ANALIS MARKET (21/4/2020) : Pasar Obligasi Diperkirakan Akan 'Wait and See'

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, seperti yang sudah diprediksikan sebelumnya, pasar obligasi telah bergerak dengan rentang 40 – 70 bps.

Penguatan pasar obligasi kali ini diperkirakan akibat adanya dorongan kekhawatiran dan kecemasan yang timbul akibat letoynya harga minyak yang saat ini tengah terjadi.

Ditengah tekanan yang cukup besar akibat penurunan harga minyak yang sangat dalam, hal ini tentu saja memberikan kesempatan kepada pasar obligasi untuk mengalami penguatan.

Pasalnya, tentu saja pelaku pasar dan investor akan mencari investasi yang lebih aman, dan tentu saja jawabannya adalah obligasi.

Namun harga emas juga tidak mau kalah, ditengah tingginya potensi pelemahan ekonomi yang terjadi, harga emas semakin menunjukkan kilaunya.

Dalam beberapa hari ke depan, sentiment dari harga minyak akan menjadi salah satu sentiment penggerak pasar berikutnya. Apa yang akan dilakukan dan bagaimana kesepakatannya akan memberikan arah terhadap harga minyak ke depannya.

“Sejauh ini, kami melihat bahwa harga minyak akan cukup tertekan di tengah melemahnya permintaan minyak secara global, hal ini yang membuat harga minyak kian mengkhawatirkan, apalagi pemangkasan produksi juga baru akan dimulai nanti, bukan sekarang. Oleh sebab itu, harga minyak dalam jangka waktu pendek akan mengalami tekanan. Turunnya harga minyak, juga membuat tekanan terhadap perekonomian ke depannya, khususnya dengan emiten emiten yang bergerak di sector energy,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (21/4/2020).

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (21/4) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan wait and see.

Lelang yang hadir hari ini akan membuat semua mata tertuju kepadanya.

Bagi para pelaku pasar dan investor yang sedang tidak ingin mengikuti volatilitas pasar, lelang merupakan sebuah jawaban penenang.

“Namun kami tidak terlalu yakin dengan total penawaran yang masuk apakah akan membuat sumringah atau tidak. Pasalnya, lelang yang terjadi kemarin saja membuat situasi dan kondisi kian lesu,” jelas analis Pilarmas.

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.ADA APA DENGANMU MINYAK?

Pada akhirnya, apa yang kami khawatirkan sedikit demi sedikit menjadi kenyataan. Penurunan permintaan minyak secara global mendorong harga minyak WTI kemarin jatuh sebanyak 39% ke level $11.14 per barrel. Penurunan ini merupakan yang terburuk dalam 1 hari sejak 1982 silam lamanya, dan merupakan level terendahnya sejak tahun 1998. Penurunan permintaan minyak secara global telah membuat persediaan minyak kian menumpuk, sehingga perusahaan perusahaan energi di Amerika telah kehabisan ruang untuk menyimpannya. Dan ketika tidak ada tempat untuk menyimpan minyak, maka tidak ada yang menginginkan kontrak minyak yang akan jatuh tempo. Ketika penurunan harga minyak menjadi menakutkan, maka harapannya hanyalah wabah virus corona diharapkan dapat cepat berlalu hingga mendorong peningkatan permintaan dan mengangkat harga minyak. Memang benar, beberapa waktu lalu sempat kita bahas mengenai kesepakatan pengurangan produksi dari OPEC+, namun kita juga tahu sedari awal bahwa pengurangan tingkat produksi tersebut tidak menjamin harga minyak dapat stabil. Karena pengurangan tingkat produksi tersebut masih belum mampu mengimbangi antara pasokan dengan permintaan. Dan memang yang harus kita akui bahwa kesepakatan tersebut terlalu lama di ambil sehingga penurunan harga minyak terjadi hari ini. Bob McNally seorang konsultan dan sejarawan minyak mengatakan bahwa pasar energi belajar mengenai bagaimana mekanisme harga untuk minyak bekerja, dan mengapa sebagian besar sejarah minyak, industry, dan Pemerintah berusaha untuk menstabilkan harga melalui control pasokan, toleransi kartel, dan peraturan pemerintah. Kami cukup khawatir, apabila penyimpanan minyak kian memburuk, harga minyak Brent akan segera menyusul WTI, yang dimana mungkin akan menjadi hari buruk lainnya. Ini akan menjadi satu dari sekian banyak gelombang tahap ke dua dari wabah virus corona yang masih akan menerpa.

2.SEBUAH HARAPAN?

Disaat perekonomian global pada kuartal I-2020 mengalami tekanan karena corona Covid-19 realisasi investasi dalam negeri masih tumbuh positif . Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung sebesar Rp 210,7 triliun sepanjang Januari-Maret 2020. Data BKPM menunjukkan pencapaian realisasi investasi kuartal I-2020 tumbuh 8% year on year (yoy) dibanding kuartal I-2019 senilai Rp 193,9 triliun. Bahkan dibandingkan kuartal IV-2019 tumbuh 1,2%. Pencapaian realisasi tersebut masih di tunjang dari realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi penopang realisasi investasi kuartal I-2020 sebesar Rp 112,7 triliun, tumbuh 29,3% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 87,2 triliun. Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang kuartal I sebesar Rp 98 triliun turun secara tahunan jika dibandingkan denan periode yang sama mencatatkan investasi senilai Rp 107,9 triliun. Namun bagaimana dengan kuartal berikutnya disaat situasi yang berbeda dengan kuartal pertama. dimana pandemic Covid-19 yang melanda di dalam negeri baru di rasakan pada bulan Maret tahun ini. Ini tentunya menjadi perhatian para investor karena pengaruh dari dampak virus corona terhadap Penanaman Modal Asing berikutnya. Pada akhirnya kami merasakan perasaan yang lebih baik melihat peningkatan tersebut, namun permasalahannya apakah ini konsisten? Mungkin hanya waktu yang akan menjawabnya.

“Kami merekomendasikan wait and see. Rentang pergerakan akan berada di 35 – 65 bps,” sebut analis Pilarmas.