ANALIS MARKET (22/5/2019) : Pasar Obligasi Masih Berpotensi Bergerak Melemah
Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi sedang mengalami pasang surut, meskipun ada kenaikkan, namun ternyata lebih besar penurunannya, sehingga masih memiliki potensi penurunan kembali.
“Pasar obligasi terlihat masih belum menarik minat para pelaku pasar dan investor untuk mulai masuk. Terlihat dari lelang Surat Utang Negara kemarin (21/5), tampaknya total penawaran yang masuk masih menunjukkan bahwa para pelaku pasar dan investor masih wait and see terkait dengan situasi dan kondisi dalam negeri,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (22/5/2019).
Lebih lanjut, riset Pilarmas menilai, diperdagangan Rabu (22/5) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah. Pelemahan ini datang dari berbagai factor.
Adapun untuk sentiment pagi ini berasal dari kritik dari pembuat Chip terbesar di Amerika. Mereka mengatakan bahwa dengan adanya proses memasukkan Huawei kedalam daftar hitam, hal ini akan menyakiti industry pembuat Chip di Amerika. Karena siklus pembuatan Chip tersebut melibatkan kedua negara tersebut.
Atas desakan dari Industry tersebut, akhirnya Trump menunda proses lebih lanjut masuknya Huawei ke dalam daftar hitam. Tentu hal ini merupakan pertanda yang sangat baik, karena adanya kelonggaran disana terkait daftar hitam tersebut, meskipun menurut kami, Trump sedang berusaha menekan China sebelum pertemuan antara Trump dan Xi berlangsung di Osaka, Jepang nanti.
Huawei sendiri sebetulnya sudah melihat bahwa akan ada potensi terjadi hal seperti ini, karena Huawei sendiri yakin bahwa Huawei merupakan salah satu Perusahaan yang terlibat dalam kesepakatan dagang.
Oleh sebab itu, Huawei telah menyimpan beberapa bahan baku, dan menambah produksi untuk berjaga jaga selama 3 bulan kedepan.
Perkembangan terbaru muncul dari proses Brexit yang dimana tampaknya Theresa May gagal untuk melakukan usaha terakhirnya untuk mengurus proses Brexit tersebut.
Pada pidato yang disampaikan oleh Theresa May kemarin, May berjanji untuk memberikan suaranya kepada anggota Parlemen mengenai apakah akan mengadakan referendum lain untuk meratifikasi perceraian Inggris dari uni Eropa.
Namun beberapa menit setelah May pidato, muncul serangan balasan dari Anggota Parlemen Konservatif. Tentu hal ini menambah gejolak proses Brexit tersebut.
Ditambah lagi, May memberikan indikasi untuk berhenti lebih cepat dari jabatannya, hal ini memberikan ketidakpastian baru karena hasil dari Brexit hampir tidak bisa diketahui karena adanya pergantian kepemimpinan.
May berjanji akan menempatkan kesepakatannya dalam bentuk rancangan undang undang untuk pemungutan suara di Parlemen pada minggu pertama bulan Juni nanti.
May telah berusaha untuk mencoba semua usaha untuk menemukan jalan keluar bagi Inggris, namun demikian apabila semua usaha tidak bisa juga membuat Inggris keluar dari Uni Eropa, maka May lebih suka melepaskan pekerjaannya tersebut.
Fokus berikutnya saat ini adalah risalah The Fed yang akan keluar pada hari ini, ditambah lagi dengan adanya Presiden Bank Sentral Eropa yang akan berbicara di Frankfurt di hari yang sama. Selain itu juga, Parlemen Eropa akan mengadakan pemilihan pada tanggal 23 – 26 Mei nanti.
Gambaran besar The Fed akan memberikan acuan kepada para pelaku pasar dan investor khususnya terhadap gejolak dari perang dagang.
Yang tidak kalah pentingnya, meningkatnya tensi politik hari ini, maka berpotensi akan menekan harga obligasi kembali.
“Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi beli,” jelas analis Pilarmas.

