ANALIS MARKET (07/2/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, imbal hasil kita lagi lagi berada di titik terendah dalam kurun waktu 2 tahun lalu.
Patut diapresiasi memang, karena saat ini ditengah situasi dan kondisi pasar yang sedang dilanda badai kehidupan, obligasi menunjukkan sebuah harapan.
Hal inilah yang membuat pasar obligasi terus mencatatkan kenaikkan, meskipun asing kembali keluar, namun itu tidak membuat investor lokal kehilangan percaya diri.
Justru inilah yang kami nantikan selama ini, karena biasanya asing yang memegang kendali dalam pergerakan harga obligasi.
Kali ini sedikit demi sedikit, investor lokal bisa memegang kendali, sehingga meskipun asing keluar dalam jumlah yang besar, pasar obligasi kita masih dalam kondisi stabil.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (07/2) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Hati hati karena saat ini pasar obligasi sedang menguji level psikologis baru.
“Kami memiliki keyakinan bahwa tahun ini pasar obligasi konvensional 10 tahun dapat berada di rentang 6.30 – 6.40,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (07/2/2020).
Adapun cerita akhir pekan akan kita awali dari;
1.SEBUAH TELADAN DARI CHINA
Pasca kesepakatan dagang fase pertama AS-China, dari South China Morning Post, suatu pertanda bahwa Beijing sedang mengimplementasikan kesepakatan fase satu dengan Amerika Serikat meskipun terjadi wabah virus corona di negaranya. China mengumumkan bahwa mereka akan memangkas tarif tambahan atas produk Amerika senilai US$ 75 miliar. Tarif pembalasan pada beberapa barang Amerika akan dipotong dari 10% menjadi 5%, dan dari 5% menjadi 2.5%. Penyesuaian tersebut akan berlaku dari pukul 13.01 pada tanggal 14 February 2020. Tidak hanya itu saja, bea masuk minyak mentah dari Amerika juga akan berkurang dari sebelumnya 5% menjadi 2.5,%, dan tarif kedelai akan dipangkas 2.5%. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari keputusan Amerika pada bulan January lalu untuk membagi 2 tarif pada 14 February untuk $120 miliar barang dari China dari sebelumnya 15% menjadi 7.5%. China menambahkan bahwa mereka berharap dapat bekerja sama dengan Washington untuk sepenuhnya menghilangkan semua kenaikkan tarif. Pemerintah China dalam pernyataan resminya dimana kedua belah pihak dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam kesepakatan dan melakukan upaya untuk mengimplementasikan bagian-bagian yang relevan dari kesepakatan untuk meningkatkan kepercayaan pasar, untuk mempromosikan hubungan bilateral, dan untuk membantu pertumbuhan ekonomi dunia. Tentu saja sontak setelah berita ini keluar, saham saham yang berada di China mengalami kenaikkan lebih dari 2%, begitupun dengan saham yang berada di Jepang yang naik hampir 3%. Tentu saja perkembangan ini merupakan sesuatu yang diluar dugaan karena tanpa kita sadari, ternyata China terus bergerak maju untuk menuju fase kedua dari perdagangan. Pada kesempatan lainnya juga, Steven Mnuchni juga mengatakan bahwa fase kedua dari perjanjian antara Amerika dan China akan terfokus kepada keringanan tarif. Steven mengatakan bahwa fase kedua mungkin saja akan ada fase 2A, 2B, dan 2C, namun ini hanya sebuah perkiraan saja. Kesepakatan pertama lebih kepada mengatasi kekhawatiran Amerika terhadap Perusahaan yang melakukan bisnis di China terkait dengan indikasi untuk berbagi mengenai teknologi utama dari Amerika terhadap China sebagai imbalan dari pemberian akses pasar terhadap Amerika. Terkadang pula, Perusahaan Amerika sering dipaksa untuk berbagi rahasia melalui cara backdoor atau usaha patungan. Dan fase kedua dari kesepakatan mungkin akan membahas lebih banyak mengenai keringan tarif.
2.BANK SENTRAL INDIA
Pada akhirnya Bank Sentral India tidak mengubah tingkat suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur yang terjadi kemarin. Bank Sentral India mengatakan bahwa kenaikkan inflasi akan tetap berada sesuai rencana yang akan meningkat hingga bulan Maret, namun tidak berarti hal itu merupakan sebuah akhir dari penurunan tingkat suku bunga. Sikap untuk menurunkan tingkat suku bunga tetap merupakan sebuah kebijakan yang akomodatif karena Bank Sentral India mengkhawatirkan bahwa kegiatan ekonomi terus melemah. Keputusan tersebut diambil dengan suara bulat oleh 6 anggota yang hadir untuk memutuskan akan tetap bertahan dengan menahan tingkat suku bunga selama yang diperlukan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, sembari mengawasi bahwa inflasi masih sesuai dengan target atau tidak. Bank Sentral India sendiri memproyeksikan bahwa hingga bulan June hingga September, inflasi akan berubah dari sebelumnya 3.8% - 4% menjadi 5% - 5.4%. Pertumbuhan GDP untuk periode 2020 – 2021 akan berada di 6%. Bank Sentral India juga akan terus mengambil langkah langkah untuk memacu pertumbuhan kredit dalam perekonomian, salah satunya adalah dengan cara menghapus persyaratan wajib bagi Bank yang dimana mereka diharuskan untuk menyisihkan uang tunai sebesar 4% untuk setiap pinjaman baru yang telah diperpanjang untuk pembelian mobil, rumah, dan usaha kecil. Tentu ini merupakan salah satu cara Bank Sentral India untuk mendorong perekonomian melalui stimulus kredit.
3.ECB BERSUARA
Euro Central Bank (ECB) mengungkapkan wabah virus corona sebagai hal baru akan ketidakpastian ekonomi dan mengingatkan untuk tidak menganggap hal biasa penyebaran virus corona karena wabah corona merupakan lapisan baru ketidakpastian untuk ekonomi Eropa maupun ekonomi global. Gubernur ECB Christine Lagarde menempatkan risiko penyebaran penyakit corona ini pada tingkat yang sama dengan risiko global lain seperti perang dagang dan konflik geopolitik.
“Kami merekomendasikan wait and see dengan rentang pergerakan 25 – 60 bps, tetap hati hati dan cermati sentiment yang ada. Apabila pergerakan harga melebihi 60 bps, maka akan menjadi arah selanjutnya,” sebut analis Pilarmas.

