Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Sebesar Rp21,12 Triliun dari 42 Seri

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities, yang dirilis Senin (15/7/2019) menyebutkan, Volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan akhir pekan kemarin (12/7) terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan pada perdagangan di hari Kamis (11/7), namun masih terlihat cukup aktif dengan volume sebesar Rp21,12 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp10,58 triliun.
Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,79 triliun dari 83 kali transaksi di harga rata - rata 107,36% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,76 triliun dari 69 kali transaksi di harga rata - rata 106,33%.
Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp431,15 miliar dari 7 kali transaksi dan diikuti seri PBS019 dengan volume sebesar Rp102,20 miliar dengan 2 kali perdagangan.
Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp1,36 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia II Tahun 2019 Seri A (SWMEDP02A) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp440,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,20%.
Diikuti oleh seri Obligasi Berkelanjutan II Jaya Ancol Tahap I Tahun 2019 (PJAA02CN1) Rp163,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,03%
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 61,00 pts pada level 14007,00 per dollar Amerika setelah dibuka melemah dan kemudian berbalik menguat pada pertengahan sesi perdagangan.
Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 14007,00 hingga 14090,00 per dollar Amerika.
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika.
Adapun yang memimpin pelemahan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,93% yang diikuti oleh pelemahan Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India masing-masing sebesar 0,46% dan 0,27%.
Sementara itu, mata uang regional yang mengalami penguatan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,43% dan diikuti oleh penguatan Peso Filipina (PHP) dan Yen Jepang (JPY) masing-masing sebesar 0,10% dan 0,08% terhadap dollar Amerika.
Disisi lain, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan di level 2,124% sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup naik pada level 2,648%.
Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level –0,212% dan pada tenor 30 tahun turun di level 0,387%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) mengalami kenaikan pada level 0,838% untuk tenor 10 tahun.