ANALIS MARKET (10/6/2020) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya tak kuasa menahan pelemahan kembali.
Didorong oleh kekhawatiran akan gelombang virus corona babak 2 yang dimana dalam sepekan terakhir di warnai dengan tingginya angka yang terkontaminasi, membuat pasar menjadi cemas.
Tentu hal ini membuat rasa optimisme yang sebelumnya berkobar kembali surut. Ditambah lagi pelaku pasar dan investor juga menanti pertemuan FOMC meeting yang akan berlangsung pada hari Kamis nanti.
Bagaimana pandangan The Fed terkait dengan situasi dan kondisi saat ini, ditambah dengan perkembangan stimulus akan menjadi penentuan pergerakan ekonomi ke depannya.
“Optimis boleh saja, namun tentu harus realistis. Tentu saja kami berharap bahwa optimis yang sudah dibangun sebelumnya jangan hilang begitu saja, namun kembali lagi, data diatas kertas tidak sebaik kelihatannya. Kami sendiri cukup senang dengan jumlah lelang yang masuk hari ini, lebih dari cukup untuk memperlihatkan masih ada keyakinan pelaku pasar dan investor bagi perekonomian Indonesia dalam jangka waktu pendek,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (10/6/2020).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (10/6) pagi ini, pasar obligasi masih akan dibuka melemah dengan potensi melemah.
Pelemahan ini tergantung dari situasi dan kondisi yang terjadi pada hari ini. Apabila pelemahan berlanjut dan melewati support terus menerus, maka dapat dipastikan pasar akan kembali mengalami pelemahan.
Adapun cerita pada hari Rabu akan kita awali dari;
1.SEBUAH RINTANGAN
Rencana Komisi Eropa untuk memberikan rencana stimulus senilai 750 miliar euro atau $847 miliar untuk membantu kawasan yang terpuruk akibat wabah virus corona tampaknya ada beberapa masalah yang harus diatasi terlebih dahulu. Sehingga itu artinya ada kemungkinan bahwa stimulus tambahan tersebut harus menunggu waktu yang lebih lama daripada yang diperkirakan. Ke 27 pemimpin Uni Eropa harus menyepakati terlebih dahulu perincian rencana stimulus yang akan diimplementasikan secara terperinci, agar para pemimpin Uni Eropa tersebut dapat mendapatkan detail yang lebih rinci lagi terkait dengan stimulus tersebut. Bulan lalu ketika Badan Eksekutif Uni Eropa mengusulkan untuk memberikan stimulus senilai 750 miliar atau $847 miliar, memang ada beberapa negara yang tidak setuju terkait dengan hal tersebut. Ke empat negara tersebut adalah Austria, Belanda, Denmark, dan Swedia. Mereka lebih suku stimulus keuangan diberikan dalam bentuk pinjaman, bukan hibah. Tidak hanya itu saja, surat utang Uni Eropa yang akan diterbitkan bersama sama juga mendapatkan pertentangan terkait hal tersebut. Rintangan kedua yang harus dilewati kemudian adalah, bagaimana cara Komisi Eropa menghitung dalam mendistribusikan dana tersebut. Dalam proposal pertama, Komisi Eropa memberikan saran agar hibah dialokasikan berdasarkan alokasi yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan memperhitungkan populasi, GDP per kapita dan penggangguran. Namun belakangan ada kritik yang mengatakan bahwa negara yang mendapatkan impact lebih besar atas wabah virus corona juga harus diperhitungkan. Memang benar, tentu saja data yang lebih update akan memberikan gambaran terakhir dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini. Namun apabila menunggu lebih lama, apakah mereka yang membutuhkan bantuan dapat menunggu? Tentu ini merupakan salah satu bahan pertimbangan yang harus dipikirkan secara seksama juga. Tidak hanya itu saja, rintangan terakhir adalah bagaimana para pemimpin dapat memantau dana tersebut dari sisi penggunaannya. Komisi Eropa sejauh ini menyarankan kepada negara negara anggotanya untuk menyusun rencana pemulihan ekonomi yang dimana mereka diharuskan untuk memberikan informasi terkait dengan reformasi dan prioritas investasi mereka hingga tahun 2024. Hal ini akan memberikan gambaran terhadap lembaga lembaga di Eropa untuk mendapatkan informasi terkait dengan dana yang akan digunakan tersebut nantinya. Tentu kami berharap bahwa stimulus tersebut dapat berjalan dengan lebih cepat dan sebagaimana mestinya, karena tentu hal ini akan memberikan harapan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
