ANALIS MARKET (26/2/2020) : Pasar Obligasi Masih Berpotensi Mengalami Penguatan Harga
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, kehadiran lelang membuat pasar obligasi lagi-lagi dan lagi-lagi menguat.
Ditengah-tengah potensi pelemahan yang terjadi justru pasar obligasi mengalami penguatan, dengan lelang yang kembali menyentuh angka fantastic, tentu hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil.
Namun demikian, mau sampai kapan kita melawan gravitasi bumi?
Ada kalanya pasar obligasi harus mengalami pelemahan sebelumnya adanya penguatan kembali.
Namun tampaknya, kali ini hal tersebut mungkin benar benar sesuatu yang mustahil.
Mengapa demikian?
Pasalnya, imbal hasil US Treasury 10 sedang berada di level terendah sepanjang masa.
Lho, terus korelasinya seperti apa?
Tentu hal ini akan membuat imbal hasil obligasi Pemerintah kita 10y juga mengalami penurunan kembali. Hal ini akan membuat pasar obligasi berpotensi untuk kembali mengalami penguatan harga. Yang harus diingat adalah spread antara obligasi US Treasury 10y dengan SUN 10y juga tidak boleh terlalu jauh, karena berpotensi terjadinya capital outflow.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (26/2) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi pergerakan rentang 35 – 65 bps, lebih dari itu akan menjadi arah bagi pasar obligasi.
Apabila benar korelasi tersebut kuat, berarti entah hari ini atau minggu ini, pasar obligasi kita masih berpotensi untuk mengalami penguatan harga.
Selain korelasi yang cukup kuat terhadap US Treasury, ada alasan lain lagi mengapa pasar obligasi berpotensi untuk menguat.
Kekhawatiran yang semakin meningkat yang diakibatkan oleh virus corona, membuat orang mulai menshifting kepemilikkan di pasar saham menjadi obligasi, hal ini disebabkan untuk menjaga return investasi portfolio investor terjaga hingga akhir tahun nanti.
Sehingga hal ini membuat capital inflow tetap terjaga yang didominasi oleh investor lokal, karena investor asing sedang wait and see menunggu perkembangan lebih lanjut.
Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;
1.BADAI KEMBALI DATANG
Direktur Dewan Ekonomi Nasional White House, Larry Kudlow mengatakan pada hari Selasa kemarin bahwa dirinya tidak mengharapkan The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga dalam suatu langkah akibat panik untuk melindungi pasar dari dampak yang dapat ditimbulkan oleh virus corona terhadap manufacture, ekspor, dan konsumsi global. Larry mengatakan bahwa dirinya tidak ingin The Fed panik sehingga membuat keputusan untuk menurunkan tingkat suku bunga. Beberapa investor telah mencurigai pada hari Selasa bahwa Bank Sentral Amerika dapat menurunkan biaya pinjaman dalam upaya untuk mencegah setiap perlambatan yang dapat disebabkan oleh Virus Corona terhadap pertumbuhan Amerika atau pasar keuangan. The Fed dapat menggunakan tingkat suku bunga untuk memompa atau memperlambat ekonomi dengan menyesuaikan jumlah yang dibayarkan oleh masyarakat Amerika untuk meminjam uang. Laporan mengenai penyebaran infeksi, membuat beberapa Indeks Utama Amerika mengalami penurunan. S&P turun 3.4% dan Dow Jones turun lebih dari 1.000 poin pada hari Senin, dan 700 poin pada hari Selasa kemarin. US Treasury 10y pada akhirnya jatuh mencapai level terendah sepanjang masa yaitu 1.32%. Setiap Indeks mencatatkan hari hari terburuknya sejak February 2018, karena investor khawatir Negara Negara lain akan melihat perlambatan dibidang Manufacture, Konsumsi, dan Ekspor yang telah membuat China melambat akibat virus tersebut. Kudlow menambahkan bahwa The Fed harus memangkas tingkat suku bunganya sebanyak 50 bps, wow! Kudlow mengatakan bahwa dirinya menyampaikan apa yang di lihat oleh Donald Trump, yaitu penurunan tingkat suku bunga The Fed. Ditengah tengah kecemasan para pelaku pasar dan investor, Larry Kudlow juga mencoba untuk meredakan kekhawatiran yang terjadi terhadap pasar saham Amerika yang diakibatkan kekhawatiran atas virus corona dan dampaknya terhadap perekonomian Amerika. Kudlow mengatakan bahwa Amerika sudah menahan tentang masalah virus tersebut, dan kita cukup kebal terhadap dampak dari virus tersebut. Wabah tersebut memang merupakan tragedy manusia, namun tidak akan pernah menjadi tragedy ekonomi. Akan ada beberapa batu sandungan imbuh Kudlow, memang hal tersebut terlihat rapuh, namun saat ini belum ada gangguan pasokan disana. Namun tampaknya pidato Kudlow hal itu sia sia, karena para pelaku pasar dan investor tetap memilih meninggalkan pasar saham dan memegang US Treasury yang mendorong imbal hasil US Treasury menjadi yang terendah sepanjang masa.
2.IRAN TERLUKA
Kementrian Kesehatan Iran pada hari Selasa kemarin telah mengkonfirmasi 15 kematian yang diakibatkan oleh virus Corona, hal ini membuat Iran menjadi Negara yang paling parah terluka akibat virus Corona diluar China. Iran juga mengatakan saat ini sudah ada 95 kasus baru, dan wakil Menteri Kesehatan Iran, Iraj Harirchi juga sudah positif terkena virus tersebut. Lagi lagi para pelaku pasar dan investor curiga bahwa orang yang terkena infeksi dan kematian yang diakibatkan oleh virus corona sebetulnya lebih banyak daripada yang dilaporkan secara resmi. Hal ini diklaim sebelumnya oleh seorang pejabat dari Qom yang mengatakan bahwa 50 orang telah meninggal akibat virus tersebut, namun lagi lagi Teheran membantah kabar tersebut. Penyebaran virus tersebut menandakan bahwa ada resiko yang lebih besar yang diakibatkan oleh virus tersebut, sehingga tentunya akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kegiatan perekonomian dunia. Sejauh ini sudah cukup banyak Negara yang mulai melaporkan kasus tersebut, mulai dari Irak, Kuwait, Afghanistan, Bahrain, Oman, Libanon, Arab, Bahrain, dan Kanada. Hinga hari ini hampir semua Negara tetangga Iran telah menutup perbatasan mereka dan menangguhkan penerbangan ke Iran. Truki, Armenia, Pakistan, dan Afghanistan dikabarkan telah menutup perbatasan tersebut. Sementara itu, Bahrain, Oman, Yordania, Arab Saudi, dan UEA juga telah menagguhkan semua penerbangan ke Republik Islam. Hal ini lah yang membuat kami juga semakin khawatir, bahwa virus tersebut tidak akan berhenti hanya sampai di China saja. Meskipun vaksin sedang dikembangkan namun selama penyebaran virus tersebut tidak bisa dikendalikan, hal ini tetap akan memberikan kekhwatiran terhadap para pelaku pasar dan investor.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, pergerakan pasar akan terjadi dengan rentang 35 – 65 bps,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (26/2/2020).

