ANALIS MARKET (22/1/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali menunjukkan giginya!
Lelang yang berhasil mendatangkan penawaran hampir senilai IDR 100 T menunjukkan bahwa pasar obligasi masih diminati.
Loyonya IHSG membuat para pelaku pasar dan investor melakukan switching, karena hal ini penting untuk menjaga Return on Investment bagi portfolio masing masing.
Oleh sebab itu, dengan dukungan capital inflow dan perpindahan portfolio dari saham menuju bonds membuat pasar obligasi kembali mengalami penguatan.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (22/1) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas.
Imbal hasil obligasi Pemerintah 10y pada akhirnya, berhasil menembus dibawah 6.85% dan berusaha untuk konsisten disana. Tentu saja hal ini menjadi salah satu hal yang positif bagi fundamental obligasi dalam Negeri.
Adapun cerita hari ini dari;
1.TRUMP UNTUK DAVOS
Dengan gagah Trump mengambil kesepatan moment untuk berbicara dihadapan para pemimpin dunia pada hari Selasa kemarin untuk menyuarakan kampanye yang bertajuk, “America First” dan mendorong Negara lainnya untuk mengadopsi pendekatan yang berfokus pada Negara yang sama untuk ekonomi dan membangun hubungan politik di seluruh dunia. Trump mengatakan bahwa, kemakmuran yang terjadi di Amerika tidak dapat disangkal, dan belum pernah terjadi sebelumnya serta tidak ada tandingannya dimanapun di dunia ini. Trump menambahkan bahwa apa yang dicapai oleh Amerika saat ini adalah bukan dengan membuat perubahan kecil pada sejumlah kebijakan, tetapi melakukan adopsi pendekatan yang sama sekali baru yang berpusat sepenuhnya pada kesejahteraan para pekerja di Amerika. Tampaknya Trump juga ingin menunjukkan keberhasilannya diberbagai bidang, meskipun dengan cara yang cukup extreme yang bahkan membuat China bertekuk lutut. Setiap keputusan yang dibuat oleh Pemerintahan Trump mengenai pajak, perdagangan, regulasi, energi, imigrasi, pendidikan, dan semuanya itu hanya difokuskan oleh Pemerintah untuk warga negaranya sendiri. Selama pidato berlangsung, Trump tampaknya lebih berfokus kepada keberhasilannya hingga saat ini ketika menjalankan kebijakan “America First” yang dimana Trump melakukan kebijakan ekonominya melalui perlindungan perdagangan atau pemotongan pajak. Presiden Trump juga menunjuk salah satu kemengangan legislatifnya merupakan yang terbesar dalam Pemerintahannya, yaitu Tax Cuts dan Jobs Act 2017 yang berhasil menurunkan tarif pajak preusahaan menjadi 21% dan meningkatkan keuntungan bisnis.
2.JANGAN KHAWATIR
Wakil Perdana Menteri China, Han Zheng mengatakan kepada World Economi Forum bahwa kesepakatan perdagangan Negara China dengan Amerika tidak akan merugikan Negara Negara pengekspor saingan China. Dalam pernyataan yang paling terkenal mengenai kebijakan ekonomi di Negara China, Han mengatakan bahwa komitmennya untuk membeli lebih banyak dari Amerika sejalan dengan kewajiban WTO dan tidak akan menghentikan impor dari Negara lainnya. Han menambahkan bahwa China akan membuka pintunya lebih lebar, dalam menghadapi proteksionisme dari beberapa Negara, tekad China untuk membuat perekonomian China lebih baik tentu tidak akan goyah. Kesepakatan yang terjadi kemarin antara Amerika dan China merupakan sesuatu yang baik bagi Amerika, China, dan Global. Meskipun tampaknya masih banyak yang khawatir terkait dengan kerjasama tersebut dapat merugikan Negara saingan.
3.BANK SENTRAL JEPANG
Bank Sentral Jepang memberikan pandangannya terhadap pertumbuhan ekonomi serta kebijakan suku bunga acuan untuk tahun 2020 pada pertemuan yang berlangsung hari Selasa kemarin. Keputusan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir setelah beberapa strategi guna menjaga stabilitas moneter Jepang dan meningkatkan sektor riil yang telah melambat dalam beberapa tahun terakhir. BoJ saat ini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada pada 0.9%, proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pada bulan Oktober yang masih berada pada 0.7%. Namun BoJ juga melakukan pemangkasan pada perkiraan inflasi sebesar 1% dari proyeksi sebelumnya. Kami melihat langkah tersebut dapat menimbulkan berbagai pertanyaan baru terkait daya beli yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan inflasi. Bank sentral mengatakan bahwa risiko eksternal terhadap ekonomi masih signifikan namun dalam tren yang menurun. BoJ juga kembali mengatakan untuk tidak ragu dalam mengambil tindakan pelonggaran tambahan jika risiko tersebut meningkat. Kami melihat saat ini BoJ merasa pada area yang lebih aman dimana level mata uang yen tidak dapat merubah banyak strategi mereka. Hal tersebut menunjukkan adanya sikap optimis dan tetap berhati – hati dalam menentukan sikap.
“Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas, semakin naik harga obligasi tanpa penurunan, akan membuat obligasi rawan terkoreksi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (22/1/2020).