2.PENANTIAN
Pelaku pasar akan memperhatikan The Fed kali ini dengan lebih seksama, karena ingin mendapatkan informasi yang lebih jelas terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh The Fed berikutnya. Sejauh ini The Fed sudah bertindak jauh didepan daripada yang kita perkirakan sebelumnya, dan ini menjadi modal yang penting bagi The Fed untuk dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi seperti yang sedang terjadi saat ini. Kami melihat The Fed masih belum akan mengubah tingkat suku bunganya untuk saat ini, namun terkait dengan kebijakan kami masih menantikan 9 program dari stimulus yang ingin diberikan dapat berjalan semuanya, karena sejauh ini masih baru berjalan 4 program, sedang menuju program ke 5 yang akan segera berjalan. Pandangan The Fed terkait dengan perkiraan ekonominya dan gambaran akan masa depan mengenai Fed Plot mungkin akan menjadi sesuatu yang sangat dinantikan. Karena tentu saja hal tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas apakah momentum pemulihan akan terus berlanjut atau tidak. Sejauh ini The Fed masih membeli treasury sebanyak $4 miliar, dari sisi pelaku pasar obligasi, kami juga ingin tahu seberapa besar ukuran jumlah pembelian dan durasi atau rentang waktu The Fed melakukan hal tersebut. Kami melihat bahwa The Fed akan lebih berhati hati dalam menyampaikan pidatonya besok, karena bukannya apa, apabila yang disampaikan tidak sesuai dengan keinginan pasar, mungkin pasar bisa saja berbalik arah dalam sekejap. Kongres juga sedang mempertimbangkan beberapa program stimulus lain, dan Department Keuangan secara dramatis terus memperluas ukuran lelang termasuk obligasi dengan durasi 20y. Well, mari kita menanti apa yang akan disampaikan oleh The Fed, dan mari kita berharap bahwa The Fed memberikan sedikit gambaran akan kemana perekonomian kedepannya.
3.BAGAIMANA DENGAN PROSPEK EKONOMI GLOBAL?
Bank Dunia dalam laporan tengah tahun Prospek Ekonomi Global memproyeksikan ekonomi global akan mengalami kontraksi. Dalam laporan tersebut dimana Produk domestik bruto (PDB) global mungkin akan menyusut 5,2% pada tahun 2020 dan Ekonomi negara-negara berkembang akan menyusut 2,5%. Selanjutnya juga menyampaikan bahwa Bank Dunia menyajikan dua skenario alternatif. Apabila wabah Covid-19 bertahan lebih lama dari ekspektasi, maka membutuhkan kelanjutan pembatasan pergerakan, sehingga ekonomi global berpotensi menyusut hampir 8% pada tahun ini dan jika langkah-langkah pengendalian pergerakan manusia dapat dicabut dalam waktu dekat, maka kontraksi berpotensi menjadi 4%. Bank Dunia menyebutkan ekonomi Asia Pasifik diperkirakan tumbuh 5,8 persen sebelum muncul wabah Covid-10. Pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik, di luar China, pada 2020 diproyeksikan melambat dari 4,7 persen pada 2019 menjadi 1,3 persen dalam skenario baseline dan negatif 2,9 persen dalam skenario lebih rendah, dan diproyeksikan membaik secara bertahap pada tahun 2021 karena efek virus mulai menghilang. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia Timur dan Pasifik pada 2020 diproyeksikan akan melambat menjadi 2,1 persen untuk skenario baseline dan negatif 0,5 persen dalam skenario lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi karena kebijakan karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona secara masif. Penerapan lockdown, yang pertama kali dilakukan China dan menyebar ke berbagai negara, menyebabkan kontraksi tajam pada aktivitas ekonomi serta mengubah pasar keuangan global secara drastis.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan wait and see hari ini. Rentang pergerakan akan bermain di 40 bps – 75 bps, lebih dari itu akan menjadi arah pasar selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.

