ANALIS MARKET (23/9/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada akhirnya kami melihat pasar obligasi mulai memasuki fase konsolidasi untuk saat ini.
Dengan pemotongan tingkat suku bunga The Fed dan BI Rate yang seharusnya menjadi booster bagi pasar saham dan obligasi, namun pada kenyataannya tidak demikian.
Pasar cenderung khawatir dengan situasi dan kondisi global yang saat ini sedang terjadi. Oleh sebab itu, kami melihat bahwa pasar saat ini cenderung wait and see, dan tidak berani mengambil resiko lebih besar.
Oleh sebab itu, kami melihat adanya peralihan dana, dari saham masuk ke dalam pasar obligasi. Meskipun baik saham maupun obligasi, keduanya sejak awal tahun masih mencatatkan capital inflow.
Pertanyaannya adalah, apakah kita, Indonesia, hanya bergantung dengan pemotongan tingkat suku bunga saja untuk menstimulus perekonomian kita? Ataukah kebijakan fiscal akan turut andil dalam menstimulus perekonomian? Karena kalau hanya pemotongan tingkat suku bunga, akan cukup berat menghadapi tahun depan yang dimana ancaman resesi kian semakin nyata.
Lebih lanjut analis Pilarmas menyebutkan, mengawali pekan terakhir bulan September ini, Senin (23/9), pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Mengawali awal pekan ini, cukup banyak sentiment yang dapat kita dapatkan guna mempertimbangkan pergerakan pasar selama sepekan kedepan.
Kita awali berita dari hubungan antara China dan Amerika yang kembali memanas. Delegasi China kemarin telah membatalkan kunjungannya ke daerah peternakan di Amerika, yang sebelumnya telah direncanakan untuk mengunjungi daerah peternakan tersebut.
Pembatalan China untuk berkunjung ini sebagai reaksi 1 jam sebelumnya Trump mengatakan bahwa Trump tidak tertarik untuk membuat kesepakatan parsial dengan China.
Alhasil, aura pesimis mulai kembali bertebaran yang membuat S&P 500 mengalami penurunan 0.7% diikuti dengan Nasdaq composite yang turun 1.2%. Padahal kami melihat bahwa seberapa pun kecilnya kesepakatan yang dapat terjadi antara Amerika dan China, dapat memberikan angin sorga bagi pasar global. Namun tampaknya ego masih menjadi pemisah diantara keduanya.
Meskipun demikian, Amerika dan China dijadwalkan untuk bertemu pada tanggal 10 October yang dimana akan menjadi pertemuan konfrensi tingkat tinggi. Sebelumnya Sekretaris Pertanian Amerika Sonny Perdue mengatakan bahwa kunjungan China ke daerah Pertanian di Amerika merupakan isyarat niat baik oleh China.
Namun apa daya, ternyata kunjungan tersebut telah dibatalkan. Dalam pertemuannya dengan wartawan Bersama dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Trump mengatakan bahwa perselisihan Trump dengan China tidak akan menyurutkan semangatnya untuk mengikuti pemilu 2020 nanti.
Trump tidak akan menyerah untuk mendapatkan kesepakatan penuh dengan China. Trump kembali mengatakan bahwa dia memiliki hubungan yang luar biasa dengan Xi Jinping, meskipun saat ini keduanya sedang dalam pertengkaran.
Namun apakah Xi Jinping menganggap bahwa Xi memiliki hubungan yang luar biasa dengan Trump? Sesuatu yang patut untuk dipertanyakan untuk saat ini. Kantor perwakilan dagang Amerika mengatakan bahwa Amerika berharap bisa menjadi tuan rumah dalam negosiasi tingkat tinggi nanti pada bulan October.
Pertemuan level wakil Menteri telah berjalan dengan baik dan sangat konstruktif diantara Amerika dan China.
Ditengah himpitan akan perlambatan ekonomi global, India kembali melakukan stimulus ekonomi dengan melakukan pemotongan pajak sebesar $20 miliar bagi para Perusahaan.
Hal ini mendorong India menjadi salah satu Negara yang memiliki pajak terendah di Asia. Perusahaan domestic akan membayar pajak sebsar 22% atas penghasilan mereka mulai 1 April 2019 yang dimana sebelumnya berada di level 30%.
Upaya pemotongan pjak ini membuat S&P BSE Sensex naik 5.3% di Mubai, kenaikkan ini merupakan tertinggi dalam 1 decade.
Fokus berikutnya adalah Komite Kebijakan Moneter India akan melakukan pengumuman keputusan berikutnya pada 4 October nanti. Kami melihat bahwa masih ada ruang bagi Bank Sentral India untuk melakukan pemangkasan tingkat suku bunganya guna mendorong pertumbuhan ekonominya.
Goldman Sachs kemarin mengatakan bahwa volatilitas pasar akan mengalami kenaikkan sebesar 25% lebih tinggi pada bulan October. Hal ini diperhitungkan sejak tahun 1928.
Mereka mengatakan bahwa volatilitas pada bulan October lebih dari sekedar sebuah kebetulan.
Indeks VIX telah berayun ke level tertinggi tahun ini pada August ketika perang perdagangan meningkat. Oleh sebab itu kami juga melihat hal ini akan mempengaruhi tingkat volatilitas yang ada di pasar emerging market.
Fokus utamanya adalah menjaga agar kita semua tentu bisa mengikuti pergerakan volatilitas yang terjadi di pasar.
Selain itu, tampaknya kita juga harus bersiap untuk kemungkinan terburuknya, karena kami melihat China juga akan meladeni perang dagang ini untuk jangka waktu yang Panjang, setidaknya sampai Pemilu Presiden di Amerika 2020 mendatang.
Kesabaran akan menjadi kunci dari perjuangan China apabila mereka mau meladeni perang dagang ini. Fokus berikutnya adalah Presiden The Fed akan melakukan Konfrensi Pers.
Hari ini Presiden Fed New York, John Williams dan Presiden Fed San Francisco Mary Dally akan menyampaikan pidatonya hari ini. Kita nantikan juga kira kira akan kemana arah kebijakan The Fed selanjutnya.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (23/9/2019).

