ANALIS MARKET (13/10/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali menguat akibat meningkatnya harapan akan vaksin yang akan tiba lebih awal.
Namun pertanyaannya adalah, apakah itu cukup untuk memberikan kekuatan kepada pasar obligasi untuk menguat? Jawabannya, mungkin saja itu bisa!
Pasalnya kekuatan ekspektasi dan harapan akan pemulihan perekonomian akibat kehadiran vaksin memberikan kekuatan secara sentiment yang lebih kuat dibandingkan sentiment apapun yang ada didunia ini.
Separah apapun perekonomiannya, sesakit apapun kinerja emiten, semua itu akan sirna dalam sekejap mata.
Namun hati-hati, kekuatan itu pun dengan cepat menguap dan sirna apabila sentiment berikutnya mematahkan harapan dan ekspektasi tersebut.
Kali ini, sentiment positive berikutnya akan datang dari pertemuan Bank Sentral Indonesia yang akan diadakan pada hari ini (13/10), tidak hanya Bank Sentral Indonesia lho pemirsa, namun Bank Sentral dari Singapore, Korea Selatan, dan Sri Lanka akan mewarnai pergerakan pasar obligasi.
Ditambah lagi pada hari Kamis mendatang (15/10), Gubernur Bank Sentral Australia akan menyampaikan pidato terkait dengan langkah langkah kebijakan moneter berikutnya untuk menopang perekonomian Australia yang tengah menghadapi tekanan.
Pertemuan Bank Sentral Indoensia hari ini mungkin tidak akan mengubah tingkat suku bunganya, karena secara kepentingan, Bank Indonesia tidak terdesak untuk menurunkan tingkat suku bunga ditambah Rupiah yang masih dalam volatilitas yang tinggi, namun secara kebijakan hal tersebut akan menjadi perhatian pelaku pasar.
Fokus pelaku pasar dan investor hari ini akan datang dari kehadiran lelang obligasi sukuk yang diadakan oleh pemerintah hari ini.
Ditengah situasi dan kondisi saat ini, diperkirakan pelaku pasar dan investor masih akan terfokus dengan obligasi jangka pendek, namun seperti biasa tidak pernah bosan kami sampaikan bagi pelaku pasar dan investor yang mencari obligasi untuk strategi buy and hold, PBS 25 menjadi salah satu pilihan karena memberikan tingkat kupon yang manis.
Total penawaran diperkirakan akan berada di rentang Rp 35 T – Rp 45 T, lebih atau kurang dari itu akan mencerminkan situasi dan kondisi minat pelaku pasar dan investor asing terhadap prospek obligasi Indonesia.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (13/10) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan bergerak menguat dengan potensi menguat terbatas.
Kehati-hatian menjadi point penting saat ini, karena pasar masih mendapatkan angin positive untuk mengalami penguatan.
Namun situasi dan kondisi masih dapat berubah dengan cepat, oleh sebab itu, mencermati setiap sentiment akan menjadi bekal yang cukup untuk menghadapi badai kehidupan di pasar modal.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, kami merekomendasikan ikuti lelang, dan apabila Bank Indonesia sesuai pasar, maka rekomendasi beli menjadi rekomendasi obligasi konvensional,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (13/10/2020).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.BOLLYWOOD SEMAKIN YAHUD
