ANALIS MARKET (15/8/2019) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Cenderung Menguat
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, seperti biasa, sentiment yang menjadi sorotan pelaku pasar diperdagangan hari ini, Kamis (15/8/2019), akan di awali dari perekonomian China yang telah mengeluarkan data ekonominya kemarin, yang jauh dari yang diharapkan.
China mencatat pertumbuhan Industrial Production terlemah sejak 2002 yang diakibatkan oleh perlambatan siklus ekonomi dan ketegangan perdagangan antara Amerika dan China yang menambah tekanan terhadap perekonomian China.
Data ekonomi semakin menyedihkan lantaran Retail Sales China juga turun cukup dalam, meskipun secara Year to Date masih dalam batas toleransi.
Data ekonomi China yang keluar masih menunjukkan bahwa China masih berjuang untuk bisa beradaptasi dan stabil.
Seperti yang kami katakan sebelumnya, ini semua hanyalah bagian dari permainan. Semakin lama kesepakatan tidak terjadi, maka hanya akan menambah luka menjadi lebih lama, dan lebih dalam dari yang seharusnya.
Disatu sisi, keduanya juga hanya berdiskusi tanpa ada tujuan yang jelas. Ditengah tengah situasi dan kondisi seperti saat ini, para pelaku pasar dan investor mengharapkan adanya stimulus untuk membantu menstabilkan perekonomian China, karena tentu implikasinya akan mengenai Indonesia juga.
Sejauh ini para pembuat kebijakan di China baru melakukan kombinasi pemotongan pajak untuk mendorong pengeluaran, dan menargetkan insentif moneter dari Bank untuk diberikan kepada pelaku bisnis.
Namun itu belum cukup untuk menahan perlambatan. Harus ada langkah langkah yang lebih agresif disana untuk bisa menghadapi meningkatnya utang dan resiko stabilitas keuangan yang berkelanjutan.
3 pendorong siklus ekonomi China yaitu ekspor, infrastruktur, dan property semuanya melambat.
Bank Sentral China sejauh ini telah mengubah metode dalam mengevaluasi pinjaman bank sehingga diharapkan dapat memotong jumlah yang harus disimpan di Bank sehingga akan lebih banyak kredit yang mengalir ke produsen dan perusahaan kecil.
Para pelaku pasar dan investor mengharapkan adanya pemotongan tingkat suku bunga oleh PBOC agar dapat memberikan ruang yeng lebih besar kepada perekonomian China untuk bisa bertahan.
Sejauh ini dari kabar terakhir, para pejabat China masih akan melakukan pertemuan dengan Amerika pada bulan September nanti.
Menurut Trump dari pembicaraan terakhir sangat produktif, meskipun kita selalu mendengar kata “kemajuan”,”produktif”, namun pada kenyataannya tidak ada yang produktif atau adanya kemajuan yang berarti.
Trump mengatakan bahwa China ingin mengakhiri kebuntuan, bukan pesimis, tapi selama apa yang diminta oleh Amerika, China juga tidak bisa memberikan semuanya akan sama saja.
Yaa meskipun sisi baiknya, mereka masih berkomunikasi, yang menandakan selalu ada harapan ditengah ketidakpastian.
Perjalanan masih akan cukup panjang dan melelahkan, tapi segala sesuatu tidak akan ada yang sia sia selama tujuan pertemuan kedua Negara tersebut memiliki niat yang baik.
Dari dalam negeri, pelaku pasar terlihat menunggu sentimen positif yang berasal dari internal. Dimana saat ini sentiment negative lebih banyak bertebaran dari pada sentiment positif.
Menjelang rilis data neraca keuangan pada hari ini, kami melihat target deficit untuk ditekan berada di bawah 3% sepertinya agak berat melihat saat ini kinerja ekspor juga belum membaik.
Selain itu, BI juga masih akan menunggu beberapa indicator makro guna memutuskan kebijakan yang preventif dalam menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.
Stabilitas rupiah saat ini menjadi perhatian para pelaku pasar, melihat fluktuasi yang terjadi dapat berdampak erat dengan pertumbuhan riil sector.
BI juga akan melakukan RDG pada tanggal 22 Agustus pekan depan, hingga saat ini kami melihat sepertinya BI belum akan menurunkan tingkat suku bunga terlebih pada bulan lalu BI telah memberikan pelonggaran guna mendorong likuiditas dan pertumbuhan kredit.
“Kami melihat saat ini penurunan suku bunga lebih condong pada kondisi global, sehingga diharapkan apabila BI menurunkan suku bunga lagi, dapat berdampak pada peningkatan aktivitas perekonomian riil sector,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (15/8/2019).
“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak cenderung menguat, namun akan tertekan dan berpotensi menjadi pelemahan yang didukung oleh melemahnya indeks global. Kekhawatiran akan resesi di Amerika menjadi alasan indeks global melemah hari ini. IHSG sendiri ditradingkan pada level 6.225 - 6.295,” sebut analis Pilarmas.

