ANALIS MARKET (21/6/2019) : Pasar Obligasi Masih Berpotensi Menguat Terbatas
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, para pelaku pasar dan investor masih menyimpan asa yang cukup besar terkait dengan pemotongan tingkat suku bunga dibeberapa Bank Sentral, yang membuat pasar obligasi memiliki dorongan untuk mengalami penguatan.
Pertanyaannya adalah, selanjutnya apa?
Semua kenaikkan harga obligasi hanyalah semata-mata berdasarkan ekspektasi dan sentiment, namun kejadian sesungguhnya masih belum terjadi. Cukup menarik untuk kita simak akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, diperdagangan Jumat (21/6/2019) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan masih akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas.
Adapun sentimen yang layak dicermati pelaku pasar, antara lain; mulai dari hasil rapat Bank Sentral Jepang yang kemarin (20/6) juga baru saja selesai merilis hasil pertemuan mereka.
Bank of Japan pada akhirnya tidak mengubah tingkat suku bunga mereka kemarin. Dewan tidak akan membuat perubahan material pada pernyataan kebijakannya.
Selain itu, Gubernur Kuroda juga menegaskan kembali bahwa Bank of Japan akan mengambil langkah langkah yang diperlukan untuk menjaga momentum untuk mencapai target inflasi, sembari mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pelonggaran tambahan. Imbal hasil Obligasi Pemerintah 10y, akan bergerak dalam retang plus minus 20 basis dari titik 0, dan tidak boleh dianggap terlalu ketat karena hal ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dalam pergerakan.
Kuroda juga mengatakan bahwa Dia prihatin terhadap dampak dari proteksionisme perdagangan dan Dewan juga telah melakukan diskusi yang mendalam tentang ekonomi global, dari hasil tersebut Dewan juga tidak melihat ada perubahan pandangan bahwa akan ada kenaikkan pada paruh ke-2 nanti pada tahun ini.
Mengenai efek samping dari kebijakan Bank of Japan, Kuroda mengatakan tidak ada bukti yang lebih helas bahwa perataan imbal hasil kurva memiliki dampak negative terhadap perekonomian Jepang.
Setelah pengumuman The Fed kemarin, tampaknya Trump masih menunjukkan ketidakpuasannya terhadap Powell.
Trump yakin dan percaya bahwa, Dia memiliki wewenang untuk mengganti Powell sebagai ketua The Fed.
Menurut Trump, Dia bisa menurunkan Powell menjadi Gubernur, tetapi hal itu tidak akan dilakukan Trump dalam waktu dekat. Namun Bank Sentral The Fed memiliki tanggung jawab terhadap Kongres, bukan kepada White House.
Lucunya adalah, pengacara White House masih terus berfikir bahwa masih ada cara untuk menindaklanjuti keinginan Presiden, meskipun diantara mereka juga tidak setuju dengan gagasan mereka untuk melengserkan Powell dari posisinya.
Undang Undang Federal Reserve memberikan perlindungan eksplisit bagi Gubernur The Fed terhadap pemecatan oleh Presiden kecuali karena ada suatu sebab.
Dalam pertemuan Antara China dengan Korea Utara, Xi Jinping mengatakan bahwa China bersedia untuk memainkan perang yang positif dalam usaha untuk denuklirisasi semenanjung Korea dan mendorong untuk penyelesaian beberapa hal politik selama pertemuan berlangsung.
Kedatangan Xi langsung disambut oleh Kim di Bandara ditemani dengan ratusan ribu orang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua Negara terus meningkat sejak kedatangan Kim ke Beijing tahun lalu.
Beralih dari sana, Bank Sentral Indonesia juga pada akhirnya tidak memangkas tingkat suku bunga mereka. Alih alih pemangkasan, mereka lebih suka mendorong pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan makro prudensialnya.
Penurunan Giro Wajib Minimum merupakan salah satu langkah yang diambil. Penurunan tersebut sebesar 50 bps bank untuk Bank umum konvensional atau Bank umum Syariah.
Untuk penurunan tingkat suku bunga acuan sendiri, Bank Indonesia masih mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas neraca eksternal dalam Negeri.
Ditahannya tingkat suku bunga Bank Indonesia memang membuat para pelaku pasar kecewa. Namun demikian, menurut kami hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena resikonya akan cukup besar apabila Bank Indoensia menurunkan tingkat suku bunga terlebih dahulu ketimbang The Fed.
Bola panas kembali lagi ke The Fed dalam hal penurunan tingkat suku bunga. Apabila The Fed menurunkan tingkat suku bunga, kemungkinan kita untuk turun juga hanya tinggal menunggu waktu saja.
Fokus berikutnya adalah data Exports dan Imports serta Trade Balance. Hal ini merupakan sesuatu yang amat penting, karena tidak akan ada pemangkasan tingkat suku bunga apabila ternyata indicator ekonomi kita tidak mendukung hal itu.
“Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (21/6/2019).

