ANALIS MARKET (24/3/2020) : Pasar Obligasi Diproyeksi Kembali Bergerak Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami tekanan jual kemarin.

Dalam waktu yang singkat, capital outflow kembali menjadi perhatian dan keluar dalam jumlah yang cukup besar. Penurunan capital outflow turun dari sebelumnya 34.9% menjadi 34.1%.

Capital outflow yang keluar dari pasar obligasi inilah salah satu factor penekan Rupiah yang membuat Rupiah melemah hingga yang terdalam.

Potensi pelemahan Rupiah masih akan terus berlanjut apabila situasi dan kondisi saat ini tidak berubah, dan masih akan terus melanjutkan pelemahannya.

“Selama capital outflow terus keluar dari pasar Indonesia, Rupiah juga kembali akan terus mengalami pelemahan, apalagi kita sebagai negara yang memiliki Current Account Deficit. Tidak hanya itu saja, sebetulnya pelemahan Rupiah ini dapat menjadi momentum yang baik untuk kita focus terhadap pasar ekspor, namun sayang ekspor kita akan meningkat apabila impor kita meningkat, ini yang membuat perekonomian kian dilemma,” ungkap analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (24/3/2020).

Di sisi lain, lanjut analis Pilarmas, dalam lelang hari ini, tentu kami mengharapkan bahwa total penawaran yang masuk masih berada di atas dari IDR 30 T, karena hal ini menunjukan para pelaku pasar dan investor yang masih optimis dengan pasar Indonesia.

Ditengah situasi dan kondisi yang kian sulit, kita harus ditambah lagi dengan adanya sentiment negative yang datang dari India, yang tengah melakukan lockdown sehingga menimbulkan capital outflow yang lebih besar.

Sebagai sesama Emerging Market, hal ini memberikan indikasi negative terhadap money flow yang tengah terjadi khususnya bagi pasar Indonesia.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (24/3) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka bervariatif dengan potensi melemah. Pergerakan pasar obligasi akan terlihat setelah lelang usai yang dilakukan hari ini.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.GELOMBANG THE FED

The Fed pada akhirnya menawarkan diri untuk secara langsung membiayai perusahaan perusahaan Amerika, yang dimana pada saat ini kongres masih saja memperdebatkan beban biaya yang timbul akibat wabah virus corona. The Fed akan bertindak segera sementara kongres masih berdebat untuk memberikan paket stimulus senilai $ 2 Triliun. Kami melihat hal ini merupakan salah satu usaha dari The Fed untuk menjaga semua sector yang terkena imbas dari wabah virus corona agar dapat berjalan dengan baik, karena ini semua membutuhkan keputusan yang cepat dan genting, karena tidak bisa menunggu keputusan dari kongres terlalu lama. Dan pada akhirnya, apabila kongres terlalu lama untuk memutuskan kebijakan fiscal, maka The Fed tampaknya akan memutuskan untuk masuk ke dalam sector riil. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa mereka akan mendukung pasar keuangan dengan menjaga kredit dapat mengalir dengan menawarkannya kepada perusahaan perusahaan di Amerika. The Fed akan membeli obligasi Treasury dan Sekuritas yang akan mendukung hipotek dalam jumlah tak terbatas untuk menjaga biaya pinjaman untuk tetap berada di level terendah dan memastikan bahwa pasar tetap berfungsi dengan baik. Kami melihat kesiapan The Fed merupakan sesuatu yang harus di apresiasi karena tentu hal ini menunjukkan bahwa The Fed hadir dipasar untuk memberikan keyakinan kepada pasar, bahwa The Fed akan menjaga perekonomian Amerika untuk tidak jatuh lebih dalam yang mengindikasikan adanya kemungkinan resesi. Meskipun potensi resesi saat ini masih berada dikisaran 40%, namun potensi tersebut berpotensi untuk naik lebih tinggi apabila tidak ada penyelesaian dalam waktu dekat. Kami melihat usaha The Fed yang menurunkan tingkat suku bunga saat ini kurang efektif untuk menstimulus perekonomian melalui kredit, karena banyak orang yang diminta untuk berada dirumah, sehingga tidak ada yang dapat menjalankan bisnis mereka tersebut. The Fed menjaga perusahaan dapat berjalan agar ketika wabah virus corona ini berlalu, aktivitas ekonomi dapat berjalan seperti biasa. Sama seperti yang sudah sudah, apapun itu, ini pun pasti akan berlalu, begitupun dengan wabah virus corona ini. Kami menyukai apa yang dilakukan oleh The Fed, namun antara kebijakan fiscal dan moneter, tentu harus dipisahkan oleh dua sisi yang berbeda sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

2.ENGLISH LOCKDOWN

Setelah India, kali ini giliran Inggris yang melakukan lockdown terkait dengan situasi dan kondisi darurat saat ini. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwa dirinya akan melakukan pembatasan paling dramatis sepanjang sejarah dan akan mulai melakukan sweeping terkait dengan aktivitas masyarakat disana. Saat ini Jonhson terus meyakinkan masyarakat untuk tetap tinggal dirumah dan berhenti untuk bersosialisasi, karena hal tersebut yang akan menyelematkan mereka untuk saat ini. Johnson sebelumnya dikaitkan dengan lamanya dalam membuat keputusan sehingga virus tersebut merenggut kematian sebanyak 335 orang di Inggris. Johnson mengatakan bahwa Inggris bisa menjadi seperti Italia apabila masih keluar rumah dan bersosialisasi. Sejauh ini Inggris telah menyiapkan paket darurat berupa pinjaman dan hibah sebesar 350 miliar pound atau $405 miliar untuk bisnis yang menghadapi goncangan dan jumlah uang tunai yang tidak terbatas untuk mendukung gaji para pekerja.