Pada akhirnya Bank Sentral India mengumumkan untuk tidak melakukan perubahan terhadap tingkat suku bunga mereka. Gubernur Shaktikanta Das memhimbau para pelaku pasar dan investor untuk bersabar serta memperhatikan sinyal yang akan diberikan oleh Bank Sentral India dalam menjaga stabilitas pasar. Komentar tersebut secara tidak langsung memberikan gambaran akan tekanan yang sedang dialami Bank Sentral India saat ini dalam mengelola kebijakannya. Das mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk mengurangi biaya pinjaman tanpa memangkas tingkat suku bunga. Bank Sentral India juga akan melakukan kebijakan non moneter seperti pembelian obligasi, menjaga imbal hasil agar terkendali, serta menurunkan tingkat suku bunga pinjaman untuk mendorong konsumsi. Bank Sentral India sudah memberikan stimulus terhadap perekonomian yang dimana pada tahun ini pertumbuhan ekonomi sudah mengalami kontraksi sebesar 9.5% tahun ini, lagi lagi karena wabah virus corona. Hal tersebut yang membuat pasar terus berusaha untuk menyerap setiap penerbitan obligasi karena di sisi pemerintah, mereka berpotensi mengalami kekurangan pendapatan. Das mengatakan bahwa dirinya memiliki tanggung jawab dalam mengontrol kurva imbal hasil, oleh sebab itu sebagai pengelola utang pemerintah, Bank Sentral India akan mengawasi kenaikkan biaya pinjaman. Stabilitas pasar keuangan dan evolusi kurva imbal hasil yang sesuai akan memiliki dampak yang baik bagi pelaku pasar dan Bank Sentral India bertanggung jawab akan hal tersebut. Bank Sentral India akan melakukan pembelian ganda terkait dengan operasi pasar menjadi 200 miliar rupee atau $2.7 miliar dalam membeli surat utang negara dan juga mendorong untuk meringankan krisis likuiditas perusahaan dengan memberikan dana jangka panjang. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh Bank Sentral India adalah; 1. Bank Sentral India akan memberikan dorongan senilai 1 triliun rupee dalam bentuk durasi jangka panjang hingga 3 tahun bagi bank yang ingin melakukan investasi dalam bentuk obligasi korporasi atau surat berharga lainnya. 2. Bank Sentral India mengizinkan bank untuk memegang lebih banyak obligasi pemerintah tanpa melakukan mark to market dan akan memperpanjang hal tersebut hingga 31 Maret 2022 dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. 3. Bank Sentral India akan melakukan pembelian obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah negara bagian secara khusus. 4. Menaikkan batas kredit ritel bank menjadi 75 juta rupee dari sebelumnya 50 juta rupee, sehingga dapat mengurangi krisis uang tunai diantara peminjam retail maupun usaha kecil. Dari sisi kebijakan moneter, MPC akan terus mempertahankan sikap akomodatifnya yang memberikan gambaran bahwa dirinya dapat melanjutkan penurunan tingkat suku bunga setelah sebelumnya Bank Sentral India telah melakukan pemangkasan sebanyak 115 bps sejak awal tahun. Sikap akomodatif akan tetap dipertahakan selama itu diperlukan khususnya untuk mendorong tingkat pertumbuhan. Tingkat suku bunga diperkirakan akan berada di 4% hingga pertengahan tahun 2021. Namun melihat situasi dan kondisi India saat ini, kami melihat Bank Sentral India memiliki potensi untuk memangkas penurunan tingkat suku bunga kembali hingga tahun 2021 untuk menopang pertumbuhan ekonomi, mendorong pemulihan ekonomi, dan menjaga perekonomian untuk tetap bertahan di masa sulit seperti sekarang ini.
