ANALIS MARKET (31/1/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas dengan Pergerakan Bervariatif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada akhirnya pasar obligasi kembali mengalami kenaikkan ditengah tengah potensi penurunan yang terjadi kemarin.

Begitu kuat, begitu hebat, pasar obligasi kembali merambat naik.

Namun demikian, bukan berarti ruang penurunan terbuka tertutup, secara teknikal Analisa memang pasar obligasi mulai menunjukkan pembalikkan arah, namun harus tetap diwaspadai seksama karena kenaikkan tersebut belum sepenuhnya terkonfirmasi.

“Kenaikkan pasar obligasi saat ini lebih kepada perpindahan arus yang terus menerus terjadi dari saham, dan tingkat resiko ketidakpastian yang semakin tinggi, sehingga hal ini yang membuat para pelaku pasar dan investor memilih untuk mendapatkan kepastian investasi melalui kupon obligasi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (31/1/2020).

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (31/1) pagi ini, pasar obligasi akan dibuka dengan potensi menguat terbatas dengan pergerakan bervariatif.

Tetap hati hati, karena rentang pergerakan pasar obligasi akan berada di rentang 35 – 70 bps, sama seperti kemarin karena sejujurnya pasar obligasi tidak mengalami kenaikkan yang cukup berarti.

Keprihatinan akan seiring sejalan dengan ketidakpastian, oleh sebab itu, kami melihat bahwa apabila penangkal dari virus tersebut muncul, pasar akan bereaksi positif, baik saham maupun obligasi.

Adapun cerita di akhir pekan ini, akan kita awali dari;

1.SAH!

Pada akhirnya, WHO telah memberikan konfirmasi bahwa virus corona yang menyebar dengan cepat saat ini yang dimana telah menginfeksi lebih dari 8.200 orang diseluruh dunia, saat ini sedang dalam keadaan darurat kesehatan global. Hal ini memberikan kesempatan kepada WHO untuk memobilisasi dukungan keuangan dan politik untuk mengatasi wabah tersebut. Kekhawatiran terbesar dari WHO adalah penyebaran virus kepada Negara yang memiliki system kesehatan yang lebih lemah dan tidak siap untuk menghadapinya. WHO mengatakan bahwa masyarakat harus tetap tenang, WHO juga menyampaikan bahwa China telah melakukan segalanya yang bisa dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut. Sejauh ini WHO baru 5x mengatakan keadaan darurat kesehatan global sejak pertengahan 2000 silam. Saat ini segala perhatian tertuju kepada China, setiap doa, dukungan, dan partisipasi menjadi sebuah tanda bahwa meskipun ada ketidakpastian didepan mata, namun bisa dihadapi bersama.

2.BANK OF ENGLAND

Tingkat suku bunga Inggris pada akhirnya tidak mengalami perubahan, karena Bank Sentral Inggris menginginkan lebih banyak bukti mengenai kenaikkan ekonomi yang lebih baik. Sejauh ini para komite mengatakan bahwa aktivitas bisnis terus mengalami peningkatan khususnya dalam beberapa hal, dan sejak proses Brexit menjadi lebih mudah, akhirnya banyak ketidakpastian dalam jangka waktu pendek sirna. Namun mengingat situasi dan kondisi saat ini, para pejabat memberikan isyarat bahwa mungkin saja akan diperlukan pemotongan tingkat suku bunga Bank Sentral Inggris ke level terendah sejak krisis keuangan global silam, dan mereka memperkirakan bahwa inflasi hanya akan kembali pada targetnya pada tahun 2021 nanti. Carney juga menekankan bahwa proyeksi ekonomi yang telah diperbaharui mengasumsikan bahwa langkah langkah mengenai perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa akan dibahas. Ada beberapA hal yang berubah dari Bank of England kemarin dalam hal menyampaikan informasi. Bank of England sebelumnya mengatakan bahwa perlunya kenaikkan tingkat suku bunga dalam arti terbatas dan bertahap jika pertumbuhan sejalan dengan proyeksi, yang pada akhirnya dirubah menjadi pergerakan tingkat suku bunga mungkin akan diketatkan untuk sementara selama itu diperlukan. Sejauh ini proyeksi GDP telah dipotong dari sebelumnya 1.25% menjadi 0.75% pada bulan November lalu. Pada tahun 2021 dan 2022, Bank Sentral memperkirakan GDP pada tahun 2021 dan 2022 mengalami penurunan seperempat point lebih rendah. Michael Saunders dan Jonathan Haskel mempertahankan pendapat mereka untuk menurunkan tingkat suku bunga segera karena indicator harapan belum menjadi panduan yang tepat secara hasil dan masih ada resiko penurunan pertumbuhan.

3.INDUSTRI KIMIA DAN FARMASI TERTEKAN ?

Realisasi investasi industri kimia dan farmasi sepanjang 2019 mengalami tekanan, terutama yang berasal dari penanaman modal dalam negeri. BKPM merilis realisasi industry sector kimia dan farmasi sepanjang 2019 dimana PMDN tercatat mengalami penurunan 28,8% menjadi Rp9.484,91 miliar dengan 977 proyek dibanding periode 2018 Rp13.337,72 miliar dengan 638 proyek. Dilain sisi, PMA juga turun 23,3% menjadi US$1.486,41 miliar dengan 1.280 proyek dibanding periode 2018 US$1.938,34 miliar dengan 1.001 proyek. Kami melihat industri kimia PMDN mengalami serangan dari impor, sedangkan proteksi terhadap import sangat lemah. Proteksi tarif maupun non tarif masih belum diimplementasikan secara komprehensif sehingga memberikan tekanan pada aliran di investasi industry kimia dan farmasi.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini dengan potensi jual dan beli apabila melewati rentang batas pergerakan bps point,” sebut analis Pilarmas.