ANALIS MARKET (04/9/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Mixed Cenderung Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment diperdagangan Rabu (04/9) pagi ini, diawali dari China, dimana Huawei Technologies, mengecam Pemerintah Amerika pada hari Selasa kemarin.
Huawei menuduh Washington mengatur kampanye untuk mengintimidasi karyawannya dan meluncurkan serangan cyber untuk masuk ke dalam jaringan internal Huawei.
Huawei juga mengklaim bahwa Pemerintah Amerika telah menginstruksikan Lembaga penegak hukum untuk mengancam dan berupaya memanipulasi karyawannya, namun Huawei tidak mengatakan bagaimana Huawei mendapatkan sumber informasi tersebut.
Tentu saja, akibat hal ini tensi hubungan antara China dan Amerika kembali memanas, apalagi menjelang pertemuan yang konon katanya akan terjadi pada hari Kamis esok. Meskipun kita tidak pernah tahu apakah pertemuan Kamis esok itu akan terjadi atau tidak.
Huawei juga mengatakan bahwa Amerika telah menggunakan semua opsi yang tersedia, termasuk kekuasaan yudisial dan administrative, serta sejumlah cara lainnya yang tidak bermoral untuk menggangu operasi bisnis normal Huawei dan mitranya.
Dalam beberapa bulan terakhir, memang Huawei menjadi titik tawar bagi Amerika dan China sebagai sebuah point kesepakatan diantara mereka.
Ditengah masuknya Huawei sebagai daftar hitam, tentu membuat pergerakan Huawei di Amerika menjadi terbatas.
Tidak hanya memasukkan kedalam daftar hitam, Amerika juga melakukan kampanye yang mengatakan untuk tidak menggunakan teknologi 5G, akibat bahaya resiko spionase.
Department Kehakiman Amerika masih menyelidiki dugaan pencurian paten oleh Huawei.
Namun sekali lagi untuk kesekian kalinya Huawei mengatakan bahwa mereka tidak pernah mencuri teknologi apapun dari Amerika.
Huawei hanya bisa mengatakan, bahwa kami mengutuk setiap fitnahan, serta upaya dari Pemerintah Amerika untuk mendiskreditkan Huawei.
Tidak ada perusahaan yang bisa menjadi pemimpin global di bidangnya melalui pencurian.
Usai dari China, mari kita jalan jalan ke India sejenak. India saat ini mungkin telah masuk ke dalam resesi quasi dimana saat ini pertumbuhan ekonomi India telah jatuh.
Penurunan pertumbuhan merupakan yang pertama kalinya sejak 2012, yang dimana menambah kekhawatiran tentang prospek perekonomian di Negara Bollywood tersebut.
Penjualan mobil juga mengalami penurunan terdalam dalam kurun waktu 2 decade terakhir. Indikator high frequency dari Bloomberg menyarankan bahwa kegiatan ekonomi terus melemah pada bulan July, dengan investasi dan konsumsi keduanya jatuh.
Akan penurunan ekonomi tersebut, kami melihat bahwa Bank Sentral India masih memiliki ruang yang lebih besar untuk menurunkan tingkat suku bunga hingga akhir tahun untuk memberikan stimulus perekonomian untuk mendorong pertumbuhan.
Adapun sentiment selanjutnya dating dari pernyataan Trump, yang mengatakan bahwa Dia berusaha untuk mendorong China untuk melakukan kesepakatan sebelum pemilihan Presiden Amerika yang terjadi pada November 2020 tahun depan. Karena apabila Trump terpilih kembali, maka kesepakatan akan menjadi lebih sulit.
Dia mengatakan dalam tweetnya, Pikirkanlah China, apa yang akan terjadi ketika saya menang. Kesepakatan akan menjadi lebih SULIT.
Trump mengatakan bahwa dia telah melakukan negosiasi dengan baik Bersama China. Trump yakin, China akan “senang berurusan dengan Pemerintah yang baru”.
Tweet tersebut muncul dari jempolnya ketika para pejabat Amerika dan China tengah berjuang untuk menyepakati jadwal pertemuan yang direncanakan di awal bulan ini yang jatuh pada hari Kamis esok.
Ditengah tengah ketikan dan cuitan Trump, data ekonomi baru Amerika di hari Selasa menunjukkan pelemahan ekonomi Amerika, yang mendorong saham saham Amerika mengalami penurunan.
Tidak hanya itu saja, laporan aktivitas pabrik Amerika secara tak terduga mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir, yang diakibatkan oleh penyusutan pesanan dan produksi yang mendorong Manufacture turun ke level terendahnya sejak January 2016.
Ini akan menjadi sandungan bagi Trump, ditengah tengah keinginannya untuk berperang melawan China dengan kebaikkan Amerika.
Dari dalam negeri, BI menyatakan bahwa kebijakan dari penurunan suku bunga pada bulan Agustus 2019 diharapkan dapat membawa aliran dana masuk ke Indonesia.
Namun berdasarkan data yang kami peroleh dari Bloomberg, aliran modal pada pasar saham dan pasar obligasi cenderung keluar.
Meskipun dalam satu minggu terakhir pasar obligasi mencatatkan pembelian bersih dari investor asing sebanyak 1.519 miliar rupiah.
Stabilitas dan tingginya yield dari obligasi pemerintah berjangka 10 tahun dinilai masih menarik untuk saat ini bagi investor asing.
Kami melihat BI masih cukup percaya diri dan memiliki ruang hingga akhir tahun untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Stabilitas rupiah kali ini perlu mendapat apresiasi.
Selain intervensi dari bank sentral, kami melihat pondasi fundamental hingga akhir tahun 2019 jauh lebih baik dari pada tahun 2018.
Sehingga kami memproyeksikan Rupiah tidak begitu banyak mengalami pergerakan hingga akhir tahun maupun dalam akhir pekan ini.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak mixed cenderung melemah dan ditradingkan pada level 6.242 – 6.310,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (04/9/2019).

