ANALIS MARKET (11/2/2020) : Pasar Obligasi Masih Berpeluang Alami Penurunan Harga
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Ga asik!. Kira kira begitulah situasi dan keadaan pasar obligasi kemarin. Memang sih ada pergerakan, namun itupun masih sesuai dengan prediksi kami.
Ditengah situasi dan kondisi perekonomian global yang kian meningkat, hal ini membuat para pelaku pasar dan investor mulai menahan diri untuk melakukan transaksi.
Sejauh ini tekanan masih terus terjadi akibat virus corona yang semakin banyak menimbulkan korban jiwa, hal ini yang membuat aktifitas perekonomian semakin melambat.
Dan ketika semakin melambat, tentu China sebagai mitra dagang terbesar kita akan membuat kita juga mendapatkan impact yang cukup besar dari perlambatan aktifitas tersebut.
Sejauh ini, kami menilai imbal hasil obligasi masih mencoba untuk terus berupaya konsisten mengalami penurunan imbal hasil, tidak mengurangi optimis kami bahwa obligasi 10y, mampu berada di kisaran 6.30 – 6.40.
Ketika pasar secondary tidak bisa diandalkan, lelang merupakan sebuah pilihan. Tentu hal ini membuat focus para pelaku pasar dan investor tertuju kepada lelang yang diadakan Pemerintah hari ini.
Kalau boleh jujur, kami menilai lelang kali ini merupakan seri yang kurang menarik. Obligasi jangka panjang yang dilelang hari ini juga hanya memberikan kupon 6.75%, sedangkan biasanya para pelaku pasar dan investor menginginkan obligasi jangka panjang karena ada kompensasi kupon yang lebih besar.
Begitupun dengan obligasi jangka pendek yang dilelang hari ini, dengan kupon 5.45%, obligasi konvensional masih lebih menarik saat ini.
Well, marilah kita berdoa semoga lelang kali ini masih kelebihan lelang seperti biasanya.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (11/2) pagi hari ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi melemah.
Fokus utama pada pagi hari ini adalah;
1.KEKHAWATIRAN MENINGKAT
Para ilmuwan mulai merasa khawatir mengenai korona virus yang mungkin bisa berevolusi menjadi sesuatu yang lebih buruk daripada flu. Ian Lipkin menjelaskan bahwa korona merupakan virus yang baru, dan sejauh ini kami tidak tahu banyak hal tentang itu, oleh karena itu kami semua khawatir dan segera memastikan bahwa virus tersebut tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih buruk. Lipkin merupakan seseorang yang dulu pernah bekerja pada wabah SARS 2003 silam, dan mengatakan bahwa memang benar bahwa flu musiman berpotensi menimbulkan masalah. Sejauh ini dirinya tidak mengetahui tentang bagaimana cara mereka menularkannya, dan belum memiliki test diagnostic yang akurat, sehingga pertumbuhan penyakit korona ini tidak ada yang benar benar mengetahui kemana arahnya. Lipkin menambahkan bahwa tingkat kematian virus corona pada akhirnya akan kurang dari 1%. Sejauh ini angka tersebut masih merupakan sebuah spekulasi, namun test anitbodi harus tetap dilanjutkan, sehingga dapat diketahui siapa saja yang mungkin telah terinfeksi. Meskipun situasi dan kondisi kian memprihatinkan, Pemerintah China pada akhirnya telah membuat mobile apps untuk melacak manusia dan akan mengingatkan mereka apabila mereka telah melakukan kontak dengan seseorang yang telah terinfeksi. User akan memindai kode QR pada aplikasi social messaging yang dikeluarkan serta menyerahkan nama, nomor telepon, dan nomor iD yang telah dikeluarkan Pemerintah untuk meminta informasi tentang apakah mereka telah melakukan kontak dengan siapapun yang telah terinfeksi oleh virus. Sejauh ini Komisi Kesehatan Nasional China mendefinisikan applikasi tersebut sebagai sebagai salah satu applikasi untuk mengetahui dengan siapa saja seseorang terinfeksi. Setelah itu user memasukkan nama dan nomor ID mereka, applikasi akan segera memberi tahu mereka apakah mereka pernah berhubungan dengan seseorang yang sebelumnya sudah terinfeksi atau belum. Ini merupakan salah satu upaya China untuk menggunakan pengawasan yang lebih luas terhadap masyarakat China. Hingga hari ini, Corona virus telah menginfeksi lebih dari 40.000 dan telah menewaskan lebih dari 900 orang.
2.INFLASI CHINA
Biro Statistik China merilis data inflasi, dimana indeks harga konsumen (CPI) naik 5,4% dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%. Meningkatnya Inflasi tersebut didasari karena harga makanan secara keseluruhan melonjak 4,4% bulan ke bulan yang mengangkat indeks sebesar 0,96 poin persentase. Akibatnya, harga daging babi juga melonjak 116%. Tingginya inflasi ini juga dipengaruhi oleh banyaknya permintaan selama tahun baru imlek yang ditambah adanya wabah virus corona yang telah menumbangkan aktivitas ekonomi China. Dampak penyebaran epidemic virus corona memberikan perubahan pola permintaan dan penawaran di China. Harga kemungkinan akan terus meningkat karena pasokan yang lemah, dan China kemungkinan akan mengekspor tekanan inflasi global karena permintaan akan turun lebih cepat daripada pasokan China.
3.CURRENT ACCOUNT DEFICIT
Kinerja CAD sejauh ini masih ditopang oleh penurunan impor non migas ditengah kinerja ekspor nonmigas yang belum kuat. Namun disisi lain, deficit neraca perdagangan migas masih terus meningkat sejalan dengan naiknya impor minyak untuk memenuhi tingginya permintaan di akhir tahun. Sejauh ini deficit tetap terkendali, sehingga masih menopang ketahanan sector eksternal Indonesia ujar Direktor Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia. Meskipun Current Account Deficit mengalami pelebaran, Bank Indonesia mencatat bahwa Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal 4-2019 masih akan mencatatkan surplus US$4.3 miliar setelah sebelumnya mengaalmi deficit US$46 juta pada kuartal sebelumnya. Surplus tersebut merupakan transaksi modal dan finansial yang disebabkan oleh masih derasnya arus masuk investasi portfolio dari penerbitan obligasi global baik Pemerintah maupun Koperasi. Sejauh ini hal ini masih memberikan indikasi bahwa kepercayaan investor terhadap prsopek perekonomian Indonesia masih sangat positif.
“Kami merekomendasikan wait and see dengan rentang pergerakan 20 – 65 bps, tetap hati hati dan cermati sentiment yang ada. Apabila pergerakan harga melebihi 65 bps, maka akan menjadi arah selanjutnya,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (11/2/2020).

