akan mengawali dari Amerika yang dimana pada pekan ini yang dinantikan adalah data terkait dengan Factory Orders dan Durable Goods Orders yang diproyeksikan akan mengalami penurunan. Kedua data ini menjadi penting karena akan mempengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Setelah itu kita akan melihat beberapa data penting lainnya pekan ini seperti Trade Balance yang diperkirakan membaik, diikuti dengan PMI Services dan Composite yang di proyeksi sama seperti sebelumnya atau justru mengalami penurunan. Karena sebelumnya PMI Manufacturing Amerika yang mengalami kenaikkan dan sudah memasuki fase ekspansif pada kenyataan harus turun kembali, hal ini memberikan indikasi bahwa perekonomian Amerika belum memiliki fondasi yang cukup kuat. Yang akan menjadi perhatian tentu adalah data mengenai Initial Jobless Claims dan Continuing Claims meskipun diperkirakan hasilnya membaik, data tersebut akan memberikan gambaran kepada kongres dan dewan terkait dengan keputusan stimulus yang akan diambil. Change in Nonfarm Payrolls dan Unemployment Rate diperkirakan akan mengalami penurunan. Dan menutup pekan ini, akan dinantikan data mengenai Wholesale Inventories MoM. Setelah puas makan steak, kita mampir melihat Eropa sebentar yang akan menghadirkan data mengenai PMI Services dan Composite yang diperkirakan tidak mengalami perubahan, namun data Retail Sales secara MoM diperkirakan akan mengalami penurunan. Ini akan menjadi perhatian bagi pelaku pasar dan investor. Kangen makan Fuyunghai dan Capcai?? Yuk kita mampir ke China yang dimana, mereka akan menghadirkan data mengenai PMI Composite dan Services karena akan memberikan gambar secara umum terkait dengan aktivitas perekonomian di China. Selain itu ada data mengenai exports dan imports serta trade balance yang diperkirakan akan mengalami penurunan, namun perhatian akan tertuju kepada PPI YoY dan CPI YoY yang diperkirakan tidak mengalami perubahan. Setelah makan makan, kali ini kita akan melihat Tokyo Tower di Jepang yang dimana akan memberikan data perekonomian mengenai CPI YoY yang diperkirakan tidak berubah. Namun sebagai pelengkap sebelumnya, data PMI Services dan Composite menjadi salah satu yang paling dinantikan. Selain itu data mengenai Leading Index CI dan BoP Current Account Balance juga menjadi perhatian. Setibanya di Indonesia, pekan ini akan menjadi pekan yang cukup sulit karena kami melihat bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua akan mencuri perhatian. Pasalnya, baik secara YoY maupun QoQ keduanya diprkirakan mengalami penurunan. Khusus QoQ, apabila ternyata memang benar data pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali terkontraksi, ini artinya secara teknis Indonesia juga memasuki fase resesi. Tentu akan menjadi keajaiban apabila ternyata data tersebut positif, karena akan memberikan aura kepada hijaunya pasar modal di Indonesia. Demikian tour dari kami terkait dengan data perekonomian pekan ini, akan menjadi pekan yang cukup sulit bagi pasar, namun bukan sesuatu yang mustahil untuk kita lewati. Apakah ini menjadi sebuah moment untuk melakukan akumulasi? Ataukah masih harus wait and see? Anda yang memutuskan bosku??.

“Kami merekomendasikan ikut lelang dengan hati yang senang dan jangan bimbang,” ujar analis Pilarmas.