ANALIS MARKET (06/1/2020) : Pasar Obligasi Cenderung Flat
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali bergerak menguat kemarin ditengah tengah potensi pelemahan yang dapat terjadi.
Meskipun demikian, tidak semua pasar obligasi mengalami penguatan, obligasi acuan primadona Indonesia yaitu 10y bergerak melemah kemarin. Tentu hal ini membuat pasar obligasi mengalami pergerakan anomali kemarin.
Namun sentiment positif masih hadir di pasar, meskipun sentiment geopolitik masih kian terasa.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (06/1) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif, menguat untuk obligasi 5y, 15y, dan 20y, dan bergerak melemah untuk obligasi 10y.
“Pasar obligasi akan cenderung flat hari ini, mungkin akan wait and see karena akan adanya lelang perdana yang akan diadakan pada hari Selasa nanti. 5 seri obligasi konvensional akan dilelang disana, mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang. Dengan rata rata harga obligasi berada dikisaran 100, tentu hal ini akan menjadi peluang menarik bagi para pelaku pasar dan investor pada lelang nanti,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (06/1/2020).
Adapun cerita diawal pekan ini akan kita awali dari;
1.RISALAH HATI THE FED
Risalah hati The Fed kali ini akan menceritakan sebuah kisah tentang bagaimana para Pejabat The Fed melihat ekonomi Amerika saat ini dapat terus tumbuh bahkan ketika manufacture mengalami sedikit kontraksi. Sejauh ini tingkat pengangguran di Amerika semakin mendekati 3.5% pada bulan November, yang dimana itu artinya tingkat pengangguran ini merupakan yang terendah dalam kurun waktu 50 tahun. Namun inflasi sejauh ini masih inkonsistensi di bawah level 2%, sehingga para pembuat kebijakan masih menunggu data ekonomi yang akan masuk berikutnya. Evans salah satu pejabat dari The Fed mengatakan bahwa dirinya akan mempertahankan tingkat suku bunga The Fed dalam waktu yang cukup lama, hal ini dimaksudkan untuk mendorong inflasi menuju target yang The Fed inginkan. Kaplan pun mengatakan bahwa data manufacture akan memperlambat pertumbuhan global dan investasi bisnis yang lesu di Amerika. Meskipun begitu, Kaplan masih berharap bahwa belanja konsumen Amerika yang kuat dapat mendorong pertumbuhan dari sebelumnya 2% menjadi 2.25% tahun ini. Sejauh ini kesimpulan mengenai Risalah The Fed kami melihatnya bahwa The Fed tidak akan mengubah kebijakan moneternya untuk sementara waktu. Selain itu tingkat suku bunga juga akan akan ditahan hingga 2020 usai. 13 dari 17 orang pejabat The Fed memberikan proyeksi bahwa tingkat suku bunga akan ditahan hingga akhir 2020. Setelah itu tingkat suku bunga The Fed akan mengalami kenaikkan 1x sebanyak 25 bps pada tahun 2021 dan 2022. Namun disamping data data ekonomi yang disampaikan, para pejabat The Fed khawatir terkait dengan tensi geopolitik yang terjadi antara Amerika dengan Irak. Hal ini juga yang menjadi perhatian kami. Kita semua tentu bersyukur sebelumnya bahwa ketidakpastian antara Amerika dan China terkait dengan perang dagang telah usai. Belum juga kesepakatan ditandatangan, sekarang sudah muncul lagi ketidakpastian geopolitik, tidak hanya Amerika dengan Iran, namun Amerika dengan Korea Utara juga tengah memanas. Ujian pertama di awal tahun sudah dimulai, well, marilah kita berdoa sejenak bahwa ini semua pun akan berlalu. Karena apabila perang terjadi, maka semua pihak akan dirugikan. Namun bukan investasi namanya kalau tidak melihat kesempatan dalam kesempitan. Emas mungkin akan menggeliat terkait dengan sentiment negative yang terjadi saat ini.
