ANALIS MARKET (19/2/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, lelang obligasi kemarin (18/2) luar biasa.

Ditengah tengah situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dengan ketidakpastian, lelang obligasi masih menunjukkan bahwa pasar obligasi Indonesia masih memiliki daya tarik.

Dengan total penawaran yang masuk hingga 127 T, tentu saja hal ini membuat pasar obligasi sontak mengalami kenaikkan.

Namun bukan berarti Pemerintah terpesona begitu saja, buktinya Pemerintah masih menakar imbal hasil yang masuk apakah sesuai dengan batas toleransi Pemerintah atau tidak.

Namun hal ini masih seiring sejalan dengan target imbal hasil obligasi 10y yang kami perkirakan akan berada di 6.3% - 6.4% tahun ini, dan hingga hari ini, cukup banyak variable yang mendukung bahwa besar kemungkinan target itu akan terwujud.

“Namun ingat, sentiment global masih akan mengawasi, oleh sebab itu kita harus menjaga moment positif ini agar penguatan obligasi bisa tetap konsisten,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (19/2/2020).

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (19/2) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas.

Keterbatasan ini masih datang dari harga obligasi yang terus mengalami kenaikkan tanpa terjadi penurunan. Kenaikkan yang terus menerus mendorong pasar obligasi akan rentan koreksi sewaktu waktu.

Oleh sebab itu, waspadai dan cermati setiap sentiment yang terjadi. Apalagi RDGI kali ini, santer dikabarkan akan terjadi pemangkasan tingkat suku bunga.

Tentu saja hal ini akan memberikan angin segar bagi pasar obligasi, pertanyaannya adalah bagaimana JIKA Bank Indonesia tidak menurunkan tingkat suku bunganya? Kecewakah pasar? Well, mari kita nanti kenyataan itu esok hari.

Adapun cerita hari ini akan kita mulai dari;

1.AMERIKA & INDIA

Presiden Trump meragukan kesepakatan perdagangan yang bisa dicapai oleh India hal ini disampaikan pada hari Selasa kemarin, hal ini diutarakan oleh Trump sebelum kunjungannya ke Asia Selatan. Padahal sebelumnya kunjungan Trump ke India merupakan salah satu misi yang dibawa oleh Trump untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan sebelum pemilihan Presiden di Amerika berlangsung. Hal ini penting, untuk menambah daya jual serta prestasi yang bisa dibanggakan oleh Trump. Tahun lalu Trump mengeluarkan India dari sebuah program untuk Negara Berkembang yang dimana program tersebut memberikan beberapa akses untuk melakukan bebas ekspor kepada kedua Negara. Namun sayang beribu sayang, Robert Lighthizer membatalkan kunjungan yang telah direncanakan sebelumnya karena pembicaraan antara Amerika dan India dirasakan tidak berkembang. Sebelumnya White House mengatakan bahwa Trump akan mengunjungi India pada tanggal 24 – 25 February mendatang. Sebagai penutup, Trump hanya mengatakan bahwa Amerika tidak diperlakukan baik oleh India, namun dirinya sendiri menyukai Perdana Menteri Hodi. Padahal India memiliki komitmen untuk membuka pasarnya yang lebih besar terhadap produk pertanian Amerika dan susu. New Delhi juga bersedia untuk memberikan akses pasar untuk cranberry, bluberry, kacang kemiri, dan alpukat. Sebagai informasi, perdagangan bilateral antara Amerika dan India telah mencapai $88 miliar pada tahun 2019 lalu, dengan New Delhi mencetak surplus $17 miliar.

2.HAPUS

Disaat tekanan akan wabah virus coronan, pemerintah China akan menghapus tarif untuk impor peralatan medis tertentu dari AS mulai 2 Maret 2020. Pemerintah China mengungkapkan produk yang akan diturunkan tarifnya termasuk monitor pasien, peralatan transfusi darah dan instrumen terkait pengukuran tekanan darah. Langkah ini guna memenuhi kebutuhan China yang terus meningkat. Pengecualian tarif akan berlaku untuk periode yang ditentukan, mendukung perusahaan yang ingin mengimpor. Langkah ini dilakukan oleh China disaat China sedang berusaha untuk melawan epidemi virus. Lebih dari 72 ribu orang sudah terinfeksi wabah virus Covid-19 di China yang sudah menewaskan lebih dari 1.800 orang.

3.APA YANG DINANTI HARI INI?

Para pelaku pasar akan menanti dengan sangat pada pukul 06.50 pagi ini untuk menunggu data yang akan keluar dari Jepang, mulai dari Exports, Imports, Trade Balance, hingga Core Machine Orders. Hal ini menjadi penting tatkala perekonomian Jepang kemarin menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Apabila data yang keluar dari Jepang masih sama buruknya seperti kemarin, hal ini semakin berpotensi untuk menekan pergerakan IHSG hari ini, meskipun ada asa dari pertemuan The Fed yang akan terjadi pada tanggal 20 February esok, dan akan ada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Ini akan menjadi titik balik bagi Jepang, namun secara consensus kami melihat data yang akan muncul berpotensi besar untuk mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Dari sisi The Fed sendiri, kami melihat bahwa sudut pandang mereka terkait dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini akan menjadi modal penting, terhadap pergerakan pasar berikutnya. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa The Fed tidak akan mengubah suku bunga tahun ini, namun kami percaya bahwa The Fed akan bergerak sesuai dengan data yang masuk, dan ketika data yang masuk tidak sesuai dengan indicator The Fed, tentu The Fed akan bergerak cepat. Pasar dalam negeri menanti hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Januari 2020 terkait BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), apakah BI memutuskan untuk mempertahankan atau menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Dimana sebelumnya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada di level 5%. Kebijakan dan pandangan dari BI tentunya menjadi perhatian pelaku pasar dalam minggu ini, dimana kebijakan moneter yang akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Sementara itu, kebijakan makroprudensial yang akomodatif ditempuh untuk mendorong pembiayaan ekonomi sejalan dengan siklus finansial yang di bawah optimal dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian. Sementara dari jejak pendapat Reuters memperkirakan bank sentral Indonesia akan melanjutkan pelonggaran kebijakan dalam rapat pekan ini untuk memberikan sandaran bagi dampak ekonomi dari wabah virus corona.16 dari 28 ekonom yang disurvei memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas 7-day reverse repurchase rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% dalam pertemuan dua hari yang berakhir hari Kamis minggu ini. Begitupun kami yang menyakini bahwa Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga sebagai bagian dari usaha untk mendorong perekonomian menjadi lebih baik lagi.

“Kami merekomendasikan beli hari ini dengan volume terbatas,” sebut analis Pilarmas.