ANALIS MARKET (03/1/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Bergerak Variatif
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi mengawali pergerakan awal tahun bergerak bervariatif.
Ditengah tengah perjalanan awal tahun, transaksi masih belum terlalu bergerak banyak.
Obligasi jangka pendek 0 – 10y, mulai bergerak melemah, namun obligasi jangka menengah hingga panjang, > 10y masih bergerak menguat.
Namun demikian, tampaknya hari ini pergerakan bervariatif tersebut masih akan berlanjut. Namun cepat atau lambat, baik obligasi jangka pendek maupun jangka panjang, keduanya akan berjalan beriringan.
“Oleh sebab itu kami menilai tetap cermati pergerakan pasar obligasi hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (03/1/2020).
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (03/1) pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif, dengan potensi pergerakan naik dan turun rentang 35 – 60 bps.
Fokus utamanya adalah mempertahankan imbal hasil obligasi 10y untuk berada di rentang 7.00 – 7.10, hal ini akan menjadi bekal yang bagus untuk tahun ini.
Adapun cerita pagi akan kita awali dari;
1.KOREA UTARA IN ACTION!
Kim Jong Un Mengatakan bahwa dirinya tidak lagi terikat terhadap janjinya untuk menghentikan percobaan rudal. Justru dirinya saat ini mulai melakukan percobaan pertamanya yaitu senjata strategis baru. Para pemimpin Korea Utara mengatakan kepada sekelompok pemimpin partai Pyongyang bahwa tindakan Amerika telah memaksanya memilih selain mempertimbangkan kembali komitmen yang mendukung 3 pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Trump selama 18 bulan terakhir. Kim menyerukan bahwa harus ada tindakan nyata terhadap Amerika, yang dimana telah membuat Korea Utara menjadi menderita dibawah sanksi Amerika. Kim menyatakan bahwa dalam waktu dekat, dunia akan menyaksikan senjata strategis baru yang dilakukan oleh Korea Utara. Kim menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Amerika baru baru ini, termasuk kerjasama militer dengan Korea Selatan, telah memaksanya untuk mempertimbangkan kembali janjinya. Dan dalam situasi dan konsisi seperti ini, tidak ada lagi alasan untuk terikat secara sepihak oleh sebuah komitmen. Kim juga melanjutkan bahwa, Korea Utara berharap pengujian akan dilakukan segera mungkin setelah pengumuman ini. Meningkatnya situasi dan kondisi politik seperti saat ini dapat memberikan tekanan terhadap pergerakan pasar global. Namun kami melihat sejauh belum ada tindakan nyata, seharusnya hal ini hanya akan menjadi informasi semata.
2.INFLASI TERENDAH DALAM KURUN WAKTU 10 TAHUN
Entah harus bagaimana mengungkapkan perasaan ini, antara harus sedih ataupun senang. Sejauh ini inflasi yang keluar kemarin merupakan yang terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Menurut pernyataan BPS yang disampaikan kemarin, inflasi secara YoY berada di 2.72%, turun dari sebelumnya 3%. Berdasarkan hasil survei BPS di 82 kota IHK, inflasi pada Desember 2019 disumbang dari inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan serta kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Dari kelompok bahan makanan, kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,78% dengan andil pada inflasi umum sebesar 0,16%. Komoditas yang memberi andil inflasi adalah telor ayam ras sebesar 0,08%, bawang merah 0,07%, ikan segar 0,02%, beras 0,01%, serta beberapa sayuran seperti bayam dan kacang panjang masing-masing sebesar 0,01%. Sementara itu, ada juga bahan pangan yang mengalami deflasi sehingga menahan laju inflasi, yaitu cabai merah dengan deflasi sebesar 0,05%, cabai rawit 0,03%, dan daging ayam ras 0,01%. Bila dilihat dari kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, inflasi pada kelompok ini sebesar 0,58% dengan andil sebesar 0,10% pada inflasi pada bulan Desember 2019. Selain itu, penyumbang inflasi lainnya adalah tarif angkutan udara 0,07%, tarif kereta api 0,02%, dan tarif antar kota sebesar 0,01%. Selain dua kelompok tersebut, ada kelompok pengeluaran lain yang menyumbang inflasi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang menorehkan inflasi sebesar 0,29% dan sumbangan 0,05% pada inflasi umum. Sejauh ini kami cukup sedih terkait dengan data inflasi yang keluar kemarin. Memang benar, inflasi harus terjaga dengan baik, apalagi Pemerintah memiliki target tersendiri tahun ini. Namun apabila inflasi terlalu rendah, bahkan berada di bawah 3%, itu artinya ada penurunan daya beli disana, yang dimana memiliki implikasi negative terhadap pertumbuhan ekonomi dalam Negeri. Melemahnya daya beli tidak memberikan dampak positif terhadap Negara Emerging Market, sedangkan Indonesia merupakan salah satu Negara Emerging Market yang membutuhkan inflasi untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Apabila inflasi yang terlalu rendah, berarti tidak ada daya beli disana yang menopang pertumbuhan ekonominya. Memang benar, inflasi yang terkendali akan membuat tingkat suku bunga akan mengalami penurunan. Namun untuk menurunkan tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak serta merta hanya mengandalkan data inflasi semata, variable lainnya pun tentu diperhitungkan. Meskipun variable dalam Negeri positif, namun tingkat suku bunga The Fed tetap, tentu Bank Indonesia juga tidak tidak akan mengambil resiko untuk menurunkan tingkat suku bunga karena akan menaikkan potensi capital outflow. Oleh sebab itu tidak akan mengherankan apabila tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali berada di rentang 5%.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini dengan terus mencermati pergerakan pasar,” sebut analis Pilarmas.

