ANALIS MARKET (12/9/2019) : Harga Obligasi Diproyeksi Bervariasi
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kembali mengalami pelemahan kemarin setelah sebelumnya berusaha untuk menguat.
Pelemahan ini didukung dari tidak kuatnya volume transaksi yang berada di pasar, serta masih adanya keraguan mengenai ketidakpastian global.
Melemah namun tidak banyak, masih dalam koreksi yang cukup sehat. Meskipun secara garis besar, Menteri Keuangan menyampaikan bahwa imbal hasil obligasi berpotensi untuk berada di bawah 7% yang didukung oleh capital inflow yang akan kembali masuk ke pasar modal Indonesia.
Asalkan kami hanya mengingatkan, bahwa jangan terlena dengan situasi dan kondisi capital inflow ke pasar modal. Doronglah capital inflow tersebut untuk masuk ke dalam sector riil, sehingga dapat memberikan efek positif jangka panjang.
Lebih lanjut, analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Kamis (12/9/2019) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan pergerakan rentang harga 25 – 65 bps. Sentimen apapun akan menjadi penggerak bagi pasar obligasi hari ini.
Sementara itu, seperti biasa, sentiment akan di awali dari China, yang dimana akan mulai menerapkan langkah langkah untuk mengurangi dampak perang dagang.
Langkah langkah tersebut akan menguntungkan beberapa perusahaan baik dari Amerika maupun dari China.
Dan pada akhirnya, China telah meluncurkan daftar pertama untuk pembebasan tarif atas barang barang dari Amerika, termasuk minyak pelumas dasar. Komite Tarif Dewan Negara mengatakan daftar pengecualian tersebut juga termasuk obat Kanker dari Amerika dan obat nyamuk.
Pengecualian ini akan dimulai 17 September 2019 hingga 16 September 2020, dan tentu saja daftar pengecualian ini bukan menjadi yang terakhir, karena China akan terus meninjau beberapa hal lainnya untuk pembebasan tarif dan mengumumkan tahapan daftar lainnya nanti.
Tentu hal ini akan menjadi sisi yang positif bagi pasar, karena satu dari kedua Negara tersebut sudah mulai mengalah.
Mengalah tentu bukan berarti kalah. Mengalah untuk kemenangan, itulah yang disebut dengan berjiwa besar.
Hal ini akan direspon positif oleh pasar hari ini, karena akan menjadi vitamin yang ditunggu oleh para pelaku pasar dan investor.
Pengecualian yang akan dilakukan akan mencakup 16 kategori produk senilai $1.65m.
Pertemuan dengan antara Wakil Menteri akan dimulai dalam waktu dekat ini, sebelum pada akhirnya kedua delegasi akan bertemu pada bulan October nanti.
Ditengah kemesraan yang timbul, Trump lagi lagi melanjutkan serangan terhadap The Fed yang dimana Trump menuduh The Fed telah memperlambat perekonomian Amerika.
Trump juga mengatakan bahwa The Fed harus memangkas tingkat suku bunga menjadi nol atau bahkan menjadi negative.
Tidak hanya itu saja, Trump mengatakan bahwa utang juga harus diperpanjang. Sebagai informasi Amerika memiliki utang $22.5T, dimana $16.7T diantaranya dipegang oleh public. Beban utang telah tumbuh $2.6T atau 13% dibawah pemerintahan Trump.
Trump mengatakan tidak akan ada inflasi. Powell dan The Fed tidak melakukan apa yang telah dilakukan Negara lain, yaitu melakukan penurunan tingkat suku bunga. Dan kesempatan itu telah terlewat akibat keras kepala Powell dan The Fed.
Fokus utamanya saat ini adalah pertemuan FOMC meeting yang akan berlangsung pekan depan, karena disana ada potensi pemangkasan tingkat suku bunga meskipun masih belum pasti akan terjadi.
Pernyataan Trump langsung ditanggapi oleh Gubernur Fed Lael Brainard yang dimana mengatakan bahwa saya tidak melihat suku bunga negative akan menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kami saat ini.
Powell dan rekan rekannya enggan untuk mengikuti Eropa dan Jepang dimana tingkat suku bunganya berada di area negative, tidak peduli apapun yang dilakukan oleh Trump ataupun seberapa buruk ekonomi Amerika nantinya.
Para pelaku pasar dan investor diperkirakan akan wait and see hari ini karena akan focus terhadap pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan diadakan hari ini.
Kami melihat bahwa ada kesempatan dimana Bank Sentral Eropa akan menurunkan tingkat suku bunga, dan berpotensi untuk menawarkan lebih banyak stimulus, setidaknya 0.5% penurunan tingkat suku bunga berpotensi terjadi.
Tentu saja, tidak sampai disitu, kami juga menantikan langkah apa yang akan diambil oleh Bank Sentral Eropa terkait dengan Quantitative Easing tahap 2 nanti, karena tentu saja akan mempengaruhi arus capital inflow yang mungkin saja terjadi di Emerging Market tidak terkecuali Indonesia.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (12/9/2019).

