ANALIS MARKET (17/7/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis, 16/07/2020, IHSG ditutup menguat 22 poin atau 0,44% menjadi 5.098. Sektor industri barang konsumsi dan aneka industri menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 123 miliar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari:

1.SEBUAH CERITA DARI EROPA

Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde mengatakan bahwa dirinya tidak akan membiarkan kebijakan moneter dibatasi karena dirinyapun mendukung pemulihan ekonomi di kawasan Eropa dari krisis yang ditimbulkan oleh wabah virus corona. Dalam hasil rapat pertemuan Bank Sentral Eropa kemarin, Christine juga mengatakan bahwa dirinya mengharapkan untuk memberikan dan menghabiskan semua yang sudah dianggarkan dari program pembelian obligasi pandemic kemarin. Hal tersebut berbeda dengan yang disampaikan oleh Dewan Eksekutif sebelumnya yang mengatakan bahwa tindakan tersebut belum diperlukan. Namun kami percaya, bahwa Christine cukup mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan, dan apabila Christine mengatakan demikian, berarti hal, tersebut memang harus dilakukan untuk menopang perekonomian. Sejauh ini para pembuat kebijakan, masih belum bisa menyatukan suara, karena mereka masih belum mencapai kata sepakat mengenai program yang akan dijalankan. Lagarde juga mengatakan bahwa para pejabat akan terus mendorong pembelian asset terhadap beberapa negara yang membutuhkan dukungan selama pandemic seperti di Italy. Namun hal tersebut mungkin akan menjadi masalah karena para pembuat kebijakan khawatir bahwa Bank Sentral akan dianggap melanggar undang undang apabila membiayai pemerintah di negara tertentu secara langsung. Christine mengatakan bahwa dirinya akan tetap berkomitmen untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendukung semua warga zona Eropa untuk melewati masa masa sulit. Namun berbicara mengenai prospek perekonomian kami melihat masih sangat rapuh kedepannya. Sejauh ini mengenai keputusan atas pinjaman sebesar 750 miliar euro tampaknya masih akan di bicarakan dan diputuskan pada saat pertemuan di Brussels pada hari Jumat ini. Hal tersebut juga diamini oleh Christine, bahwa harapannya adalah pemimpin dapat menyetujui suatu paket yang dapat mendorong stimulus perekonomian kepada pelaku pasar. Dan Christine juga berharap bahwa para pemimpin tersebut jangan terlalu lama untuk memutuskan hal tersebut. Para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa pun mulai terdengar pesimis terkait dengan prospek pemulihan perekonomian kedepannya. Mereka masih akan terus mewaspadai lonjakan infeksi kedepannya yang dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian. Sebuah survey dari bank Sentral Eropa sejauh ini terhadap Lembaga keuangan menunjukkan bahwa mereka khawatir dengan pemberian pinjaman terhadap nasabah, oleh sebab itu mereka tengah bersiap untuk memperketat standar pinjaman yang dimana hal tersebut dapat mengurangi tingkat pertumbuhan. Kami melihat bahwa prospek perekonomian tampaknya masih terlihat samar di Eropa, berbeda dengan di Amerika atau China yang terlihat jelas meskipun belum pasti. Namun setidaknya hal tersebut lebih baik dibandingkan samar ditambah belum pasti, ditambah lagi masih belum ada kerjasama yang terlihat diantara para pemimpin negara tersebut untuk mendorong perekonomian.

