ANALIS MARKET (19/9/2019) : IHSG Berpeluang Mixed
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pelaku pasar mencermati beberapa sentimen, diawali berita dengan kegembiraan karena The Fed telah memangkas tingkat suku bunganya semalam.
Sesuatu yang selama kita nantikan pada akhirnya berbuah menjadi manis. The Fed pada akhirnya telah memangkas tingkat suku bunganya kemarin, dan ini merupakan pemotongan yang kedua pada tahun ini.
Hal ini dilakukan The Fed sebagai bagian dalam tanggapan The Fed terhadap resiko yang meningkat dari kebijakan perdagangan Amerika dan perlambatan pertumbuhan global.
Kesepakatan dagang yang belum usai dengan China merupakan akar permasalahan dari ini semua.
Dalam Fed Plot yang disampaikan kemarin, terlihat bahwa ini akan menjadi pemotongan yang terakhir tahun ini, dan mungkin akan berlanjut pada tahun depan.
Tujuan dari pemotongan tingkat suku bunga ini juga disampaikan oleh Powell adalah untuk mengatur tingkat management resiko, dan tentunya menjaga fase ekspansi untuk terus berjalan.
Powell juga mengatakan bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga sebanyak yang diperlukan.
Hal ini merupakan sebuah pembuktian yang telah disampaikan Powell sebelumnya, bahwa Powell dan The Fed akan melakukan apapun untuk menjaga fase ekspansi ekonomi di Amerika terus berjalan, dan itu telah dllakukannya dengan memangkas tingkat suku bunga untuk yang kedua kalinya.
Sejauh ini dari 17 pejabat The Fed, 7 diantaranya meminta penurunan tingkat suku bunga yang lebih pada pertemuan The Fed yang dilaksanakan pada bulan Desember.
Perbedaan pendapat terus bergulir diantara para pejabat The Fed. Dan untuk pertama kalinya semalam, ada 3 perbedaan pendapat yang bisa disimpulkan Ester George dari Kansas City, dan Eric Rosengren dari Boston bersikap lebih hawkish.
Jim Bullard dan St Louis menginginkan pemotongan tingkat suku bunga yang lebih besar namun ada juga yang menginginkan bergerak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Namun Powell mengatakan bahwa tidak tidak terganggu dengan perbedaan pendapat.
Powell juga mengingatkan bahwa meksipun secara Fed Plot tidak ada penurunan tingkat suku bunga lagi tahun ini, namun jangan terlalu melihat Fed Plot sebagai acuan.
Karena semuanya akan berubah dengan cepat sesuai situasi dan kondisi yang terjadi.
Komite juga mengatakan bahwa pertumbuhan masih akan meningkat tahun ini, dan inflasi diperkirakan akan bergerak sesuai dengan sasaran menuju 2%.
Tidak hanya memangkas tingkat suku bunga, tapi The Fed juga telah menurunkan tingkat suku bunga pada tingkat cadangan berlebih dan tingkat pembelian overnight repurchase rate atau repo sebesar 30 bps.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dalam mengendalikan ketegangan di pasar keuangan yang terjadi kemarin.
Namun penurunan tingkat suku bunga yang dilakukan semalam masih membuat para pelaku pasar tidak senang termasuk Trump yang langsung mengetikkan tweets dengan jempol saktinya.
Trump mengatakan bahwa The Fed dan Powell tidak memiliki nyali, tidak masuk akal, dan tidak memiliki visi. Namun Powell kembali membuat pernyataan bahwa, pemotongan tingkat suku bunga merupakan bagian dari hal yang perlu dilakukan oleh The Fed untuk menjaga fase ekspansi ekonomi Amerika saat ini.
Dan pemontongan tersebut sebetulnya dilakukan karena adanya perang dagang.
Oleh sebab itu, Powell menekankan bahwa kebijakan perdagangan bukan urusan The Fed. Tetapi kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh Trump merupakan sesuatu hal yang membebani prospek ekonomi.
Atas berita pemangkasan tingkat suku bunga The Fed tentu saja membuat kami senang, mengapa demikian? Karena potensi pemangkasan tingkat suku bunga BI Rate 7DRR akan semakin besar hari ini.
Kami juga sudah menyampaikan sebelumnya bahwa apabila pemotongan tingkat suku bunga The Fed benar terjadi, hal ini akan membuat probabilitas pemontongan Bi Rate 7DRR akan bertambah besar dan itu menjadi kenyataan hari ini.
Ditambah ancaman akan perlambatan ekonomi global, tentu akan membuat Guberur Bank Indonesia memberikan stimulus kembali.
Untuk berjuang mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5%, tentu akan membutuhkan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih besar.
Selain itu juga, kami melihat bahwa inflasi masih terjaga dengan stabil, dan masih dalam ruang lingkup target inflasi tahunan.
Oleh sebab itu, apabila Bank Indonesia benar benar memangkas tingkat suku bunga, hal ini akan menjadi booster bagi pergerakan indeks dan pasar obligasi hari ini.
Perekonomian dalam negeri saat ini masih dalam kondisi yang dinilai cukup berisiko guna menghadapi dampak dari perlambatan ekonomi global. Indikator penting yang menunjukkan stabilitas fundamental dalam negeri saat ini dinilai belum menarik bagi investor asing untuk kembali masuk.
Kami melihat tekanan ekonomi global akibat perang tarif cukup berdampak negatif bagi stabilitas ekspor Indonesia.
Secara akumulatif, ekspor dari januari hingga Agustus turun 8.28% YoY, selain itu Indeks Manufaktur PMI yang mengalami penurunan cukup siginifikan sejak Mei 2019 dan saat ini berada pada level 49.0.
Dari data tersebut, kami melihat adanya perlambatan pada industri manufaktur sehingga berdampak pada penurunan aktifitas produksi.
Namun hal lain memberikan sedikit pemanis dari pasar dalam negeri, stabilitas rupiah pada tahun 2019 patut mendapat apresiasi.
Upaya BI untuk menjaga stabilitas moneter meningkatkan optimisme investor domestik.
Penurunan CDS 5 tahun juga ikut mendorong penguatan rupiah dan harga obligasi pemerintah. Sehingga kami menilai saat ini investor domestik lebih mendominasi perdagangan IHSG.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak mixed dan ditradingkan pada level 6.230 – 6.290,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (19/9/2019).