2.AMERIKA VS IRAK
Sebuah hal yang menyedihkan harus menulis kembali sebuah ketidakpastian di awal tahun bahkan ketika optimisme akan berakhirnya perang dagang telah usai hadir. Kami semua berharap di akhir tahun kemarin, ketika Amerika dan China memutuskan untuk sepakat dan menandatangani kesepakatan pada tanggal 15 January 2020 nanti merupakan sebuah tanggal tolok ukur akan membaiknya perekonomian dunia, tidak hanya Amerika dan China, namun tentu kita semua tentu akan merasakan dampaknya. Namun tandatangan belum usai, kali ini serangan udara dari Amerika terhadap Irak telah membuat seorang pahlawan di Negeri Irak meninggal dunia. Hal ini akan menjadi salah satu perhatian khusus betapa marahnya Irak terkait akan serangan dari Amerika, meskipun Amerika melalui Trump menyampaikan bahwa dirinya justru mencegah perang, bukan memulai perang. Tidak hanya kami yang merasa kaget, tapi mungkin seluruh dunia kaget akan aksi yang dilakukan oleh Trump. Bahkan 2 Presiden sebelumnya saja, Barrack Obama dan George W. Bush tidak berani untuk melakukan tindakan sejauh itu. Sontak harga minyak mengalami penguatan secara drastic. Apabila kenaikkan harga minyak tidak terkendali, efeknya akan menjadi kurang baik untuk pasar. Apalagi sejauh ini yang akan terkena dampaknya adalah para Negara yang melakukan importir minyak. China salah satunya yang akan merasakan dampaknya apabila kenaikkan harga minyak tidak terkendali. Namun di sisi yang lain, sebagai Negara yang melakukan ekspor minyak, tentu akan memberikan pendapatan yang lebih besar. Untungnya sejauh ini cadangan minyak di Amerika, China dan Uni eropa masih cukup besar untuk mengatasinya apabila terjadi gangguan. Kabar terakhir yang kami dengar mengatakan bahwa Parlemen Irak meminta Pemerintah untuk mengakhiri kehadiran pasukan asing di wilayahnya. Pada akhirnya Parlemen Irak memilih untuk mengusir pasukan Amerika dari Irak dan Irak tidak akan mematuhi Batasan tentang pengadaan uranium. Irak tidak lagi menganggap dirinya terikat oleh perjanjian nuklir pada tahun 2015 lalu yang telah dinegosiasikan dengan Amerika bersamaan dengan Negara lainnya. Parlemen Irak juga mengecam serangan pesawat tak berawak pada hari Jumat pagi sebagai pelanggaran kedaulatan Negara dan menyerukan kepada Pemerintah untuk mencabut permintaaannya pada tahun 2014 untuk intervensi militer asing. Dari 172 legislator yang hadir hampir semuanya memberikan hak suaranya, tetapi hampir 160 anggota parlemen, terutama dari Sunni dan Kurdi mereka tidak memberikan suaranya. Anehnya justru Amerika kecewa dengan tindakan yang diambil hari ini di Dewan Perwakilan Irak. Amerika mendesak kepada para pemimpin Irak untuk mempertimbangkan kembali betapa pentingnya hubungan ekonomi dan keamanan yang sedang berlangsung di kedua Negara tersebut. Tidak hanya itu saja, sejauh ini sekutu Eropa mulai mendesak Trump untuk meredakan ketegangan dengan Teheran. Begitupun dengan Turki dan Rusia juga telah berbicara dengan para pejabat Iran untuk membahas perkembangannya. Sejauh ini Inggris dan Uni Eropa terus menyampaikan pendapatnya untuk de eskalasi dan menyampaikan keprihatinannya mengenai meningkatnya ketegangan yang terjadi di Irak.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini dengan terus mencermati pergerakan pasar,” sebut analis Pilarmas.

