ANALIS MARKET (23/3/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi berusaha untuk mengalami kenaikkan kemarin ditengah tengah situasi dan kondisi yang terus menekan dan mendorong terjadinya pelemahan.

Pertanyannya adalah, kenaikkan pasar obligasi yang terjadi apakah konsisten atau hanyalah sementara?

Jawabannya adalah hanya sementara.

Masuknya Bank Indonesia ke dalam pasar obligasi dan mata uang memang membuat pasar obligasi mengalami penguatan, namun kami melihat itu semua hanyalah sementara.

Para pelaku pasar dan investor, baik lokal maupun asing mereka sedang mencermati dan mengamati situasi dan kondisi wabah virus corona yang saat ini melanda Indonesia, dan yang terpenting adalah bagaimana cara Indonesia menanganinya.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa saat ini para pelaku pasar dan investor sedang menjaga tingkat likuiditasnya dalam jangka waktu pendek, namun bukan berarti mereka akan melewatkan kesempatan untuk masuk ke dalam pasar obligasi ketika pasar sedang memberikan imbal hasil yang tinggi.

Analis Pilarmas menilai, pekan ini akan menjadi pekan yang cukup sulit, ditengah tengah himbauan untuk bekerja dari rumah, tentu sedikit banyak hal ini akan memberikan pengaruh terhadap transaksi saham dan obligasi.

“Namun tentu kita juga harus berjuang bersama untuk melawan virus tersebut, agar semua ini bisa cepat berlalu. Volume tentu saja menurun, namun kami melihat hal ini juga bisa memberikan ketenangan sementara waktu bagi pasar obligasi dan saham untuk merenung sejenak, akan kemana lagi langkah kaki mereka tertuju,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (23/3/2020).

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (23/3) pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.

Keterbatasan ini datang dari usaha Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dan beberapa investor yang sudah mulai masuk ditengah tengah tingginya imbal hasil.

“Namun tentu yang masuk juga tidak akan banyak, karena kami melihat ini belum puncak imbal hasil obligasi tertinggi,” jelas analis Pilarmas.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.ANTARA KONGRES DAN TRUMP

Presiden Trump dan para pemimpin kongres pada akhirnya mulai mendekati kesepakatan mengenai rencana bantuan khususnya dalam bidang ekonomi dengan memberikan stimulus sebesar $2 Triliun. Maksud dari stimulus perekonomian tersebut adalah menjaga Perusahaan yang terkena dampak dari wabah virus korona agar Perusahaan tetap membayar gaji karyawan sehingga karyawan tetap bekerja secara berkelanjutan. Pemimpin Mayoritas Senat, Mitch McConnell mengatakan pada sabtu malam bahwa ketua komite sedang menyusun teks legislative yang menaruh point point penting dari hasil diskusi dengan Partai Demokrat menjelang pemungutan suara yang berlangsung pada hari Minggu. Sedangkan pemimpin senat Partai Demokrat Chuck Schumer mengatakan bahwa dirinya telah membahas rincian yang lebih detail mengenai kemungkinan kesepakatan dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, dan dirinya sangat optimis bahwa banyak hal hal akan tercapai pada hari Minggu nanti. Paket stimulus ekonomi ini dimaksudkan untuk mengatas wabah virus corona yang terus mewabah dengan sangat cepat hingga membuat pasar keuangan jatuh, dan menekan perekonomian, dan terlebih lagi menghilangkan keuntungan dalam kurun waktu 3 tahun selama Trump menjabat. Larry Kudlow mengatakan bahwa beban yang harus ditanggung diperkirakan berjumlah $1.3T hingga $1.4T, ditambah lagi dengan beberapa pinjaman tambahan, sehingga total dana stimulus yang akan keluar berkisar $2 Triliun. Paket stimulus ini berkisar 10% dari GDP, dan ini merupakan salah satu paket yang sangat besar. Sejauh ini kami melihat bahwa paket ini merupakan paket stimulus ekonomi terbesar sepanjang sejarah. Salah satu yang menjadi focus utama adalah adanya asuransi penggangguran yang akan digunakan untuk memberikan tunjangan pengangguran mingguan sekitar $600, namun asuransi tersebut harus ditandatangani dari anggota partai masing masing untuk memperkuat perjanjian. Meskipun Negara bagian mengelola masing masing kompensasi penggangguran, Pemerintah Federal tetap menyediakan dana tambahan untuk membantu. Sejauh ini Partai Demokrat setuju untuk memberikan dukungan terhadap Menteri Keuangan untuk memperluas otoritas The Fed dalam mengelola fasilitas kredit darurat yang akan dikelola oleh Treasury. Sejauh ini masih belum jelas apakah angka $1.4T yang disampaikan oleh Kudlow sudah termasuk pengeluaran tambahan sebsar $45.8 miliar dari White House atau belum. $45.8 miliar dari White House ada didalamnya ada $8.3 miliar untuk Kementrian Pertahanan, $11.5 miliar untuk Kementrian Kesehatan dan layanan kemanusiaan, dan $3.4 miliar untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Namun kabar terakhir, pasar future mengalami penurunan yang signifikan, setelah angka kematian mengalami kenaikkan secara signifikan dan para pelaku pasar menanti kepastian mengenai pemberian stimulus yang akan diberikan tersebut. Dow Jones turun lebih dari 900 poin atau 5%, hampir mencapai batas bawah. S&P 500 dan Nasdaq 100 juga mengalami penurunan sekitar 5%. Minyak mentah mengalami penurunan lebih dari 4%. Sejauh ini Ketua DPR Nancy Pelosi memberikan isyarat bahwa dirinya tidak setuju dengan rencana stimulus versi Partai Republik. Paket stimulus besar besaran untuk memerangi wabah virus corona tidak mendapatkan cukup suara dalam pemungutan suara yang terjadi pada Minggu malam, meskipun hingga pagi ini pemungutan suara tersebut masih berlanjut. Ketidaksepahaman masih terus berlanjut, karena Partai Demokrat mengatakan bahwa RUU tidak sesuai dengan keinginan mereka. RUU yang diusulkan saat ini mengatakan bahwa RUU akan menyisihkan dana hingga $500 miliar untuk mendukung bisnis yang mengalami tekanan dan dampak dari wabah virus tersebut. Itu termasuk $58 miliar untuk maskapai penerbangan dan kargo, $17 miliar untuk yang berhubungan dengan keamanan nasional. Well, marilah kita berharap bahwa ini semua segera membaik, karena kita harus bersatu ditengah situasi dan kondisi saat ini.