2.YOU RAISE ME UP

Data perekonomian China boleh kita katakan luar biasa kemarin. GDP China mengalami pertumbuhan kembali sebesar 3.2% pada kuartal kedua tahun ini kalau kita bandingkan dengan tahun lalu dan tentu saja dengan adanya kenaikkan data GDP tersebut kami melihat bahwa ada rebound dari penurunan perekonomian pada kuartal pertama. Dan GDP China yang berada di 3.2% tentu saja melebihi ekspektasi semua orang yang berharap kenaikkan GDP berada di rentang 2.5% - 3%. Sebelumnya pada kuartal pertama, GDP China mengalami penurunan sebanyak 6.8%, yang dimana wabah virus corona mulai memasuki fase yang memprihatinkan kala itu. Dan sebagai informasi, penurunan GDP China kala itu merupakan yang pertama sejak tahun 1992. Secara garis besar, kami cukup senang dengan pertumbuhan China kemarin. China mungkin satu dari sekian banyak negara yang berhasil melakukan pemulihan ekonominya secara cepat dan berkesinambungan. Tentu hal tersebut, suka atau tidak suka, dunia harus mengakui bahwa China dapat melakukan yang terbaik tatkala menghadapi virus corona. Sehingga perekonomian dapat pulih kembali lebih cepat. Pemerintah juga terus memperkenalkan langkah langkah untuk meningkatkan perekonomiannya termasuk dalam hal kebijakan fiscal dan pemotongan tingkat suku bunga kredit. Data ekonomi China kemarin menunjukkan bahwa perekonomian China sudah kembali bangkit dan pulih, namun yang menjadi kendala adalah perekonomian global belum pulih sepenuhnya dan tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi pemulihan perekonomian bagi China. Biro Statistik China mengatakan bahwa pemulihan perekonomian China belum tentu tanpa resiko, pasalnya penyebaran wabah virus corona secara global masih akan memberikan dampak yang berkelanjutan terhadap perekonomian dunia, ditambah lagi dengan meningkatnya resiko dan tantangan dari eksternal, sehingga perekonomian masih dibawah tekanan. Tentu kami setuju dengannya, pasalnya data perekonomian kemarin, untuk data penjualan ritel masih belum terlalu baik, itu artinya daya beli masih belum pulih seutuhnya meskipun sudah mengalami perbaikan. Atas dasar masih banyak ketidakpastian inilah, pemerintah China juga menyampaikan bahwa tidak memberikan target tertentu terhadap GDP tahun ini. Yang menarik adalah Presiden Xi akhirnya memberikan sebuah pernyataan terbaru kepada para pemimpin Perusahaan global, yang dimana China berjanji untuk menyediakan lingkungan bisnis yang lebih baik bagi Perusahaan Perusahaan asing, meskipun Presiden Xi menyampaikan hal tersebut ketika sedang berada dibawah tekanan dari Amerika. Presiden Xi menyampaikan bahwa China akan melanjutkan upaya untuk memperdalam reformasi dan membuka perekonomian, serta menyediakan lingkungan bisnis yang lebih sehat bagi investor China dan luar negeri. Hal tersebut disampaikan oleh Presixen Xi tatkala ketika data perekonomian China khususnya GDP mengalami pemulihan dan mengalami pertumbuhan kemarin. Tentu hal tersebut memberikan indikasi bahwa China sama sekali tidak gentar meskipun dalam tekanan oleh berbagai negara, namun lebih memilih untuk melangah maju. Meskipun saat ini hampir lebih dari 3 negara tengah bersitegang dengan China. Biar bagaimanapun China membutuhkan negara lain untuk perdagangan, oleh sebab itu kami melihat bahwa cepat atau lambat sebetulnya kerjasama antara negara dapat terjalin.

3.INDONESIA DALAM BERITA

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%. BI mengungkapkan keputusan tersebut sebagai bagian penguatan bauran kebijakan nasional yang untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar dan langkah lanjutan untuk percepat pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Tentunya keputusan penurunan suku bunga tersebut sebagai stimulus bagi perekonomian dalam negeri khususnya sisi permintaan perekonomian dan mendukung aktivitas produksi dan mendorong penurunan suku bunga perbankan sehingga dapat mengakselerasi momentum pemulihan ekonomi nasional. Ditengah adanya penantian apakah PSBB akan diperpanjang atau tidak, World Bank dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, ekonomi Indonesia bisa masuk resesi jika pembatasan aktivitas diperpanjang ke kuartal ketiga dan keempat dan atau jika resesi global lebih parah dari yang diharapkan. World Bank menyebut bahwa skenario resesi ekonomi Indonesia bisa terjadi, jika infeksi Covid-19 meluas atau gelombang infeksi baru muncul. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 sebesar 0%. Hal ini akan memaksa pemerintah untuk memberlakukan tambahan pembatasan mobilitas skala besar di kuartal ketiga dan keempat, sehingga mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat di sektor berorientasi domestik. Selanjutnya World Bank juga mengungkapkan dengan skenario ekonomi global tergelincir labih dalam, yakni sebesar 7,8% pada tahun 2020, maka akan terjadi penurunan lebih lanjut pada investasi dan ekspor, dan efeknya tentu saja akan membebani pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 5.049-5.142. Namun diharapkan berhati hati karena hari ini IHSG sangat rawan terkoreksi,” sebut analis Pilarmas.