ANALIS MARKET (09/4/2020) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Mixed
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Rabu 08/04/2020 kemarin, IHSG ditutup melemah 151 poin atau 3,18% menjadi 4.626. Sektor aneka industri, property, infrastruktur, industri dasar, agrikultur, barang konsumsi, keuangan pertambangan, dan perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 329 miliar rupiah.
Cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.BABAK BARU STIMULUS?
Rancangan Undang Undang yang membahas mengenai stimulus berikutnya yang akan digunakan untuk menopang ekonomi Amerika selama krisis setidaknya akan senilai $1 Triliun untuk fase berikutnya, hal ini disampaikan oleh Nancy Pelosi pada conference call kemarin. Paket stimulus berikutnya akan digunakan untuk pemberian bantuan terhadap program program yang sudah ditetapkan oleh RUU senilai $2.2 triliun yang sudah ditanda tangani bulan lalu. Pelosi mengatakan harus ada bantuan langsung tambahan kepada masyarakat, asuransi pengangguran juga akan diperpanjang, dan akan lebih banyak kupon makanan dan yang paling penting adalah akan ada Payroll Protection Plan yang dimana memberikan pelayanan pinjaman terhadap bisnis kecil. Pelosi juga mengatakan bahwa RUU itu harus membantu Pemerintah Negara Bagian serta penduduk local, dengan kota kota kecil. Pelosi mengatakan bahwa dirinya ingin RUU stimulus tersebut di sahkan bulan ini yang dimana akan dijadwalkan pada tanggal 20 April. Dalam briefing di White House pun, Trump mengatakan bahwa jika putaran stimulus lainnya diperlukan, maka Trump mempertimbangkan untuk memberikan pembayaran langsung kepada masyarakat Amerika. Kami berharap bahwa apa yang disampaikan sebelumnya oleh The Fed bisa menenangkan pasar saat ini yang dimana mereka mengatakan bahwa mereka memiliki amunisi yang tidak akan pernah habis. Disatu sisi, sentiment mengenai data korban masih menjadi salah satu sentimen yang kurang baik bagi pasar. Fokus utamanya adalah menghentikan jumlah korban yang terinfeksi, lalu menjaga keberlangsungan hidup masyarakat dan bisnis dari masing masing sector.
2.RISALAH THE FED
The Fed dalam risalahnya yang baru saja keluar kemarin mengatakan bahwa The Fed menginginkan response atas kebijakan moneter yang lebih kuat untuk mencegah resiko yang belum pernah terjadi sebelumnya yang ditimbulkan oleh wabah virus corona dalam menghadapi pasar yang terus mengalami pelemahan. Komite masih akan mempertahankan tingkat suku bunga mendekati nol sampai dengan pada akhirnya badai bisa sedikit mereda dan ekonomi kembali berada di jalur yang benar untuk berjalan seperti semula yang dimana lapangan kerja dan inflasi merupakan salah satu tujuannya. Ini bukan masalah QE, namun FOMC khawatir bahwa akan ada gangguan dari proses dan fungsi dari pasar keuangan dan Sekuritas yang didukung oleh hipotek, dan pembelian asset yang agresif yang dimana hal ini dilihat sebagai satu satu cara untuk memastikan stabilitas, bukan sebagai pelonggaran Quantitave Easing yang bertujuan untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang. Lagi lagi pertanyaan kami diatas, rasa khawatir kami diatas, kembali di jawab oleh The Fed. FOMC merasa bahwa The Fed tidak pernah kehabisan amunisi dan masih bisa berbuat lebih banyak dengan melakukan pembelian asset apabila hal itu diperlukan. Sebelumnya mengenai perbedaan pendapat mengenai pemangkasan tingkat suku bunga juga menjadi salah satu perihal diskusi yang dibahas. