ANALIS MARKET (27/1/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Alami Kenaikan
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sudah 2 minggu pasar obligasi terus melanjutkan penguatannya. Meskipun secara perubahan harga pasar obligasi dalam rentang yang kecil, namun perlahan tapi pasti pasar obligasi masih terus melanjutkan penguatan.
Secara harga, pasar obligasi saat ini sudah berada di posisi yang mahal atau tidak attraktif, oleh sebab itu kenaikkan harga pasar obligasi saat ini lebih kepada 2 hal.
Pertama, sentiment yang positif yang terus mengalir ke pasar obligasi.
Yang kedua adalah, perpindahan dana dari IHSG menuju pasar obligasi yang dimana saat ini IHSG sedang dalam fase yang mengkhawatirkan.
"Oleh sebab itu pasar obligasi terus mengalami perpindahaan dana yang mendorong harga obligasi mengalami kenaikkan. Namun tetap hari hati, karena kapanpun bisa saja pasar obligasi mengalami penurunan harga," sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (27/1/2020).
Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (27/1) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan mengalami penguatan dengan potensi menguat terbatas.
Adanya lelang yang akan diadakan esok pagi memberikan pengaruh, namun tidak akan begitu besar karena lelang esok hari merupakan lelang obligasi sukuk.
Setelah imlek, tahun tikus logam diperkirakan membuat ekonomi Indonesia semakin kokoh, marilah kita berharap itu menjadi kenyataan
Mengawali pekan pertama di tahun tikus logam ini, cerita yang akan hadir dimulai dari;
1.YANG DINANTI PEKAN INI
Sejauh mata memandang, pekan ini akan menjadi pekan yang menentukan bagi pasar global. Bukannya apa, karena akan ada beberapa peristiwa penting yang akan menjadi penantian bagi para pelaku pasar dan investor. Kita awali cerita dari FOMC meeting yang akan berlangsung pekan ini. Beberapa waktu lalu FOMC meeting memang tidak mengubah tingkat suku bunga mereka pada pertemuan yang berlangsung pada bulan December lalu. Mereka mengatakan akan mempertahankan tingkat suku bunga rendah dalam waktu yang cukup lama, sehingga tahun 2020 mereka tidak melihat ada ruang untuk melonggarkan kebijakan. Namun apapun bisa saja terjadi. Dengan dimulainya penandatangan kesepakatan, tentu hal ini akan menjadi sebuah titik balik bagi perekonomian dunia yang sebelumnya diprediksi melemah. The Fed masih akan terus mengkonfirmasi setiap data yang masuk untuk bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan. Apalagi The Fed sudah berjanji akan selalu mengamati data yang masuk untuk membuat keputusan. Sejauh ini kami melihat bahwa The Fed cukup konsisten dalam membuat keputusan, oleh sebab itu kami melihat adanya peluang dengan situasi dan kondisi dunia membaik, tentu The Fed juga akan melonggarkan kebijakan moneternya. Selain itu focus berikutnya adalah penantian akan data GDP dari Amerika dan Eropa yang akan keluar pekan ini. Tentu hal ini menjadi sebuah perhatian khusus ketika GDP Amerika naik melebihi 2% yang dimana ada ekspektasi disana yang berharap bahwa data GDP Amerika konsisten untuk berada di level 2%. Tidak hanya itu saja, GDP Eropa juga menjadi perhatian setelah dilakukannya pembelian asset kembali hingga waktu yang tak ditentukan. Hal ini yang memberikan indikasi dan perhatian, bahwa apakah yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa kemarin sudah benar atau belum untuk mendorong perekonomian Eropa untuk bertumbuh. Dari antara semua data ekonomi yang akan keluar, proses Brexit pekan ini akan menjadi salah satu pemberitaan hangat tentang bagaimana proses Brexit akan terjadi. Apakah masih menemui kendala atau tidak, bahkan setelah Parlement dimenangkan oleh anggota Boris Johnson. Apabila Brexit dapat berjalan dengan lancar, tentu ketidakpastian perekonomian nomor 2 setelah trade war menjadi sirna. Hal ini yang penting dan harus diingat, karena apabila proses Brexit berjalan dengan baik, semestinya pergerakan indeks global akan kembali bergairah.
2.KONFLIK INDONESIA & EROPA Konflik yang cukup tinggi antara Indonesia dengan Eropa terkait bisnis minyak sawit cukup memanas hingga saat ini. Gugatan yang juga diajukan kepada Indonesia dan hambatan masuk pasar India memberikan tekanan pada penurunan harga minyak sawit. Kali ini Indonesia meminta dukungan kepada Hungaria untuk memberikan pandangan yang seimbang terkait minyak sawit Indonesia kepada mitra Uni Eropa. Permintaan dukungan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi saat menerima kunjungan resmi Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hongaria Peter Szijjarto di Jakarta. Kedua menteri juga mendiskusikan implementasi kerja sama di bidang investasi dan perdagangan, pembangunan infrastruktur perhubungan e-toll, fasilitas kesehatan rumah sakit, teknologi informasi, dan ekonomi digital. Rencana pembentukan Indonesia Hungary Investment Fund juga didukung untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pada pertemuan ini, kedua menteri mempersiapkan kunjungan Presiden Hungaria pada 2020 yang diharapkan dapat menghasilkan hasil-hasil konkret. Hungaria merupakan negara mitra penting Indonesia di kawasan Eropa Tengah. Negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Eropa itu kini merupakan mitra perdagangan dan investasi terbesar ke3 di kawasan, dengan arus kedatangan wisatawan ke Indonesia terbesar ke-2 di kawasan.
“Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas. Apabila pasar obligasi berbalik arah, rekomendasi berubah menjadi jual,” sebut analis Pilarmas.

