ANALIS MARKET (12/8/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Menguat Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih mencatatkan kenaikkan diperdagangan akhir pekan kemarin (09/8), di tengah-tengah kemelut sentiment global yang terjadi.

Meskipun demikian, ruang penguatan untuk pasar obligasi masih terbuka lebar, namun sentiment negative yang masih sangat kuat, akan membebani pergerakan pasar obligasi.

Secara jangka pendek, pasar obligasi masih akan mengalami penurunan, namun secara jangka menengah hingga panjang, pasar obligasi masih memiliki potensi yang cukup besar untuk mengalami penguatan karena masih berada di area uptrend secara keseluruhan.

Tahun ini sebetulnya merupakan tahun yang baik bagi pasar modal, karena ada konstestasi Pemilu disana yang membuat pertumbuhan ekonomi seharusnya menggeliat.

Namun karena event Pemilu tidak sebaik yang dipikirkan, hal inilah yang membuat pasar obligasi dan saham mengalami naik turun yang cukup signifikan, yang membuatnya tidak memiliki modal yang cukup untuk mengalami penguatan. Padahal seharusnya pasar obligasi dan saham bisa terus melangkah jauh dari pergerakan saat ini.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menyebutkan, diperdagangan Senin (12/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas. Keterbatasan ini akan datang dari berbagai macam sentiment negative pada akhir pekan kemarin.

Adapun pelaku pasar bakal menyoroti sentiment dari White House yang dimana mereka telah menunda keputusan tentang lisensi bagi Perusahaan Amerika yang ingin melakukan bisnis dengan Huawei setelah sebelumnya Amerika mengatakan bahwa China masih belum melakukan pembelian barang barang pertanian dari amerika.

Sekretaris perdagangan mengatakan bahwa Departmentnya telah menerima 50 permintaan applikasi dari Perusahaan Amerika agar dapat berbisnis kembali di Huawei, namun begitu Department Perdagangan masih akan tetap menahan applikasi tersebut.

Sebagai informasi, Perusahaan yang berada di China merupakan salah satu pembeli semikonduktor terbesar di dunia, sehingga Perusahaan seperti Intel, Qualcomm, dan Broadcom akan merasakan tekanan yang cukup besar akibat masuknya Huawei sebagai daftar hitam.

Selanjutnya, sentiment dari Trump, yang kemarin mengatakan bahwa pembicaraan dengan China pada bulan depan yang telah direncanakan dapat Ia batalkan, setelah sebelumnya tensi antara kedua Negara tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Trump juga mengatakan bahwa apabila pertemuan itu terjadi itu akan menjadi baik baik saja, namun jika pertemuan tersebut tidak jadi juga tidak masalah. Lagi lagi Trump terus memprovokasi China dalam hal ini untuk segera mencapai kata sepakat dalam negosiasi.

Trump menyampaikan bahwa Amerika tidak akan melakukan intervensi dalam pasar mata uang untuk melakukan devaluasi Dollar sama seperti yang dilakukan oleh China, Trump lebih menyukai apabila tingkat suku bunga menjadi lebih rendah, tentu impactnya akan terasa sama.

Kami melihat hal ini sebagai kode kepada The Fed bahwa Trump menginginkan tingkat suku bunga yang lebih rendah kembali.

Pernyataan Trump ini kemarin membuat pasar Saham di Amerika kembali jatuh karena memberikan potensi kenaikkan tensi dagang yang masih belum usai.

Komentar Trump juga menyatakan bahwa tidak akan ada kesepakatan dalam waktu dekat khususnya pertemuan pada tanggal 1 September nanti, itupun kalau pertemuan itu terjadi.

Trump mengatakan bahwa Dia tidak siap untuk membuat kesepakatan dengan China. Apakah pertemuan tersebut tetap dilanjutkan atau dibatalkan, kita lihat saja nanti.

Yang membuat kisruh ini semakin keruh adalah, Trump menyatakan bahwa China salah dalam mengartikan kekuatan ekonominya dari data yang ada, hal ini sesuatu yang telah dicurigai analis sejak lama.

Trump mengatakan bahwa pertumbuhan triwulanan China sebesar 6.2% adalah bohong. Trump mengatakan bahwa menurutnya pertumbuhan China mungkin berada di titik netral untuk saat ini.

Pernyataan Trump saat ini hanya membuat dan mendorong China untuk menjadi Negara yang lebih baik lagi tanpa Amerika.

Kalau kita mundur kebelakang, ketika Amerika menekan Huawei akibat perkembangan teknologinya yang luar biasa, kalau kita melihat Huawei saat ini, justru Huawei telah menciptakan Operating System baru untuk semua device-nya, dan yang lebih menariknya lagi dia membuka Operating System tersebut menjadi open source, sehingga bagi para pengembang lainnya yang ingin mencoba dan menggunakan OS tersebut diperbolehkan. OS tersebut diberi nama Harmony OS. Sebuah OS yang memiliki kehebatan untuk dapat menggunakan semua applikasi dari Android Play Store, sehingga Harmony OS tidak perlu bersusah payah membangun ekosistem.

Tentu hal ini sebagai sebuah tanda bahwa China selalu siap akan pertempuran seperti ini.

Setiap kali di tekan, China selalu membalasnya dengan sebuah kemandirian bahwa China bisa bertahan tanpa Amerika sekalipun. Dan ini semua hanya menunjukkan China bahwa China bisa menjadi lebih baik lagi.

Sementara itu, ditengah kuatnya sentiment negative dari eksternal, Bank Indonesia mengatakan bahwa mereka melihat kebijakan moneter yang akomodatif untuk mendukung pertumbuhan dan memastikan stabilitas keuangan.

Kebijakan akomodatif tersebut dapat dilakukan melalui suntikan likuiditas atau melalui penurunan tingkat suku bunga.

Sebagian besar instrument yang digunakan saat ini ditujukan untuk mendukung pertumbuhan, dan kebijakan moneter tahun ini ditargetkan untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan stabilitas.

“Kami merekomendasikan beli hari ini dengan volume terbatas. Cermati sentiment yang ada karena berpotensi menggerakan pasar hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (12/8/2019).