ANALIS MARKET (27/8/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi pada akhirnya masih mengalami penurunan setelah sebelumnya mencoba untuk bertahan di zona penguatan, dan hal ini tentunya seperti yang kami perkirakan sebelumnya.
Tekanan global yang kuat, membuat pasar obligasi tidak berdaya. Tidak seperti Negara maju pada umumnya, ketika saham melemah dan para pelaku pasar berpindah ke pasar obligasi, Negara berkembang seperti Indonesia akan merasakan dua dampak yang berat.
Dampak terhadap pasar saham, dan yang kedua dampak terhadap pasar obligasi. Penurunan akan terjadi karena kekhawatiran investor asing khususnya terkait dengan situasi dan kondisi global yang saat ini tengah terjadi yang membuat mereka melepas kepemilikan asset berdenominasi Rupiah sehingga berpotensi untuk menekan Rupiah lebih dalam.
Lelang hari ini berpotensi mendatangkan total penawaran yang lebih rendah daripada biasanya, ditengah tengah situasi dan kondisi saat ini, para pelaku pasar dan investor pasti akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga membuat harga di pasar sekunder akan mengalami penurunan kembali.
Dan yang paling penting adalah, para pelaku pasar dan investor akan mencermati dan berfikir dua kali sebelum mereka masuk ke dalam pasar modal Indonesia.
Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (27/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas.
Adapun sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar, di awali dari China dan Amerika, yang tampaknya cerita mereka akan mengalahkan sinetron Indonesia untuk pertama kalinya.
Setelah sebelumnya China memberikan tariff terhadap Amerika, Trump juga melakukan hal yang sama di sore harinya dengan membalas respon China tersebut dengan kembali menaikkan tarifnya.
Namun tidak hanya menaikkan tariff kembali terhadap China, namun Trump juga mengatakan bahwa Trump telah memerintahkan Perusahaan Amerika yang berada di China untuk mulai mencari alternative untuk keluar dari China dan meminta Perusahaan tersebut untuk kembali ke Amerika dan membuat produknya disana.
Dalam hal ini taruhannya sangat inggi, karena Perusahaan Amerika telah menginvestasikan uang dengan total $256 miliar di China sejak dari tahun 1990 hingga 2017, sedangkan China baru menginvestasikan uangnya senilai $140 miliar dengan tahun yang sama.
Memang kalau kita melihat lebih dalam, Perusahaan Amerika mulai sedikit demi sedikit mulai menggeser operasinya dari China, mungkin kalau kita ingat, beberapa waktu yang lalu Perusahaan Amerika juga mulai menghentikan produksinya di China sekitar 30% dan mulai mencari Negara lain sebagai tempat tujuan investasi.
Namun meskipun Trump meminta Perusahaan Amerika berpindah, namun pada kenyataannya tidak semudah itu. Menghentikan proses produksi akan membutuhkan waktu lebih lama.
Lagi pula pasar China terus berkembang dan dinamis, kami melihat para Perusahaan Amerika meskipun tertekan namun akan bertahan.
Ada 3 hal yang setidaknya dapat terjadi apabila kesepakatan antara Amerika dan China tidak kunjung usai.
- Amerika akan mengenakan lebih banyak tariff yang dimana ini juga membuat implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi global.
- Trump dapat memberlakukan China seperti Iran dan memberikan sanksi yang kita kenal dengan National Emergency. Secara hukum Amerika menyebutnya the International Emergency Economic Powers Act, or IEEPA. Titik serangan Amerika akan berada pada China yang dituduh telah mencuri kekayaan intelektual Perusahaan Amerika sehingga Trump memberikan keadaan National Emergency.
- Federal procurement curbs, ini merupakan pilihan terakhir. Opsi ini tidak memerlukan tindakan kongres, sehingga peraturan ini melarang Perusahaan Amerika untuk mendapatkan kontrak federal yang dimana apabila Perusahaan tersebut beroperasi di China.
Perkembangan terakhir yang cukup mengejutkan kami adalah ada 2 berita yang beredar, dan memiliki makna yang berbeda. Pertama Trump mengatakan bahwa China pada akhirnya ingin membuat kesepakatan dengan Amerika.
Trump yakin bahwa China tidak punya pilihan akan hal itu. Trump menyampaikan bahwa pada hari Senin malam, Trump mengatakan bahwa pejabat perdagangan Amerika menerima panggilan dari China yang menyatakan bahwa China telah bersiap untuk kembali ke meja perundingan.
Trump mengatakan bahwa China telah terluka cukup parah, namun China melakukan yang benar untuk dilakukan dan Trump sangat menghormatinya. Ini merupakan perkembangan yang sangat positif bagi dunia kata Trump.
Dia juga mengatakan bahwa Liu He, wakil Perdana Menteri China ingin membuat kesepakatan itu dibuat dan dalam kondisi tenang.
Tentu Trump setuju dengan Liu He bahwa kesepakatan harus dibuat dalam keadaan tenang.
Namun lucunya, dan seperti yang sudah kami perkirakan sebelumnya bahwa kita merupakan bagian dalam permainan Amerika dan China adalah di China, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Geng Shuang mengatakan bahwa Dia tidak mengetahui bahwa ada panggilan telepon antara kedua belah pihak yang telah terjadi.
Hal ini juga di dukung oleh pernyataan oleh Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times China yang mengatakan bahwa negosiator perdagangan tingkat atas tidak berbicara melalui telepon dalam beberapa hari terakhir.
Hu juga menambahkan bahwa China tidak akan mengubah posisinya, dan China tidak akan menyerah pada tekanan Amerika. China telah kehilangan Amerika, setelah Amerika melakukan tarif, daftar hitam Huawei, permusuhan politik, dan peristiwa di Hongkong.
China tidak akan kehilangan apa apa lagi, sementara Amerika baru saja mulai kehilangan China.
Hal ini juga didukung oleh surat kabar People’s Daily yang mengatakan bahwa China akan menindaklanjuti dengan tindakan pembalasan, dan akan memerangi perang perdagangan hingga akhir.
Kami melihat bahwa Trump tampaknya cukup peduli dengan keadaan bursa saham Amerika dan global, sehingga Trump memberikan angin sorga kepada para pelaku pasar. Namun apakah itu kenyataan atau pepesan kosong, kita tidak akan pernah tahu. Karena ini semua hanyalah permainan antara Amerika dan China.
Dari pertemuan G7 juga diketahui bahwa Jepang dan Amerika telah mencapai kesepakatan perdagangan.
Hal ini disampaikan oleh Trump yang mengatakan bahwa Jepang akan membeli jagung dan gandum dari Amerika, dan kesepakatan tersebut dapat di tandatangani di hadapan Majelis umum PBB.
Ditengah tengah situasi dan kondisi yang kian tidak pasti, dipangkasnya tingkat suku bunga membuat bantalan Indonesia menjadi berkurang.
“Oleh sebab itu, kami melihat bahwa pasar masih akan terus bergejolak hingga ada kepastian diantara Amerika dan China. Kami merekomendasikan jual hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (27/8/2019).

