ANALIS MARKET (03/3/2020) : IHSG Berpeluang Kembali Bergerak Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin 02/03/2020, IHSG ditutup melemah 91 poin atau 1,68% menjadi 5.361. Sektor keuangan, pertambangan, infrastruktur, industri dasar, properti, barang konsumsi, agrikultur, dan perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar 291.1 milyar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.GERAKAN BANK SENTRAL
Beberapa Bank Sentral telah siap untuk melakukan segalanya untuk mendukung perekonomian di tengah tengah merajalelanya virus corona. Bank Sentral Eropa melalui Christine Lagarde mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa tengah bersiap bertindak untuk mendukung perekonomian ditengah tengah tekanan akan virus corona. Bank Sentral Eropa terus memantau perkembangan dan implikasinya terhadap ekonomi, inflasi jangka menengah, dan transmisi kebijakan moneter. Bank Sentral Eropa sekali lagi menegaskan bahwa mereka akan mengambil tindakan yang tepat sasaran, sesuai dengan yang diperlukan dan sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya. Ini merupakan ketetapan hati dari Bank Sentral Eropa untuk terus berjaga dan bersiap untuk mengambil tindakan, sama seperti yang akan dilakukan oleh The Fed. Dari Bank Sentral Jepang mereka juga akan terus memantau perkembangan dan berusaha untuk menyediakan likuiditas yang cukup dan memastikan stabilitas di pasar keuangan melalui operasi pasar yang tepat, serta pembelian asset. Sejauh ini, hampir semua Bank Sentral di seluruh dunia sudah menyiapkan apa saja yang harus dilakukan ketika virus corona sudah tidak bisa dikendalikan, namun aktifitas ekonomi harus tetap berjalan. Apalagi 7 Menteri Keuangan dan beberapa kelompok Bank Sentral akan mengadakan konfrensi press pada hari Selasa ini untuk membahas bagaimana menanggapi wabah tersebut. Apa yang akan kita nantikan hari ini? Bank Sentral Australia akan menetapkan kebijakan pada hari ini, yang akan diikuti oleh Bank Sentral Kanada pada hari Rabu, dan akan diikuti oleh Menteri OPEC yang akan bertemu di Wina pada tanggal 5 – 6 Maret 2020.
2.DATA PMI
Dampak virus corona mulai terasa pada industry manufaktur di Asia. Hal tersebut tergambarkan pada perlambatan kinerja industry manufaktur, dimana sejumlah PMI Manufaktur dibeberapa negara di Asia mengalami perlambatan. Korea Selatan dan Jepang menjadi dua negara dengan jumlah kasus virus corona yang terus bertambah di luar China, negara tersebut menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada produksi. Indeks PMI Manufaktur Korea Selatan turun ke level terendah dalam empat bulan di 48,7 pada Februari 2020 dari 49,8 pada Januari 2020. Sedangkan PMI Manufaktur Jepang turun ke 47,8, angka terendah sejak Mei 2016. PMI Manufaktur Taiwan turun ke bawah level 50, Thailand dan Malaysia tetap bertahan di bawah level 50, dan PMI Vietnam turun ke level terendah lebih dari enam tahun di 49. Data sentimen manufaktur tersebut menunjukkan bagaimana virus corona berdampak di seluruh kawasan Asia, mengganggu rantai pasokan dan menekan permintaan. Kami melihat adanya pembatasan dari perjalanan yang diberlakukan dalam beberapa negara cukup berdampak pada penurunan permintaan. Kami berharap PMI China dapat mengalami kenaikan dalam beberapa bulan mendatang. Tentunya pasar berharap akan adanya dukungan kebijakan di China dan seluruh Asia guna menopang perlambatan lebih jauh. Di tengah kemerosotan aktivitas manufaktur di Asia, Indonesia mampu berekspansi menjadi 51,9 pada Februari 2020 dari 49,3 pada Januari 2020 atau ekspansi pertama sejak Juni 2019.
3.INDONESIA VS CORONA
Terjangkitnya virus corona di Indonesia memberikasi indikasi akan berdampak negative terhadap aktivitas kegiataan ekonomi. Penyebaran virus yang telah terjadi di Indonesia di respon langsung oleh pemerintah, dimana Presiden meminta kepada Kementerian Keuangan untuk mengutamakan atau memprioritaskan anggaran terkait kasus Corona tersebut. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pemerintah yang akan menanggung biaya perawatan terkait virus corona. Sementara Direksi BEI juga turut membuat kebijakan, dimana BEI memperketat kegiatan transaksi short selling di pasar modal. Hal itu untuk mengantisipasi dampak negatif virus corona terhadap sektor tersebut. Sementara Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan perekonomian, termasuk dampak COVID-19 serta terus memperkuat bauran kebijakan dan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat reformasi struktural. Dalam rangka memperkuat koordinasi dan berbagai langkah kebijakan yang telah diambil sebelumnya, Bank Indonesia pada hari ini menempuh beberapa langkah kebijakan lanjutan untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan, termasuk memitigasi risiko COVID-19. Langkah penguatan tersebut meliputi lima kebijakan: Meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar. Untuk itu, Bank Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah; Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum Konvensional dan Syariah, dari semula 8% menjadi 4%, berlaku mulai 16 Maret 2020. Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas; Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50bps yang ditujukan kepada bank-bank yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah. Kebijakan akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali; Memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah; Menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Tentu beberapa hal ini merupakan salah satu upaya dari sekian banyak usaha yang dilakukan oleh regulator, dan pihak pihak terkait. Namun seperti yang sudah kami bisa bayangkan sebelumnya, bahwa apabila Indonesia pada akhirnya terkena virus corona, hal ini akan memberikan tekanan tersendiri dari dalam Negeri, yang berpotensi untuk menekan kinerja dari pasar obligasi dan saham, serta memberikan implikasi negative terhadap Rupiah. Memang Rupiah mengalami penguatan, namun itu merupakan bentuk intervensi. Seberapa kuat Bank Indonesia melawan arus? Well kita akan menjadi saksi mata untuk itu.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5.266 – 5.402. Ada potensi rebound yang bisa kita harapkan hari ini, mengingat pasar saham di Amerika mulai bergejolak mengalami kenaikkan. IHSG harus dijaga dititik krusial yaitu 5.340, apabila lebih rendah dari ini, maka kita bisa mengatakan yuk da da bye bye,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (03/3/2020).

