ANALIS MARKET (06/4/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, setelah akhir pekan, yang tidak terlalu banyak perubahan pada rentang harga obligasi, selanjutnya apa yang akan menarik perhatian pada pekan depan?

Sejauh ini pekan depan akan menjadi pekan yang cukup singkat karena ada libur, ditambah lagi dengan adanya wabah virus corona yang masih terus memberikan pengaruh terhadap pasar saham dan obligasi dalam Negeri, sehingga sedikit banyak hal ini akan mempengaruhi pergerakan harga dan transaksi yang akan terjadi pekan ini pada pasar obligasi.

Fokus utamanya sebetulnya adalah lelang dan pertemuan antara Arab Saudi, Amerika, dan Rusia.

“Tentu hal ini akan menjadi sesuatu yang menarik, karena berhasil atau tidaknya pertemuan tersebut berpotensi cukup besar untuk menggerakan pasar,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (06/4/2020).

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (06/4) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.

Namun khusus untuk obligasi acuan 20y, berpotensi untuk mengalami kenaikkan harga.

“Hal ini kami perkirakan didukung oleh adanya potensi pasar obligasi mengalami kenaikkan harga akibat adanya potensi penurunan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia nanti. Menurut kami potensi penurunan itu cukup besar, karena ditengah situasi dan kondisi saat ini stimulus moneter oleh Bank Sentral tentu akan kian massif,” jelas analis Pilarmas.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.ARAB SAUDI, AMERIKA, DAN RUSIA

Harga minyak melambung tinggi pada hari Kamis dan Jumat, yang disebabkan oleh adanya diskusi lebih lanjut mengenai pertemuan antara Arab Saudi, Amerika, dan Rusia terkait dengan pemangkasan produksi yang akan dilakukan oleh ke dua Negara tersebut dengan Amerika sebagai mediatornya. Harga minyak mengalami kenaikkan pada hari Kamis sebanyak 25%, diikuti 12% pada hari Jumat. Pemangkasan tersebut akan berkisar antara 10 juta barel hingga 15 juta barel. Namun tak dinyana, pertemuan yang tadinya akan diadakan pada hari Senin, terpaksa harus ditunda mengingat tingginya tensi antara Arab Saudi dan Rusia, oleh sebab itu pertemuan tersebut akan diundur pada hari Kamis pekan depan. Dari sisi Rusia, kabar terakhir Putin mengatakan akan melakukan pengurangan sebanyak 10 juta barel perhari, dan tidak hanya itu saja, OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk melakukan pengurangan produksi sebanyak 10% dari pasokan dunia. Baik Arab Saudi dan Rusia telah meminta kerjasama dari Amerika terkait dengan penyeimbangan mengenai pasokan minyak dunia. Kisruh mengenai minyak sebetulnya dimulai dari pertemuan bulan Maret lalu yang dimana OPEC mengusulkan adanya pemangkasan produksi sebesar 1.5 juta barel per hari untuk mengimbangi permintaan yang terus berkurang, namun Rusia menolak untuk melakukannya. Pertemuan tersebut pada akhirnya berakhir tanpa kesepakatan hingga kini. Dan sebagai efeknya, Arab Saudi juga memangkas harga minyaknya untuk mendapatkan pasar yang lebih besar dan mendorong tingkat produksinya ke rekor tertinggi lebih dari 12 juta barel per hari. Saat ini Amerika sedang berada di lema, seperti kisah cinta. Amerika bingung, mau memilih untuk melakukan pengurangan produksi untuk menstabilkan harga atau tetap berjalan dengan pendiriannya. American Petroleum Industry menjadi salah satu Perusahaan yang menentang adanya pemotongan produksi, karena dengan melakukan hal tersebut dinilai akan membahayakan industry di Amerika. Namun dari Texas, salah satu dari tiga anggota komisi Texas mengatakan bahwa Negara bagian akan mempertimbangkan untuk ikut serta dalam kesepakatan untuk melakukan pengurangan produksi. Alhasil, OPEC pun mengundang komisi Texas untuk ikut berpartisipasi dalam pertemuan kami bulan Juni nanti. Tidak hanya itu saja, Ryan Sitton anggota komisi tersebut mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengenai pengurangan produksi. Memang Texas siapa sih, kok bisa sampai se”wah” itu untuk ikut campur? Karena Texas merupakan Negara bagian dengan penghasil minyak yang memiliki wewenang untuk mengelola produksi.

2.TANTANGAN KIAN NYATA

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan bahwa wabah virus corona telah menciptakan krisis ekonomi dalam bentuk yang berbeda, sehingga tidak seperti krisis krisis sebelumnya apabila kita bandingkan dengan krisis keuangan global 2008 silam. Tidak pernah dalam sejarahnya IMF, kita menyaksikan ekonomi dunia berhenti seperti ini, ungkap Georgieva. Dirinya juga mengatakan bahwa saat ini merupakan saat yang paling kelam bagi seluruh dunia, dan mengharuskan kita untuk berdiri tegak, bersatu, serta saling melindungi. Georgieva mengatakan bahwa IMF telah bekerja sama dengan Bank Dunia serta Lembaga Keuangan Internasional lainnya untuk mengurangi dampak ekonomi tersebut. IMF terus mendorong Bank Sentral di Negara maju untuk mendukung Negara berkembang. IMF memiliki amunisi senilai $1 triliun, dan IMF akan menggunakan sebanyak yang diperlukan untuk mendukung hal tersebut. Sejauh ini sudah lebih dari 90 Negara yang meminta bantuan dari dana tersebut. IMF mendesak Negara yang menerima manfaat tersebut digunakan untuk membiayai dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya. Georgieva mengatakan bahwa ekonomi Negara berkembang merupakan yang paling terpukul oleh wabah virus corona tersebut, dan seringkali memiliki sedikit sumber daya untuk melindungi diri dari kejatuhan ekonomi, karena banyak di Negara tersebut yang system kesehatannya masih belum memadai. Sejauh ini sudah hampir $90 miliar capital inflow telah pergi dari Negara berkembang selama wabah terjadi. Georgieva memberikan pesan yang sangat bagus sama seperti yang kami sampaikan dalam tulisan, bahwa kita akan melewati ini semua, namun seberapa cepat dan efektif hal tersebut, akan sangat bergantung terhadap tindakan yang kita ambil. Well, semua sudah disampaikan, tinggal bagaimana Pemerintah melakukan yang terbaik untuk menghadapi wabah virus corona tersebut.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, pergerakan pasar lebih dari 55 bps, akan menjadi arah selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.