ANALIS MARKET (13/1/2020) : IHSG Berpeluang Bergerak Bervariatif dengan Potensi Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at 10/01/2020, IHSG ditutup menguat 0.4 poin atau 0.01% menjadi 6.274. Sektor perdagangan bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 95 miliar rupiah.
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari:
1.PREPARE FOR THE BOOSTER
Kalau kita amati, pekan ini akan menjadi pekan yang cukup krusial bagi pergerakan pasar. Pasalnya konon katanya, kesepakatan yang dinanti nanti selama 19 bulan lamanya akan segera ditandatangan. Benarkah demikian? Kalau kita amati, pekan kemarin Liu He utusan dari China sudah setuju untuk datang menandatangani sebagai utusan dari Presiden Xi Jinping. Sebetulnya memang kalau kita amati pesan optimisnya sudah sampai sejak pekan lalu, namun situasi dan kondisi kali ini berbeda dari sentiment sentiment biasanya. Situasi dan kondisi Trade War ini sudah cukup banyak memberikan harapan angan angan palsu kepada semua orang terkait dengan kesepakatan perdagangan. Oleh sebab itu besar harapan para pelaku pasar dan investor untuk bisa melihat bahwa kesepakatan tersebut ditandatangani hitam diatas putih. Hal ini yang menjadi perhatian bagi para pelaku pasar dan investor, karena apabila hitam diatas putih, maka sudah SAH segala kesepakatan yang disepakati bersama antara Amerika dan China. Karena bukannya apa, sudah cukup sering Amerika dan China membatalkan kesepakatan bahkan diwaktu yang boleh dibilang cukup krusial. Hal ini yang membuat meskipun kesepakatan sudah terjadi secara lisan, tapi tidak akan sempurna tanpa tulisan. Mari kita beralih kepada sentiment geopolitik lainnya yang sedang hangat dibicarakan. Meskipun tensi antara Amerika dan Iran sedang memanas, tapi kami melihat bahwa lambat laun, mungkin apa yang disampaikan oleh Trump benar adanya. Demonstran Iran yang berkumpul untuk menyuarakan suaranya terkait dengan tewasnya salah satu pahlawan nasional, tiba tiba hilang begitu saja. Hal ini diakibatkan dengan adanya berita yang mengatakan bahwa pesawat yang menuju Ukraina yang tertembak merupakan kesalahan human error yang dilakukan oleh Angkatan Darat Iran. Sontak tentu saja, hal ini berubah menjadi kemarahan masyarakat Iran yang digunakan oleh Trump sebagai perubahan persepsi masyarakat Iran terhadap dirinya dan Amerika. Para demonstran yang turun ke jalan jalan pada hari Sabtu kemarin membuat Trump mengirimkan pesan di Twitter melalui Bahasa Persia dan Inggris yang meminta Teheran untuk mengizinkan kelompok kelompok Hak Asasi Manusia untuk melaporkan fakta yang terjadi di lapangan dan memperingatkan Pemerintah Iran bahwa dunia saat ini sedang menyaksikan. Pengunjuk rasa tersebut meneriakkan slogan slogan anti Pemerintah terhadap para pemimpin Republik Islam pada hari Sabtu kemarin. Para pengunjuk rasa, yang berjumlah antara 700 – 1.000 bahkan ada yang sudah tidak simpatik dengan tewasnya Jenderal mereka sebelumnya. Hal ini sedikit banyak, percaya atau tidak justru meredakan ketegangan antara Amerika dan Iran, karena disatu sisi Iran harus berusaha untuk menenangkan demonstrannya dan persepsi yang timbul akibat jatuhnya pesawat yang menuju ke Ukraina tersebut. Kedua moment ini boleh dibilang akan menjadi satu kesatuan sehingga memberikan peluang yang lebih besar kepada pasar global untuk merespon secara positif pergerakan pasar.
2.LEBIH DALAM MENGENAI KESEPAKATAN AMERIKA DAN CHINA
Dalam fase penandatanganan tahap pertama pada hari Rabu nanti, yang dimana ada komitmen antara kedua belah pihak, komitmen tersebut melingkupi komitmen China untuk menghormati kekayaan intelektual Amerika serta tidak memanipulasi mata uangnya. Namun disana juga ada ekspektasi Amerika terkait dengan peningkatan pembelian komoditas oleh China dari Amerika dalam bentuk produk pertanian sebesar $200 miliar yang akan memperbaiki deficit perdagangan. Namun seperti yang kita ketahui bersama, ternyata bukan hanya kita yang khawatir, tetapi juga dari pihak Amerika juga khawatir bahwa kesepakatan ini mungkin akan kembali gagal. Sejauh ini, Trump dan teamnya bersikeras bahwa kali ini perjanjian tersebut berbeda. Tidak seperti kesepakatan yang terjadi sebelumnya, yang ini merupakan sesuatu yang dapat ditegakkan, dan memiliki dampak ekonomi yang nyata dan langsung bagi China jika ada pelanggaran yang terjadi. Perwakilan Dagang Amerika, Robert mengatakan bahwa kita berharap bahwa China menaati kewajiban mereka dan dalam situasi dan kondisi apapun juga kesepakatan dengan mereka dapat ditegakkan. Hingga hari ini, beberapa orang di White House mulai memiliki keraguan tersendiri terkait dengan kesepakatan fase kedua akan terwujud. Tidak hanya itu saja, mereka juga ragu bahwa China bisa berkomitmen penuh hingga pemilihan 2020. Fase kedua mungkin saja data terjadi, namun apabila China berada di bawah tekanan yang membuat China kembali duduk di meja perundingan. Sejauh ini meskipun keraguan tetap ada, namun kami melihat bahwa kedua belah pihak masih memiliki komitmen untuk menyelesaikan konflik ini. Meskipun demikian, saat ini focus utamanya adalah menjaga agar kesepakatan tahap pertama dapat diselesaikan dengan baik. Permasalahan apakah akan ada fase kedua, biar waktu yang akan menjawabnya.
3.IMPOR SAWIT
Pembatasan Impor Sawit India dinilai menjadi satu alasan yang memicu perang harga CPO ke depan. India kembali membatasi impor minyak kelapa sawit olahan dari Malaysia setelah buntut protes keras terhadap Pemerintah Malaysia terkait persoalan Khasmir dan hukum kewarganegaraan di India. Kami menilai pembatasan impor minyak kelapa sawit olahan Malaysia tersebut dapat memberikan tekanan harga jual dimana Indonesa saat ini juga sebagai pemasok minyak kelapa sawit di negara produsen minyak nabati terbesar di dunia saat ini. Pada tahun lalu, Malaysia berhasil menyusul Indonesia sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar di India setelah berhasil meraih kesepakatan untuk tarif impor yang lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Pada tahun 2019, Malaysia mengekspor sekitar 3.9 juta ton minyak kelapa sawit ke India. Sebanyak 2,04 juta ton dari total ekspor tersebut merupakan palm olein atau minyak goreng. Harga minyak kelapa sawit acuan terus menguat sejak November akhir 2018, setelah ringgit Malaysia mulai menguat yang diikuti pelemahan pada harga minyak kedelai. Pergerakan harga minyak kedelai memang berkorelasi positif dengan harga CPO. Penyebabnya, dua komoditas tersebut bersifat substitusi antara satu dengan yang lain. Kala harga minyak kedelai melemah, harga CPO akan mendapat tekanan.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang untuk bergerak bervariatif dengan potensi melemah serta ditradingkan pada level 6.250 – 6.290,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (13/1/2020).

