ANALIS MARKET (10/6/2019) : IHSG Berpeluang Bergerak Menguat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jum’at (31/5) lalu, IHSG ditutup menguat 105 poin atau 1.72% ke level 6.209.

Sektor keuangan, infrastruktur, aneka industry, industry konsumsi, property, perkebunan, industry dasar bergerak positif dan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG hari ini. Investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 1.43 triliun.

Lebih lanjut, analis Pilarmas menilai, beberapa sentiment dari global dan lokal bakal ‘meramaikan’ pergerakan pasar diperdagangan hari ini, Senin (10/6).

Dari global, cukup banyak yang terjadi selama rentang seminggu yang lalu. Namun ada beberapa yang menarik, antara lain; pertemuan antara Amerika dan China, yakni antara Mnuchin dengan Yi Gang pada pertemuan G20 yang diadakan kemarin.

Seperti biasa Mnuchin mengatakan dalam tweet-nya bahkan diupload bersama dengan foto mereka bersama mengatakan bahwa, Mnuchin melakukan pembicaraan yang jujur dan konstruktif tentang masalah perdagangan dengan Gubernur PBOC, Yi Gang.

Hal ini dibalas oleh Yi Gang yang mengatakan bahwa pembicaraan tersebut sangat produktif seperti biasa, meskipun topik perang dagang merupakan sesuatu yang sulit dan tidak pasti.

Hal ini terlihat sebagai sebuah basa-basi yang memang sudah basi karena pembicaraan tersebut membahas mengenai kedua Negara yang belum berhasil menyepakati kesepakatan perdagangan.

Mnuchin mengatakan bahwa “jika mereka ingin kembali ke meja perundingan, dan memiliki perjanjian yang nyata, maka kita akan bernegosiasi. Jika tidak, tentu kami akan melanjutkan rencana kami untuk mengenakan tarif yang lebih banyak. Yang membuat panas tentu pernyataan Mnuchin berikutnya yang mengatakan bahwa pembicaraan tersebut gagal karena China mengingkari ketentuan – ketentuan kesepakatan sementara. Sehingga Trump menaikkan tarif impor China sekitar $200 miliar menjadi 25% sebagai tanggapan.

Padahal seperti yang kita semua ketahui, Amerika menaikkan tarif tersebut ditengah-tengah pembicaraan dengan China.

Tentu hal ini seperti negosiasi namun dengan sebilah pisau dileher. Tentu China juga menyalahkan Amerika atas gagalnya perjanjian tersebut.

Selain itu, China juga mengisyaratkan untuk menghentikan pasokan elemen langka yang ada di bumi, dan akan memukul sector Pendidikan dan wisata Amerika dengan mengumumkan pembatasan visa.

Hal ini juga yang dilakukan Amerika pertama kali terhadap murid-murid China yang belajar di Amerika.

Sebagai catatan akhir, Trump mengatakan bahwa keputusan mengenai tarif tambahan akan muncul setelah pertemuan puncak dengan pemimpin G20 di Osaka Jepang akhir bulan nanti.

Hal ini merupakan sesuatu yang patut ditunggu pada akhir bulan nanti, ketika Xi dan Trump bertemu.

Berlanjut dari sana, desas desus mengenai pemotongan The Fed semakin besar setelah sebelumnya Powell mengatakan disalah satu konfrensi-nya bahwa The Fed akan melakukan apapun termasuk memangkas tingkat suku bunga The Fed untuk mempertahankan fase ekspansi yang terjadi saat ini.

Pemangkasan ini juga merupakan akibat dari perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China yang membuat pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Hal ini yang membuat tingkat probabilitas penurunan The Fed menjadi naik pada bulan July dan September nanti.

Tentu hal ini merupakan seuatu yang sangat positif karena akan mendukung dan mendorong Bank Sentral yang terdapat di Emerging Market juga mengalami pemangkasan, seperti yang sudah dilakukan oleh India beberapa waktu lalu.

Hal ini juga menjadi cerminan bagi Bank Indonesia yang setidaknya mulai memikirkan untuk menurunkan tingkat suku bunga.

Hal ini tercermin pada pernyataan dari Wakil Gubernur Bank Indonesia kemarin yang mengatakan sedang mendiskusikan kemungkinan adanya pemotongan tingkat suku bunga, namun sedang menunggu saat yang tepat untuk itu.

Tentu hal ini membuat pasar modal Indonesia hari ini sumringah di hari pertama pembukaan setelah libur yang cukup panjang kemarin.

Pembelian investor asing terhitung seminggu terakhir sebesar 1.55 triliun rupiah bersamaan dengan naiknya credit rating Indonesia yang di keluarkan oleh S&P dari BBB- menjadi BBB.

Hal tersebut menjadi penantian panjang dari pemerintah yang dalam beberapa tahun belakangan memang terlihat memperbaiki perekonomian dalam kondisi yang cukup berat.

“Secara teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.140 – 6.269,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (10/6/2019).