ANALIS MARKET (21/1/2020) : Pasar Obligasi Bervariatif, Seri Pendek Jadi Primadona
Pasardana.id – Riset harian Pilrmas Investindo Sekuritas menyebutkan, seperti yang kami perkirakan sebelumnya, pasar obligasi tampaknya masih malu malu untuk mengalami pergerakan kemarin.
Meskipun demikian pasar obligasi masih dalam trend yang cukup positif, apalagi akan adanya lelang yang diadakan oleh Pemerintah hari ini.
Ditengah tengah badai yang terjadi pada IHSG kita, tentu para pelaku pasar dan investor tidak akan melewatkan kesempatan untuk berinvestasi di obligasi.
Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (21/1) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif hingga hasil lelang keluar.
Para pelaku pasar dan investor akan focus terhadap lelang yang akan diadakan Pemerintah hari ini.
Seperti biasa, primadona masih akan terjadi di seri pendek antara 5y – 10y. Potensi pemangkasan tingkat suku bunga tahun ini memberikan asa yang lebih besar kepada obligasi jangka panjang untuk diminati.
Tidak hanya itu saja, sebagai pelengkap portfolio, tentu saja obligasi jangka panjang akan dilirik meskipun porsinya tidak sebesar obligasi jangka pendek. Total penawaran yang masuk kali ini diharapkan mungkin akan berkisar IDR 40 – 50 T.
Imbal hasil obligasi acuan Pemerintah yang sudah berada dibawah 7% akan memberikan ruang yang lebih sedikit untuk minat investor masuk pada lelang kali ini.
Sembari menunggu lelang, yuk kita amati beberapa sentiment hari ini.
1.DAVOS, SWISS
Dalam pertemuan para pemimpin dunia di Davos, Swiss, IMF mengemukakan bahwa IMF kurang optimis tentang pertumbuhan global. Mereka menyampaikan bahwa prospek pertumbuhan global masih akan lambat dan belum ada titik yang lebih jelas mengenai kebangkitan pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan global akan berada di 3% untuk tahun 2019, dan 3.4% untuk 2020. Hal ini mengalami kenaikkan sebesar 0.1% dari sebelumnya yang disampaikan oleh IMF yaitu 2.9% untuk 2019 dan 3.3% untuk 2020. Meskipun demikian, IMF memberikan catatan penting mengenai ketidakpastian ekonomi terbesar yang disoroti pada bulan October lalu telah meghilang. Sejauh ini beberapa resiko terkait dengan perang dagang antara Amerika dan China serta Brexit telah memudar. Brexit sendiri akan dilakukan pada tanggal 31 January tahun ini. Tentu hal ini akan mengurangi ketidakpastian yang telah lama cukup menggantung juga sehingga memberikan tekanan terhadap perekonomian global. IMF juga menyampaikan bahwa Bank Sentral diharapkan untuk terus mendukung ekonomi masing masing Negara. Kebijakan moneter harus terus mendukung pertumbuhan dan kondisi keuangan yang masih belum cukup kuat untuk berpijak. Sejauh ini tanda tanda yang muncul dari seluruh dunia memberikan gambar bahwa pertumbuhan global mungkin akan lebih stabil tahun ini. IMF berharap, kita semua berharap bahwa China dan Amerika akan mencapai kesepakatan perdagangan yang lebih luas dalam beberapa bulan mendatang, meskipun mereka baru saja menandatangani kesepakatan fase pertama. Tampaknya IMF setuju dengan pendapat kami yang mengatakan bahwa ketegangan mungkin saja akan kembali muncul antara Amerika dan China, oleh sebab itu IMF mengharapkan hal yang lebih banyak dari Amerika dan China terkait dengan kesepakatan yang lebih luas. Semakin luas kesepakatan, tentu hal itu akan memberikan iimplikasi positif terhadap pertumbuhan global, begitupun dengan pertumbuhan Amerika dan China. Namun menurut kami, tidak perlu memikirkan kesepakatan fase ke 2, pertama tama yang harus kita pikirkan adalah, apakah Amerika khususnya China mau untuk mulai konsistensi dan komitmen menjalankan kesepakatan fase pertama? Yuk berdoalah untuk itu!
2.MACRON DAN TRUMP, RASA ENGGA PERNAH BOHONG
Presiden Emmanuel Macron dan Trump setuju untuk melakukan gencatan senjata dalam perselisihan mereka terkait atas pajak digital yang itu artinya baik France maupun Amerika tidak akan mengenakan tarif khususnya tahun ini. Macron menyampaikan bahwa mereka akan bekerja sama pada kesepakatan yang baik untuk menghindari kenaikkan tarif. Sejauh ini, hal ini tentu saja menjadi berita positif bagi kita dan bagi dunia. Setelah Amerika dan China menandatangani kesepakatan, saat ini Macron melakukan gencatan senjata dengan Amerika. Bukannya apa, Uni Eropa adalah mitra dagang Amerika yang bahkan jauh lebih besar daripada China dalam hal rantai pasokan ekonomi, terutama di industry otomotif dan jasa keuangan. Apabila ada keributan maka hal tersebut akan memberikan impact yang lebih berbahaya terhadap perekonomian dunia. France dan Amerika akan melanjutkan negosiasi bersama dengan beberapa Mitra Eropa hingga akhir 2020 untuk menyetujui kerangka kerja global yang dimana kerangka tersebut memastikan bahwa Perusahaan teknologi membayar pajak dengan jumlah yang sesuai. Selanjutnya Amerika akan diwakilkan oleh Steven dan France akan diwakilkan oleh Bruno Le Maire, Menteri Keuangan France yang telah dijadwalkan bertemu pada hari Rabu di Davos. Sebagai kilas balik, hubungan perdagangan antara Amerika dan Uni Eropa mulai memburuk pada tahun 2018, yang dimana Pemerintahan Trump meminta pertimbangan terkait dengan pengenaan tarif baja dan aluminium dari Eropa. Hal ini yang menyebabkan, Uni Eropa sebagai sekutu militer Amerika menjadi marah, dan tentu saja segera membalas dengan pengenaan tarif yang lebih mahal terhadap beberapa merk seperti Harley-Davidson atau Levi Strauss. Sejak saat itulah, Amerika menolak untuk memulai negosiasi pemotongan tarif kecuali Eropa memasukkan sector pertanian di dalamnya sebagai bagian dari syarat negosiasi. Trump sendiri akan menyampaikan beberapa hal di Davos pada pertemuan tahunan dan akan menyampaikan beberapa hal terkait dengan Uni Eropa. Trump hanya mengatakan bahwa, Eropa dalam beberapa banyak hal, lebih sulit daripada China.
“Kami merekomendasikan ikuti lelang hari ini, apapun hasil lelang hari ini, akan memberikan implikasi terhadap pergerakan pasar obligasi,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (21/1/2020).

