ANALIS MARKET (06/3/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Melemah

Foto : Ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Kamis 05/03/2020, IHSG ditutup melemah 12 poin atau 0,21 % menjadi 5.638. Sektor properti, perdagangan, pertambangan, dan aneka industri bergerak melemah dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 145.8 milyar rupiah.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.CORONA BELUM USAI, GEOPOLITIK KEMBALI MEMANAS

Masalah virus corona belum usai, pasar kembali tertekan akibat adanya potensi perang yang berkelanjutan antara Turki dengan Suriah. Suriah yang didukung oleh Rusia, menjadikan tingkat perselisihan antara Turki dengan Rusia pun meningkat. Namun beruntungnya bahwa akhirnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin. Pada kesempatan itu mereka membahas mengenai bagaimana cara untuk meredakan ketegangan di wilayah Suriah. Sebelumnya pada hari Rabu lalu, Erdogan sempat mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden Putin, Turki akan membujuk Rusia untuk melakukan gencatan senjata sesegara mungkin di Idlib. Sebagai informasi, Idlib merupakan sebuah kota yang ada di provinsi barat laut Suriah yang merupakan tempat bermukim para pemberontak yang didukung oleh Turki. Para pemberontak tersebut merupakan kelompok yang memerangi pasukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung oleh Rusia. Sebelumnya Turki sendiri telah memberikan pernyataan bahwa akan membalas rezim Assad jika mereka masih belum menghentikan serangan di Idlib dan mundur dari wilayah itu, sebagaimana yang sudah disepakati sebelumnya dalam perjanjian Sochi 2018 yang dimana memutuskan Idlib sebagai zona aman. Disatu sisi yang lain, Komisi Penyelidikan PBB di Suriah menyebutkan bahwa serangkan udara Rusia di Idlib sama saja dengan kejahatan perang. Hal ini disampaikan oleh PBB setelah penyerangan dilakukan terhadap wilayah Suriah Barat Laut pekan lalu oleh rezim Presiden Bashar al-Assad yang tentu saja didukung oleh Rusia. Kami melihat bahwa hal ini tentu akan memberikan dampak psikologis tambahan terhadap pasar, karena virus corona saja masih belum usai, dan sekarang pasar harus tertekan akibat adanya tensi geopolitik yang semakin memanas. Sisi baiknya, tentu saja harga emas semakin menunjukkan kilaunya. Hal ini sedikit banyak terefleksi di pasar, yang dimana pasar global khususnya Amerika kembali turun, meskipun sentiment yang terdengar di pasar masih seputar virus corona. Hal ini membuat DJI turun sebanyak 3.5%, S&P 500 turun sebanyak 3.3%, dan Nasdaq turun 3.1%. Hal ini akan memberikan tekanan kepada pasar saham dan obligasi dalam Negeri untuk bisa kembali terkapar hari ini. Sementara itu kami melihat volatilitas yang terjadi di dalam Negeri juga masih cukup tinggi. Oleh sebab itu, kami melihat hari ini masih akan terjadi koreksi.

2.GEOPOLITIK BELUM USAI, BREXIT MELANDAI

Ternyata eh ternyata ada perbedaan yang mendasar antara Inggris dan uni Eropa mengenai kesepakatan perdagangan yang akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. Pejabat dari Burssels dan Westminster telah melakukan diskusi pasca Brexit pertama pada pekan ini di ibukota Belgia. Tujuannya adalah membangun hubungan komersial baru serta perjanjian mengenai keamanan sebelum berakhirnya tahun 2020. Namun setelah pertemuan selama 4 hari, diskusi tersebut masih sangat jauh dari persamaan. Ada banyak perbedaan dan perbedaan ini merupakan masalah yang sangat serius, meskipun beberapa pendapat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar karena ini merupakan negosiasi pertama pasca Brexit. Perbedaan tersebut mengenai aturan yang berkenaan dengan daya saing, kompetisi, dan pengawasan. Kepala Brexit Uni Eropa, Michel Barnier mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan masih sangat mungkin dilakukan apabila ada rasa saling menghormati dan tidak melanggar komitmen sebelumnya. Meskipun sulit, tapi pembicaraan tersebut masih sangat konstruktif. Saat ini masa transisi sedang berlangsung hingga akhir tahun. Jika Inggris dan uni Eropa tidak mencapai kata sepakat, maka perbedaan yang tidak selesai tersebut akan dibawa ke ranah World Trade Organization, dan harus tunduk terhadap peraturan WTO tersebut, yang dimana tentunya akan memberikan biaya yang lebih tinggi untuk bisnis di kedua sisi. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lebih menyukai dan menginginkan perjanjian gaya Canada dengan tarif nol. Hal ini mengacu kepada kesepakatan perdagangan yang telah di negosiasikan oleh Uni Eropa dengan Amerika Utara selama 7 tahun dan telah berakhir pada 2014, meskipun hal ini belum di ratifikasi oleh parlemen nasional di Eropa. Kesepakatan itu telah kita kenal dengan CETA ( Comprehensive Economic and Trade Agreement), yang dimana tujuannya adalah menyingkirkan sebagian besar tarif antara Uni Eropa dengan Canada. Namun masalahnya dengan yang dihadapi Inggris, adalah bahwa tingkat perdagangan mereka jauh lebih kecil ketimbang Inggris dan Uni Eropa.

3.SEBUAH TARGET, BIAR GREGET

Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas pada 2020 – 2024 mencapai 5,2%- 9,8%. Target tersebut dinilai realistis kendati pada 2019 ekspor nonmigas tercatat terkoreksi 4,82 persen menjadi US$154,99 miliar. Kinerja ekspor nonmigas pada 2019 tercatat surplus sebesar US$$6,15 miliar yang berasal dari ekspor nonmigas sebesar US$154,9 miliar dan impor senilai US$148,8 miliar. Pada 2020-2024 sesuai RPJMN ekspor nonmigas ditargetkan tumbuh sebesar 5,2 persen-9,8 persen. Sementara itu, neraca perdagangan barang ditargetkan mencapai US$15 miliar pada 2020. Untuk mencapai hal itu Mendag mengatakan ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Kementeriannya. Mulai dari memperluas akses pasar potensial dan menjaga pasar utama dengan meratifikasi dan implementasi perundingan perdagangan internasional, serta melakukan peninjauan perjanjian perdagangan internasional yang sudah selesai. Di sisi lain, terkait target 5 tahun ini Menteri Perdagangan juga akan memperkuat pasar dalam negeri di domestik dan e-commerce. Serta meningkatkan daya saing sektor perdagangan berjangka komoditi, pasar lelang komoditas dan sistem resi gudang.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah dan ditradingkan pada level 5.445 – 5.650,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (06/3/2020).