ANALIS MARKET (23/8/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Mixed Cenderung Melemah
Pasardana.id - Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment yang menjadi sorotan investor di akhir pekan di awali dari Eropa.
Para pejabat Bank Sentral Eropa semakin khawatir bahwa investor telah kehilangan kepercayaan terhadap ECB untuk meningkatkan inflasi di zone tersebut.
Dalam pernyataannya Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa komunikasi diperlukan untuk mencapai keseimbangan yang hati hati antara satu sisi dengan sisi yang lain, terutama dengan memberikan signal negative yang berlebihan terkait dengan ekonomi.
Namun di sisi lain juga harus efektif untuk meredam beberapa pengamat Bank Sentral Eropa, bahwa Bank Sentral Eropa tidak memiliki instrument yang diperlukan untuk mengamankan konvergensi dan tujuan inflasi, dalam jangka waktu menengah.
Bank Sentral Eropa juga sudah merencanakan pinjaman baru ke bank untuk menjaga agar uang masih terus mengalir masuk ke dalam ekonomi Eropa, mulai dari pemotongan tingkat suku bunga hingga babak baru pelonggaran kuantitatif.
Permasalahannya muncul karena tingkat suku bunga deposito Bank Sentral Eropa sudah pada rekor terendahnya, sehingga tidak jelas juga menurut kami bagaimana cara Bank sentral Eropa dapat mengatasi Batasan yang diberlakukan sendiri pada pembelian obligasi.
Pada pertemuan tersebut, anggota Dewan Pemerintahan secara luas setuju bahwa penurunan ekspektasi inflasi menjadi penyebab kekhawatiran dan bahwa perlambatan ekonomi Kawasan euro cenderung menjadi kekhawatiran, dan bahwa perlambatan ekonomi Kawasan euro cenderung lebih panjang dari yang diperkirakan.
Prospek perdagangan tetap buruk, dan para pejabat Bank Sentral Eropa melihat adanya tekanan yang masih akan terus berlanjut pada sector manufacture. Investor akan melihat kembali lebih jauh terhadap pemontongan tingkat suku bunga yang akan dilakukan pada 12 September nanti, kami melihat ada potensi yang cukup besar bagi Bank Sentral Eropa untuk melakukan pembelian asset dalam skala besar yang akan dimulai kembali.
Bank Sentral Eropa mengatakan bahwa mereka sedang memikirkan bagaimana dengan opsi kebijakan dan tanggapan yang harus disampaikan, termasuk langkah langkah mitigasi, khususnya untuk menjaga dari rasa sakit terhadap suku bunga yang negative.
Pertemuan Bank Sentral Eropa bulan depan akan menjadi sangat penting karena saat ini Jerman tengah berada di penghujung resesi, setelah laporannya didapati terjadi kontraksi.
Resiko masih terus berlanjut, salah satunya termasuk Brexit yang berantakan yang dimana akan berada di titik terakhir pada tanggal 31 October dan belum ditambah dengan adanya tekanan dari Trump terhadap Eropa.
Pelonggaran Bank Sentral akan menjadi sesuatu yang dinanti ditengah tengah semua Bank Sentral di dunia tengah bersiap untuk melakukan pelonggaran akibat ketegangan perang dagang yang masih terus berlangsung.
Tentunya penantian ini juga diikuti dengan penantian akan symposium Bank Sentral Amerika di Jackson Hole oleh Powell di Wyoming pada hari Jumat untuk “mungkin” memberikan isyarat untuk menurunkan tingkat suku bunga lagi.
Penyampaikan Powell kali ini akan menjadi penting karena pertemuan Powell ini dilakukan setelah notulensi dari The Fed yang keluar kemarin.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mengumumkan kebijakan suku bunganya dalam RDG kali ini.
Kami menilai BI kali ini cukup agresif dan berada di luar ekspektasi. BI akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 bps ke level 5,50% di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi di bawah titik tengah, tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta langkah pre-emptive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak perlambatan ekonomi global.
Kami menilai langkah tersebut cukup hawkish, melihat BI lebih dulu bergerak sebelum Fed memutuskan kebijakan suku bunganya.
Menurut BI, langkah tersebut dinilai dilakukan untuk mendukung stabilitas eksternal serta langkah preventif untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
Inflasi saat ini stabil di 3.32% sehingga memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan.
Stimulus tersebut dinilai belum cukup kuat untuk menopang kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin.
Kami menilai perbaikan ini baru akan berdampak beberapa bulan ke depan, melihat saat ini tekanan dari eksternal dan kinerja dari ekspor juga belum pulih. Perbaikan sektor industri manufaktur menjadi syarat utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkualitas.
Kontribusi industri manufaktur ke PDB paling tidak harus mencapai 40%. Peningkatan investasi di sektor manufaktur menjadi kunci untuk mencapai target.
Kami melihat langkah pemerintah untuk memberikan stimulus lewat percepatan restitusi, tax holiday, tax allowance dan percepatan perizinan patut mendapat apresiasi.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak mixed cenderung melemah dan ditradingkan pada level 6.183 - 6.293,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (23/8/2019).

