ANALIS MARKET (24/9/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, lagi-lagi pasar obligasi seperti hidup segan mati tak mau.

Antara sentiment dengan kekhawatiran membuat pasar obligasi kembali mengalami pergerakan yang stagnan.

Apalagi dengan hadirnya lelang yang diadakan hari ini, sehingga membuat para pelaku pasar dan investor lebih suka menunggu kemarin untuk mengikuti lelang hari ini.

Fokus utamanya adalah tentu meminta imbal hasil yang lebih besar, ditengah tingginya ketidakpastian tersebut.

Kami melihat total penawaran yang masuk mungkin tidak akan sebesar biasanya, namun kami justru berharap bahwa lelang kali ini sebagai sebuah pembuktian bahwa pasar obligasi masih dipercaya oleh asing, setidaknya untuk jangka waktu yang Panjang.

Lebih lanjut analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Selasa (24/9) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.

Adapun sentiment yang menjadi sorotan investor akan di awali berita dari cerita Amerika dan China seperti biasa. Wakil Perdana Menteri China, Liu He, mengatakan akan menuju ke Washington minggu depan untuk mengadakan pembicaraan perdagangan bersama dengan Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin.

Berita baiknya adalah bahwa kunjungan delegasi China ke peternakan di Amerika telah dijadwalkan ulang. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang sangat baik, apabila China mau menjadwalkan ulang pertemuan tersebut, bahwa ada harapan disana.

Harapan ini menjadi sesuatu yang sangat penting karena bisa memberikan potensi bahwa akan ada kesepakatan, meskipun kesepakatan dalam jumlah kecil.

Liu He berencana untuk mengunjungi peternakan pada pertemuan antara Amerika dan China pada bulan October setelah konfrensi tingkat tinggi yang akan diadakan pada tanggal 10 October.

Namun pembatalan kemarin yang telah terjadi, ada gossip dibalik pembatalan tersebut.

Pasalnya, acara kunjungan China ke peternakan Amerika batal karena Mnuchin yang meminta delegasi China untuk membatalkan pertemuan dengan petani Amerika yang telah dijadwalkan sebelumnya.

Dan tampaknya Trump cukup terkejut mendengar berita ini, karena pembicaraan tersebut terjadi ditengah tengah pertemuan bilateral dengan PBB dan hadirnya Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Trump mengatakan kepada Steven, mengapa kami yang meminta untuk membatalkan?

Wartawan melihat reaksi Trump ini sebagai ketidaksenangan atau justru mulai gelisah akibat pembatalan tersebut terjadi karena sisi Amerika.

Mnuchin mengatakan bahwa kami tidak ingin ada kebingunan tentang masalah perdagangan. Trump kembali menjawab, tapi saya ingin mereka membeli produk pertanian lebih cepat.

Mnuchin kemudian menanggapi lagi bahwa tidak ada masalah, China telah berkomitmen untuk membeli produk pertanian, dan mereka akan melakukan itu.

Trump akhirnya mengatakan bahwa China telah berkomitmen untuk membeli banyak produk pertanian, dan mereka akan memulai, namun kita harus membawa China kesana sesegera mungkin agar China dapat memulai membeli. Ketidakjelasan berita di hadapan wartawan membuat Trump dan Mnuchin tidak memiliki kesamaan pandangan terkait hal tersebut.

Tidak hanya masalah mengenai pembatalan pertemuan kemarin, namun termasuk diantaranya manipulasi mata uang oleh China, kekhawatiran terhadap teknologi Huawei, dan pengaturan tentang negosiasi dengan Iran.

Sejauh ini, data yang keluar dari Amerika, terkait dengan Manufacture, Services, dan Composite PMI memberikan pengharapan bahwa sinyal resesi yang akan terjadi di Amerika mungkin bisa dianggap berlebihan.

Karena data yang keluar justru memberikan sinyal yang positif bahwa ekonomi Amerika masih bisa berjalan stabil. Berbeda apabila kita bandingkan dengan data ekonomi China yang keluar yang terus mencatatkan kinerja yang negative, bahkan dalam kurun waktu rentang 8 tahun terakhir.

Namun demikian, meskipun data yang keluar positif, Presiden The Fed untuk St. Louis James Bullard mengatakan bahwa mungkin perlu melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut untuk mengimbangi resiko konflik perang dagang dan inflasi yang terlalu rendah.

Saat ini seluruh Bank Sentral di dunia sudah mulai bergerak ke arah yang sama, yaitu pelonggaran moneter yang dimana bertujuan untuk memberikan stimulus terhadap perekonomian.

Pertanyaannya adalah, ketika kebijakan moneter tidak lagi memberikan pengaruh yang besar, apakah akan ada stimulus dari kebijakan fiscal? Hal ini tentu patut kita nantikan, karena kombinasi keduanya tentu akan memberikan impact yang lebih besar.

Sebagai penutup, Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa yang terpilih untuk menggantikan Mario pada tanggal 1 November nanti mengatakan bahwa tarif yang diberikan oleh Amerika dan China membuat pertumbuhan ekonomi global 2020 berpotensi turun 0.8%.

Christine mengatakan bahwa saat ini perang dagang merupakan salah satu ancaman terbesar bagi ekonomi global. Semakin lama ini terjadi, akan semakin besar ketidakpastian yang akan muncul. Dan ketika Anda merupakan salah satu perusahaan, baik kecil, menengah, maupun besar, anda tentu tidak akan berinvestasi. Anda akan cenderung untuk menunggu.

Tidak hanya antara Amerika dan China, terakhir Trump juga memberikan tekanan terhadap beberapa Perusahaan di Eropa terkait dengan tuduhan Perusahaan Eropa telah melakukan tindakan proteksionis.

Kami melihat bahwa harapan untuk kembali bersama cukup besar, namun kami melihat bahwa hal itu tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (24/9/2019).