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa beberapa peserta ada yang menolak untuk melakukan pemotongan tingkat suku bunga yang dimana mendekati nol. Ada kekhawatiran bahwa hal tersebut akan menakuti masyarakat dan menciptakan sebuah harapan yang negative mengenai prospek ekonomi. FOMC meyakini bahwa penurunan yang terjadi saat ini tidak akan seburuk seperti tahun 2007 – 2009. Sementara itu The Fed tidak akan mengambil tindakan untuk mencegah Bank di Amerika dari pembayaran dividen. Dalam risalah tersebut, kami melihat bahwa ada kecemasan, namun ditutupi dengan amunisi yang tidak terbatas. Ada kekhawatiran bahwa prospek akan terus mengalami pelemahan, namun ada amunisi yang akan menjaga hal tersebut. Namun secara garis besar, kami melihat bahwa The Fed cukup ragu terkait dengan prospek ekonomi kedepannya, meskipun mereka memiliki amunisi yang tidak terbatas. Sejauh ini The Fed melihat kebutuhan terhadap program program baru untuk melindungi ekonomi dari wabah virus corona dan The Fed memilih untuk memangkas tingkat suku bunganya hingga dalam posisi mendekati nol dan mulai kembali melakukan pembelian obligasi secara besar besaran serta mendorong likuiditas kedalam system perbankan. The Fed juga sudah menyiapkan langkah antisipasi dengan membuat program program baru berikutnya untuk mengatasi wabah tersebut. The Fed akan terus menggunakan amunisi untuk mendukung pemberian kredit ke dalam rumah tangga dan bisnis serta mendukung permintaaan dengan kebijakan moneter, dan pada akhirnya The Fed akan mencoba melakukan apa yang bisa dilakukan untuk melihat bahwa pemulihan itu merupakan sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. Sejauh ini The Fed juga telah memberikan program pinjaman baru terhadap Perusahaan besar melalui pembelian utang Perusahaan jangka panjang, serta fasilitas yang akan menawarkan jangka hidup bagi usaha kecil dan menengah.
3.MINYAK SEMAKIN LICIN
Minyak mulai semakin licin untuk mengalami kenaikkan setelah Rusia sebelumnya mengatakan bahwa mereka siap untuk mengurangi produksi untuk membantu mesntabilkan pasar setelah sebelumnya harga minyak mengalami penurunan yang cukup drastis. Pembatasan supply global akhirnya dapat dilakukan ketika pertemuan secara virtual dan darurat pada hari Kamis setelah sebelumnya Rusia mengatakan bahwa mereka siap untuk memangkas produksi sebanyak 1.6 juta barel per hari atau sekitar 15%. Para Menteri G20 akan memenuhi perintah tersebut dengan membahas langkah langkah yang lebih luas untuk untuk dapat menstabilkan harga minyak tesebut. Pertemuan tersebut akan menjadi salah satu moment penting terhadap pasar energi global dan menyakinkan pasar mengenai pergerakan harga minyak. Marilah kita berharap bahwa pertemuan para Menteri tersebut menghasilkan langkah yang nyata.
4.IKUTAN NAMBAH JUGA?
Menindaklanjuti strategi moneter guna menjaga stabilitas rupiah dan likuiditas di pasar keuangan. Bank Indonesia menyatakan siap menambah likuiditas jika masih diperlukan. Jika kita menarik mundur beberapa strategi Bank Indonesia sepanjang tahun ini, Bank Sentral telah menggelontorkan likuiditas melalui quantitative easing senilai Rp300 triliun ke pasar. BI juga akan terus memantau penyaluran likuiditas dari sistem perbankan nasional ke sektor riil agar ekonomi bisa bangkit di tengah pandemi virus corona. Kami melihat saat ini yang menjadi permasalahan adalah likuiditas yang dikeluarkan belum mengalir ke sektor riil dan kami belum melihat hal itu terjadi. Oleh karena itu, BI berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar kebijakan yang dirilis bisa cepat berdampak ke ekonomi. Kemenkeu melalui stimulus fiskal, juga menyalurkan bantuan sosial agar konsumsi masyarakat naik diharapkan dapat membantu UMKM dan KUR. Sedangkan OJK yang telah merilis berbagai program, seperti restrukturisasi kredit agar bank bisa melakukan langkah keringanan pembiayaan bagi dunia usaha, diharapkan dapat meringankan beban pelaku usaha dalam menghadapi pandemic ini. Namun lagi lagi, kami membutuhkan bukti nyata, bukan hanya di atas kertas semata.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak mixed dan ditradingkan pada level 4.467 - 4.859. Warna warni sentiment akan mempengaruhi transaksi hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (09/4/2020).