2.IMF BERKUMPUL
Pengamat ekonomi dunia akan berkumpul pekan ini untuk membahas lebih lanjut mengenai resesi terburuk sejak fase depresi, yang dimana pada akhirnya pemulihan dunia akan bergantung terhadap penemuan vaksin virus corona. IMF dan Bank Dunia akan mengadakan pertemuan tahunan mereka yang dimana mereka akan menyatukan suara dari G20 untuk melakukan masa perpanjangan penundaan pembayaran hutang dari negara negara yang masuk dalam kategori miskin yang dimana pembayaran tersebut akan berakhir hingga akhir tahun nanti. Sejauh ini tampaknya pemulihan ekonomi akan sulit untuk memasuki bentuk terbaiknya yaitu V, kami melihat prospek pemulihan ekonomi akan mengalami fase bentuk L yang dimana pada akhirnya pertumbuhan perekonomian terlihat melandai hingga hari ini. Hal tersebut yang membuat prospek pemulihan ekonomi kian mengalami kesulitan. Ada rasa optimis disana, namun masih dapat kita katakan terlalu cepat untuk merasakan optimis. IMF terus mendorong pemerintah untuk melakukan pembelanjaan apapun yang mereka butuhkan untuk menghadapi krisis sembari memperingatkan ada kemungkinan persentase hutang terhadap GDP akan mengalami kenaikkan menjadi 100% untuk pertama kalinya. Pejabat IMF memberikan usulan agar terus melakukan reformasi terkait dengan restrukturisasi hutang bagi negara negara yang masih berjuang untuk memenuhi kewajiban dan bebannya yang kemungkinan mengalami kenaikkan karena wabah virus corona terus membebani perekonomian. Tingkat kerentanan negara terhadap hutang akan menjadi focus utama dalam pertemuan tersebut. Menurut kami memang layak hal tersebut menjadi focus utama, karena sejauh ini beberapa hutang dari berbagai negara di dunia mulai mengalami kenaikkan bahkan mendekati rekor tertingginya tahun ini, bahkan setengah dari semua negara berpenghasilan rendah berpotensi mengalami kesulitan untuk membayar hutang bahkan sebelum wabah terjadi. Bank Sentral dari berbagai negara terus memangkas tingkat suku bunga untuk menjaga tingkat likuiditas, tidak hanya itu saja, IMF dan G20 serta Bank Dunia terus memberikan bantuan darurat terkait dengan pembayaran utang. G20 pada bulan April lalu menyetujui untuk memberikan bantuan senilai miliaran dollar kepada negara negara miskin hingga akhir tahun untuk membantu mereka melaksanakan kewajibannya dibawah naungan Debt Service Suspension Initiative. Meskipun demikian, Bank Dunia mengatakan bahwa hal tersebut masih belum cukup untuk menangangi pinjaman tersebut. IMF terus mencari cara untuk dapat mengirimkan beberapa asset cadangan yang ada yang dikenal dengan pengambilan asset khusus dari negara negara kaya yang tidak membutuhkan asset cadangan tersebut agar dapat diberikan kepada negara negara miskin yang membutuhkannya. Kami melihat pemulihan perekonomian di kuartal ke 3 dan ke 4 ini justru menjadi harap harap cemas, apakah pemulihan tersebut berhasil atau tidak. Ditengah situasi dan kondisi yang kian tidak membaik, maka memberikan kemungkinan bahwa perekonomian pada kuartal ke 3 dan 4 justru mengalami pelemahan, meskipun tidak selemah kuartal sebelumnya. Pekan ini pertemuan Bank Sentral juga akan menjadi sorotan, mulai dari; Indonesia, Singapore, Korea Selatan, dan Sri Lanka. Yang menjadi perhatian utama adalah pidato dari Gubernur Bank Sentral Australia pada hari Kamis mendatang terkait dengan langkah langkah yang akan dilakukan untuk melakukan pemberian stimulus. Dari Bank Indonesia sendiri kami melihat Bank Indonesia masih belum akan mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan bulan ini. Volatilitas Rupiah yang masih sangat tinggi menjadi sebuah factor utama Bank Indonesia belum akan menurunkan tingkat suku bunganya, meskipun dalam beberapa hari terakhir Rupiah mengalami penguatan akibat Omnibus Law yang disahkan oleh parlement dan mendapat tanggapan negative dari masyarakat Indonesia. Secara tujuan, tentu Omnibus Law merupakan sesuatu yang sangat baik karena akan memperbaiki iklim bisnis dan mendorong investasi langsung oleh investor luar negeri. Secara peluang, memang Bank Indonesia memiliki peluang untuk memangkas tingkat suku bunganya sebanyak 25 bps, namun secara urgensi nya, kami melihat Bank Indonesia belum saatnya untuk memangkas tingkat suku bunga. Namun pandangan dan kebijakan terkait langkah langkah selanjutnya dari proses pemulihan perekonomian akan menjadi salah satu hal yang sangat dinantikan oleh pelaku pasar dan investor, agar proses perekonomian yang sedang kita jalani saat ini tidak menjadi kentang.