2.CHINA IS BACK, REALLY?

Seorang pejabat Senior di Bank Sentral China mengatakan bahwa ekonomi China akan segera kembali ke tingkat potensi pertumbuhannya dan akan ada peningkatan yang sangat signifikan dalam 3 bulan mendatang. Indikator ekonomi kemungkinan akan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kuartal kedua dan ekonomi China akan kembali ke titik potensialnya dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan oleh Chen Yulu, seorang Deputi Gubernur di Bank Sentral China. Chen menjaga janjinya untuk menjaga pertumbuhan kredit yang stabil dan memanfaatkan pendekatan pelonggaran yang telah ditargetkan oleh bank Sentral, sejauh mata memandang, belum ada langkah langkah stimulus baru yang akan dikeluarkan. Meskipun sejauh ini tingkat aktivitas belum kembali ke titik normal, masih banyak sector jasa dan eksportir yang masih berjuang karena kesulitan untuk melakukan pekerjaanya karena wabah tersebut terjadi diseluruh dunia, sedangkan ketika China sudah usai menghadapi permasalahan yang terjadi, dunia baru memulai melawan. Berdasarkan catatan pembayaran, tabungan, dan pinjaman sejak Maret, ekonomi riil China sudah mulai membaik karena kebijakan moneter yang ditargetkan sebelumnya telah berjalan dengan baik. Bank Sentral China akan terus melakukan pendanaan kepada Perusahaan Swasta dan kecil yang dimana hal tersebut merupakan salah satu hal terpenting dalam rantai pasokan. Tingkat penggangguran China memang meningkat menjadi 6.2%, namun hal tersebut memang salah satu dampak yang diakibatkan oleh virus tersebut. Chen juga menyampaikan bahwa dampak dari virus tersebut masih akan terjadi khususnya kepada supply dan inflasi. Inflasi akan melambat di kuartal kedua dan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.

3.INDIA LOCKDOWN

Pada akhirnya semua distrik di ibukota New Delhi telah di lockdown, sementara itu Pemerintah Negara bagian Maharashtra, tempat dimana pusat keuangan India, Mumbai, meminta semua Bisnis yang tidak begitu penting untuk ditutup hingga 31 Maret. Bank dan Bursa Efek India masih akan tetap buka. Pemerintah juga akan memberhentikan transportasi hingga ketingkat minimum dan memberhentikan perjalanan 75 distrik di 22 Negara bagian. Dr. T. Jacob John mantan kepala Dewan India untuk Pusat Penenelitian Media di Advanced Research in Virology mengatakan bahwa pada bulan April, India akan mengalami kenaikkan jumlah masyarakat yang terinfeksi. Dan India berpotensi untuk mengalami kejadian yang lebih buruk daripada Italia atau Iran. Dr Jacob mengatakan bahwa sejauh ini India masih 2 langkah dibelakang virus tersebut, dan seharusnya keputusan lockdown diambil seminggu yang lalu, karena dengan begitu kami bisa menghentikan virus tersebut ke seluruh India. Jacob mengatakan bahwa virus tersebut dapat menyebar hingga 10% dari 1.3 miliar populasi di India, dan 8 juta orang dewasa beresiko untuk terserang penyakit tersebut. Wabah virus yang menerpa India menyebabkan ekonomi India akan mengalami perlambatan dalam kurun waktu 11 tahun terakhir. Rupee India pun melemah ke level terendah. Investor asing telah melakukan capital outflow sebesar $10 miliar dari saham dan surat utang India bulan ini. Sementara itu Bank Sentral India terus menyuntik dollar dan likuiditas Rupee untuk memastikan tingkat likuiditas terjaga. Kami mengapresiasi tindakan Pemerintah India yang membuat keputusan untuk lockdown sementara waktu, karena saat ini kami menilai ekonomi bukan segalanya ketika kesehatan dan kehidupan seseorang dipertaruhkan. Semoga kita bisa belajar dari Pemerintah India untuk apa yang mereka lakukan, agar apa yang sudah terjadi sebelumnya, tidak terjadi untuk kita.

“Kami merekomendasikan jual hari ini,” sebut analis Pilarmas.