Volume SUN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp16,19 Triliun dari 43 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Selasa (02/7/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan awal bulan Juli 2019, Senin (01/7), mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (28/6).

Volume perdagangan yang dilaporkan tercatat senilai Rp16,19 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,78 triliun.

Adapun Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,81 triliun dari 82 kali transaksi.

Sedangkan Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 106,27%.

Selain itu, Project Based Sukuk seri PBS002 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,20 triliun dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 96,30%

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (01/7) tercatat senilai Rp2,41 miliar dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. 

Obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 Tahun 2012 Seri B (SSMM01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp294,00 miliar dari 2 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap II Tahun 2019 Seri A (ADHI02ACN2) senilai Rp115,00 dari 1 kali transaksi. 

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14113,00 per dollar Amerika menguat sebesar 15,00 point dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.

Data ekonomi domestik turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan hari Senin, rupiah mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan.

Dibuka melemah pada level 14083,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14083 - 14120 per dollar Amerika.

Adapun penguatan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh penguatan sebagian besar mata uang regional.

Mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,36% dan diikuti oleh Renminbi China (CNY) sebesar 0,36%. Sedangkan mata uang dengan pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,36% yang diikuti pelemahan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,35% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,06% terhadap Dollar Amerika.

Disisi lain, dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak cukup bervariasi.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan pada level 2,014% yang diikuti juga pada tenor 30 tahun yang menurun pada level 2,541%.

Adapun penurunan imbal hasil US Treasury tersebut terjadi di tengah membaiknya indeks saham utama Amerika yaitu pada indeks NASDAQ mengalami kenaikan sebesar 106 bps di level 8091,16 dan indeks DJIA membaik sebesar 44 bps di level 26717,43.

Sementara itu, imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup menguat pada level –0,354% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) juga ditutup menguat di level 0,818%.