3.SEBUAH BERITA DARI IMF

IMF mengatakan bahwa mereka melihat potensi resesi global yang akan terjadi tahun ini yang kemungkinan akan sedalam seperti krisis keuangan 1 decade yang lalu. Sejauh ini sudah hampir 80 Negara yang meminta bantuan IMF untuk mendapatkan bantuan keuangan darurat. Kristalina Georgieva mengatakan bahwa dana tersebut sangat mendukung untuk dilakukannya tindakan fiscal yang akan diambil oleh sejumlah Negara dan mendorong langkah pelonggaran yang akan dilakukan oleh bank Sentral. Institute of International Finance juga mengatakan bahwa mereka memproyeksikan ekonomi akan terkontraksi sebanyak 1.5% terhadap ekonomi global tahun ini, dengan ekonomi akan menyusut sebanyak 3.3%. IMF akan bekerja sama dengan lembaga keuangan international lainnya, dan siap untuk mengerahkan semua kapasitas pinjaman senilai $ 1 triliun. Georgieva mengatakan, dampak ekonomi yang diakibatkan wabah virus corona memang dalam, namun semakin cepat wabah virus berhenti, semakin cepat dan kuat pemulihan dapat terjadi. Tentu sejauh ini kami berharap memang ada koordinasi antara lembaga keuangan internasional lainnya, namun yang paling kami harapkan adalah wabah virus corona dapat cepat berlalu, sehingga pemulihan dapat cepat terjadi sehingga mencegah potensi resesi tahun ini. Tidak mudah memang, namun bukan berarti bahwa hal tersebut mustahil untuk terjadi.

4.BOLLYWOOD

Tidak hanya filmnya saja yang bergoyang, namun indeks India pun bergoyang tatkala menghadapi virus corona. Indeks saham India pada akhirnya membukukan penurunan terburuk akibat lockdown yang telah dilakukan. Indeks Sensex S&P BSE ambyar 13% menjadi 25.981 pada penutupan 15.30pm waktu India. Hal ini merupakan penurunan yang terdalam sejak tahun 1979, sementara itu NSE Nifty 50 Index juga turun dengan nilai yang sama. Perdana Menteri India, Narendra Modi mengatakan bahwa diberlakukannya lockdown akan membuat ekonomi India mengalami perlambatan yang terendah dalam kurun waktu 11 tahun terakhir. Regulator pasar mulai menaikkan persyaratan untuk melakukan margin dan membatasi eksposur derivative. Hal ini dilakukan untuk menjaga para pelaku pasar untuk melakukan hal yang lebih aggresif kembali. Bank Sentral India sejauh ini masih menahan diri untuk memangkas tingkat suku bunga. Alih alih memangkas tingkat suku bunga, Pemerintah India malah mempertimbangkan untuk menawarkan persyaratan pembayaran pinjaman yang lebih mudah dan memberikan keringanan dalam pembayaran pajak untuk perusahaan perusahaan dalam skala kecil. Tidak hanya itu saja, Bank Sentral India juga akan menambah 1 Triliun Rupee uang tunai dalam system perbankan sebagai langkah awal untuk menajga likuiditas. Namun apa yang dilakukan oleh India, masih membuat investor asing melakukan capital outflow dengan nilai $12.5 miliar baik dalam bentuk saham maupun obligasi.

5.S&P BERKATA

Disaat dalam pusaran wabah virus corona yang menyebar ke seluruh dunia, lembaga S&P Global Ratings menyikapi dampak dari pandemi Covid-19 untuk kawasan Asia Pasifik. S&P Global Ratings memproyeksikan pandemi Covid-19 akan menelan biaya total US$ 620 miliar dan kerugian pendapatan permanen untuk ekonomi Asia-Pasifik. Dalam kajiannya mengungkapkan kerugian akan terdistribusi di seluruh sovereign, bank, perusahaan, dan neraca rumah tangga. Tingkat pertumbuhan rata-rata kawasan itu akan menjadi 2,7 persen, demikian lembaga itu mengatakan dalam pembaruan untuk perkiraan ekonomi Asia-Pasifik pada hari Senin. S&P juga memperkirakan kontraksi ekonomi di Singapura, Hong Kong, Korsel ketika adanya deflasi baru di Jepang. GDP China diperkirakan akan melambat menjadi 2,9 persen di 2020.

6.PANGKAS PANGKAS PANGKAS!

Di tengah penyebaran virus corona saat ini yang kami cemaskan adalah ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sejauh ini pemerintah telah memotong beberapa izin yang dinilai menjadi masalah penghambat aliran modal asing untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden melalui BKPM mencoba menyederhanakan birokrasi guna menjadikan Indonesia menarik bagi investor asing. Hingga saat ini, BKPM telah mencatatkan ada peningkatan permohonan perizinan sebesar 17,6% sehingga per 2 Maret hingga 18 Maret 2020 tercatat permohonan perizinan yang masuk mencapai 240.178 perizinan berusaha. Secara khusus, BKPM mencatat permohonan nomor induk berusaha (NIB) meningkat 18,99% dari 39.618 NIB pada periode sebelumnya menjadi 47.144 NIB pasca pernyataan resmi Presiden Jokowi. Tentunya kami berharap pada pemerintah saat ini dapat menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi, sehingga dengan adanya perizinan usaha yang masuk saat ini dapat menguatkan fundamental dalam negeri yang juga berdampak langsung pada bertambahnya lapangan pekerjaan.

“Kami merekomendasikan ikuti lelang hari ini,” sebut analis Pilarmas.