ANALIS MARKET (22/8/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Cenderung Melemah Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan Kamis (22/8) pagi ini didominasi berita global.
Pejabat The Fed melihat bahwa penurunan tingkat suku bunga mereka bulan lalu merupakan sebagai jaminan akibat inflasi yang terlalu rendah dan risiko penurunan ekonomi yang lebih dalam terhadap bisnis yang berasal dari ketidakpastian perang dagang antara Amerika dan China.
Anggota The Fed yang melihat hal itu sebagai tindakan dan sikap dalam menentukan keseluruhan kebijakan adalah untuk membantu pertumbuhan global yang melemah dan memastikan untuk mengembalikan target inflasi sebesar 2%.
The Fed memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu decade adalah untuk menyesuaikan siklus ekonomi dan evaluasi ulang kebijakan yang berkelanjutan terhadap tingkat suku bunga.
Pada akhirnya anggota The Fed sepakat bahwa penting untuk mempertahankan pilihan dalam menetapkan kisaran target di masa depan untuk tingkat suku bunga The Fed.
Dalam berita acara tersebut terlihat bahwa The Fed tidak mengubah pandangan untuk melakukan pemotongan tingkat suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Peserta FOMC juga mengatakan bahwa mereka masih melihat ekonomi Amerika masih berada di fase ekspansi saat ini karena didukung oleh pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang dekat dengan target.
Sejauh ini, para pelaku psar dan investor mengharapkan adanya pemotongan kembali sebesar 25 bps pada pertemuan bulan September nanti.
Tentu ekspektasi ini akan menjadi sempurna apabila The Fed benar benar melakukan pemotongan tersebut, sehingga pasar akan kembali menggeliat untuk bisa mengalami penguatan kembali.
Ada 3 alasan mengapa The Fed melakukan pemangkasan tingkat suku bunga kemarin.
Pertama The Fed mengatakan pemotongan itu merupakan sebuah langkah untuk memastikan perlambatan yang muncul dari penurunan manufacture global yang timbul dari ketidakpastian global akibat perang dagang antara Amerika dan China.
Kedua adalah, management resiko.
The Fed mengatakan bahwa ada ancaman penurunan tingkat pertumbuhan perekonomian, namun The Fed sendiri memiliki ruang yang sangat terbatas untuk menurunkan tingkat suku bunganya.
Alasan terakhir adalah bahwa The Fed ingin mengatur kembali target inflasi sebesar 2%.
Sebagian besar peserta The Fed mengatakan bahwa ekspektasi inflasi jangka Panjang tampaknya akan sulit berada di atas 2%, dan cenderung turun berada di bawah 2%, karena inflasi sudah sangat rendah untuk waktu yang sangat lama.
Kami melihat saat ini The Fed masih memiliki ruang yang cukup besar untuk menurunkan tingkat suku bunga lanjutan, entah pada pertemuan pada bulan September atau October.
Namun itu semua hanyalah menunggu waktu saja, karena melihat sikap The Fed yang akan tetap mempertahankan fase ekspansi ekonominya dan mendorong inflasi untuk berada di kisaran target yang mereka telah tentukan sebelumnya.
Oleh sebab itu, kami melihat juga bahwa penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia juga hanya tinggal masalah waktu saja, hanya saja harus ada konfirmasi terlebih dahulu bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunganya.
Argentina berjanji akan menstabilkan mata nya setelah turun signifikan pada pekan lalu.
Peso dan obligasi pemerintah Argentina mengalami penurunan ke rekor terendah sejak hasil yang berada diluar ekspektasi dari pemilihan presiden awal pada 11 Agustus, sehingga menjadikan kandidat oposisi Alberto Fernandez sebagai favorit untuk memenangkan pemilihan presiden pada 27 Oktober mendatang.
Pelaku pasar khawatir dia akan berusaha untuk menegosiasikan kembali kewajiban utang dengan IMF dan pemegang obligasi.
Fitch Ratings dan S&P Global pada hari Jumat menurunkan peringkat kredit negara itu ke level terendah dengan alasan kemungkinan gagal bayar utang negara.
Obligasi Argentina telah pulih setelah Fernandez mengatakan dalam sebuah wawancara radio ia akan menghormati kewajiban asing Argentina.
Namun situasi fiskal negara terus memburuk. Lacunza memperkirakan negara itu akan mengakhiri tahun ini dengan defisit fiskal primer 0,5% atau lebih lebar dari target sebelumnya sebesar 0,3%. Kami melihat langkah tersebut dapat membantu mengurangi dampak dari penurunan peso mencapai 5 miliar peso.
Sementara itu, dari dalam negeri, pasar menanti hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia terkait dengan keputusan terhadap suku bunga acuan.
Kami memperkirakan BI akan menahan suku bunganya dan menurunkan GWM pada RDG hari ini. BI masih akan menunggu dan mencermati langkah yang akan diambil oleh Fed. Namun tren penurunan masih mungkin terjadi pada akhir tahun ini.
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak cenderung melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.231 - 6.291,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (22/8/2019).

